Sampai titik ini, ke dua versi cerita ini masih bisa dibilang similar:
“Pada waktu itu terdapat seorang bhikkhu sesepuh yang menginginkan kemashyuran, selalu ingin memperdebatkan tesisnya sendiri. Ia mengubah Vinaya-Ku, membuat penambahan dan perluasan. Satu yang dikembangkan oleh Kassapa disebut “Mahāsaṅghikavinaya”. Mengambil [bahan lain] dari luar dan menyusun kembali ini dengan sisa [dari teks asli], para pemula tertipu. Mereka membentuk kelompok yang berbeda, masing-masing membahas apa yang benar dan salah.”
Bhikkhu sepuh yg dimaksud disini dugaan kuat adalah Mahadeva di versi satunya. Jalan ceritanya sama, meski nama2 tidak disebutkan. Intinya ada seorang Bhikkhu Jagoan yg menambah2 sutta sehingga terjadilah perpecahan dua kubu atas keisengan si Bhikkhu Jagoan ini.
dan mulai berbeda dari sini:
“Pada waktu itu terdapat seorang bhikkhu yang meminta penilaian raja. Raja mengumpulkan dua kelompok itu dan menyiapkan tongkat hitungan hitam dan putih. Ia mengumumkan kepada perkumpulan itu: ‘Jika kalian menyukai Vinaya lama, ambillah tongkat hitam. Jika kalian menyukai Vinaya baru, ambillah tongkat putih.’ Pada waktu itu, mereka yang mengambil tongkat hitam berjumlah 10.000 orang, sedangkan hanya 100 yang mengambil tongkat putih. Raja menganggap bahwa semuanya [mewakili] kata-kata Sang Buddha, tetapi karena berbeda dalam hal yang disenangi mereka seharusnya tidak berbagi tempat tinggal yang sama. Mayoritas yang berlatih dalam [Vinaya] yang lama karenanya disebut ‘Mahāsaṅghika’. Minoritas yang berlatih dalam [Vinaya] yang baru adalah para Sesepuh, sehingga mereka disebut ‘Sthavira’. Juga, Sthavira dibuat, aliran Sthavira.”
perbedaannya adalah pada yg di
Bold:
- versi Mahasanghika: bhikkhu mayoritas yg mempertahankan sutta-vinaya lama
- versi Sarvastivada: bhikkhu minoritas yg mempertahankan sutta-vinaya lama
Karena klaim ini bertolak belakang, maka untuk menganalisa, kita pake logika berdasarkan kecenderungan umum yg biasanya terjadi selama ini, bahwa:
- biasanya, kaum tua yg sulit menerima perubahan
- biasanya kelompok tua (senior/sepuh) yg jumlahnya lebih sedikit dibanding kelompok pemula
- diceritakan bahwa bhikkhu tsb menginginkan kemasyhuran, oleh krnnya mengutak-atik vinaya. Nah, Jadi posisinya sebelum mengutak-atik Vinaya berada diantara senior lain, dan setelah berhasil mengutak-atik Vinaya, ia menjadi menonjol, otomatis TIDAK LAGI diantara senior2 lain dan ia sudah membaur dengan fans-nya (yg pasti berjumlah banyak)
Seandainya ke 2 cerita ini benar dan hanya terdapat perbedaan di "kelompok mana yg mempertahankan vinaya lama", maka logikanya:
~ yg mempertahankan sutta-vinaya lama adalah kelompok senior yang jumlahnya lebih sedikit::