//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme  (Read 219378 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #75 on: 01 December 2009, 10:10:13 PM »
^
^

repot amat mas, panggil aja Betara indra , itu dewa pasti langsung menyahut  :whistle:


Konon daerah tuhan medho bersemayam daerah tangerang, ada seorang anak paramitha devi menulis buku tentang apa yg dilihat tentang dewa dan makhluk halus. Nah coba tanya dia aja. mungkin tuhan bisa mengkonfirmasi kebenarannya...



Batara Indra mah masih diragukan kekuatannya =))

ad hominem
weleh2 Batara Indra langsung hadir =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #76 on: 01 December 2009, 11:24:52 PM »
tentang paritta, ada masukan nih... baru baca2
di ebook RAPB
Quote
Untuk dapat memberikan manfaat, si pembaca harus memiliki empat kecakapan dan si pendengar juga harus memiliki empat kecakapan sebagai berikut:
(a) Empat kecakapan si pembaca
1. Si pembaca harus memiliki kemampuan membaca kalimat-kalimat dan kata-kata dalam bahasa Pàli dengan ucapan, artikulasi, dan aksen yang tepat.
2. Ia harus memahami benar kalimat-kalimat Pàli yang ia bacakan.
3. Si pembaca harus membacakan Paritta tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah.
4. Paritta harus dibacakan dengan hati yang penuh cinta kasih dan welas asih.

Paritta hendaknya dibacakan hanya dalam kondisi ini agar efektif dalam menghindari dan menghalau bahaya yang akan terjadi bagi si pendengar. Jika kondisi ini tidak terpenuhi oleh si pembaca, tidak ada manfaat yang akan diperoleh dari pembacaan Paritta.
Kondisi dalam membacakan dan mendengarkan Paritta dijelaskan dalam Komentar Dãgha Nikàya. Si pembaca harus memelajari dan meneliti kata-kata dan kalimat-kalimat secara sistematis, serta harus memerhatikan dan memahami istilah-istilah Pàëi. Jika tidak benar-benar memelajari ucapan dan makna dari kata-kata Pàli, kecil kemungkinan untuk memperoleh manfaat yang diinginkan. Hanya pembacaan oleh mereka yang telah memelajari dengan sungguh-sungguh cara membaca Paritta ini yang akan menghasilkan manfaat yang besar. Pembacaan Paritta oleh mereka yang mengharapkan imbalan atau hadiah tidak akan menghasilkan manfaat apa pun. Pembacaan Paritta oleh mereka yang memiliki hati yang penuh cinta kasih dan welas asih dan dengan kecenderungan yang mengarah kepada Pembebasan dari lingkaran penderitaan akan sangat bermanfaat.
(Catatan: Oleh karena itu, siapa pun yang membacakan Paritta, terlebih dahulu harus memelajari bahasa Pàëi beserta komentar-komentarnya di bawah bimbingan seorang guru yang baik, juga diharapkan lebih memerhatikan cara pengucapan, aksen, dan penggalan. Setiap penghilangan kata, atau kalimat dari kitab Pàëi akan menyebabkan pembacaan itu menjadi tidak berguna. Pembacaan yang benar dengan pemahaman penuh atas maknanya merupakan kekuatan dari Paritta yang akan membawa manfaat yang diharapkan).
Kesalahan dalam cara membacakan, kesalahan dalam pengucapan, dan kesalahan memahami makna sebenarnya, apalagi ditambah dengan keinginan untuk memperoleh imbalan, akan mengurangi kekuatan Paritta dan tidak akan memperoleh manfaat yang diinginkan.
Oleh karena itu, harus ditekankan, mengenai pentingnya membaca Paritta sesuai kondisi yang telah digariskan, dengan hati penuh cinta kasih dan welas asih serta bertekad untuk terbebas dari saÿsara dan tidak mengharapkan imbalan).
Kegagalan dan Keberhasilan Seseorang yang Membacakan Paritta
Kegagalan seseorang dalam membacakan Paritta muncul karena dua penyebab, yaitu, payoga vippatti dan ajjhàsaya vippatti.
(1) Payoga vippatti artinya ketidakmampuan dalam mengucapkan kata-kata dan kalimat secara tepat dan ketidakmampuan dalam memahami maknanya, karena kurangnya usaha dalam belajar.
(2) Ajjhàsaya vippatti artinya pembacaan Paritta dengan keinginan untuk mendapat imbalan berupa benda atau kemasyhuran.

Keberhasilan seseorang dalam membacakan Paritta muncul karena dua penyebab, yaitu, payoga sampatti dan ajjhàsaya sampatti.
(1) Payoga sampatti artinya kemampuan dalam membacakan Paritta karena usaha yang rajin dalam memelajari cara yang benar dalam mengucapkan, dengan pemahaman penuh atas maknanya.
(2) Ajjhàsaya sampatti artinya kecakapan dalam membaca Paritta melalui cinta kasih dan welas asih dengan tekad agar mencapai kebebasan dan tanpa mengharapkan imbalan.
(Bagian vipatti dan sampatti ini dikutip dari Subkomentar âñanàñiya Sutta).


(b) Empat kecakapan si pendengar
1. Si pendengar harus terbebas dari kesalahan atas lima pelanggaran besar yang akibatnya akan segera berbuah (pa¤cànantariya kamma) yaitu, (a) membunuh ayah, (b) membunuh ibu, (c) membunuh seorang Arahanta, (d) melukai seorang Buddha, dan (e) memecah-belah kesatuan para siswa Buddha.
2. Si pendengar harus bebas dari pandangan salah (niyata-micchàdiññhi).
3. Si pendengar harus memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan mengenai kemanjuran dan manfaat dari Paritta.
4. Si pendengar harus mendengarkan pembacaan Paritta dengan tekun, penuh perhatian, dan penuh hormat.

dst...
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #77 on: 01 December 2009, 11:28:51 PM »
Quote
Paritta yang Memiliki Kekuatan Istimewa
(1) Ratana Sutta memiliki kekuatan yang mencakup seratus ribu crore alam semesta. Sutta ini membantu dalam proses penembusan Magga-Phala ¥àõa dan pencapaian Nibbàna oleh lima ratus delapan puluh delapan ribu manusia, dewa dan brahmà. Demikianlah, syair-syair atau Paritta ini memiliki pengaruh dan kekuatan yang besar sekali.
(2) Maïgala Sutta juga memiliki kekuatan yang sangat besar melebihi seratus ribu crore alam semesta. Tidak terhitung banyaknya manusia, dewa, dan brahmà berhasil menembus Magga-Phala ¥àõa dan mencapai Nibbàna karena mendengarkan sutta ini.
(3) Mettà Sutta adalah sutta yang terkenal karena kekuatannya. Pengaruhnya menjangkau hingga lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Sutta ini telah membantu para bhikkhu yang berdiam di dalam hutan mencapai kesucian Arahatta, melalui padamnya àsava. Dengan tekun melaksanakan instruksi-instruksi moral yang terdapat dalam sutta ini, seseorang akan memperoleh Jalan Pembebasan. Sutta ini juga merupakan Paritta yang sangat kuat dan berpengaruh.
(4) Khandha Sutta. Sebuah sutta lain yang berkekuatan besar, kekuatannya menjangkau hingga lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Memiliki kekuatan dalam mengusir marabahaya yang disebabkan oleh berbagai jenis racun dalam setiap waktu. Sutta ini berisikan bagian yang menjelaskan kebajikan dan keagungan Buddha, Dhamma, dan Saÿgha juga menguraikan akibat baik dari cinta kasih (Mettà). Sebuah Paritta yang berkekuatan besar dan dapat menghasilkan manfaat istimewa.
(5) Dhajagga Sutta, juga merupakan sutta berkekuatan besar yang menjangkau lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Perenungan terhadap kebajikan Buddha, Dhamma, dan Saÿgha yang dipuji-puji dalam sutta ini adalah alat untuk menambah kekuatan intelektual seseorang, untuk dapat menikmati kebahagiaan surgawi selama tiga ribu siklus dunia, untuk dapat terlahir sebagai Sakka sebanyak delapan puluh kali, sebagai raja dunia sebanyak seribu kali, sebagai raja biasa sebanyak tidak terhitung; untuk dapat terlahir sebagai orang kaya dan makmur dalam setiap kelahiran, karena harta kekayaan yang ia miliki tidak dapat hilang, dicuri atau dihancurkan. Selama seratus ribu siklus dunia, ia tidak akan terlahir di alam sengsara dan ia tidak dapat diganggu atau gemetar ketakutan. Kekuatan besar yang terkandung dalam sutta ini juga dapat membantu seseorang sehingga akhirnya mencapai kesucian Arahatta.
(6) Bojjhaïga Sutta, juga memiliki pengaruh dan kekuatan yang menjangkau lebih dari seratus ribu crore alam semesta, memiliki kekuatan dalam menghalau marabahaya dan penyakit. Usaha dan perenungan menyeluruh atas Tujuh Faktor Pencerahan Sempurna yang tercantum dalam sutta ini dapat membantu dalam mencapai Nibbàna dalam kehidupan ini juga melalui penembusan Magga dan Phala ¥àõa.
(7) âñànàñiya Sutta, awalnya digubah oleh empat dewa penjaga dari Alam Dewa Catumahàràjika, yang saat itu berkumpul di kota surgawi bernama âñànàña. Pertama-tama mereka bersujud kepada Tujuh Buddha, memuji sifat dan kebajikan mereka. Kemudian mereka menggubah sutta ini dan membuat pengumuman, ‘Mereka, makhluk-makhluk surgawi seperti yakkha yang tidak mau mematuhi instruksi-instruksi Buddha, juga tidak mematuhi aturan-aturan kedisiplinan yang kami tetapkan akan dihukum sesuai hukum surgawi.’ Para dewa penjaga kemudian menemui Tathàgata disertai oleh banyak pengikut dan pasukan, mereka mempersembahkan sutta yang mereka gubah itu kepada Bhagavà. Tathàgata kemudian mengajarkan sutta itu kepada para bhikkhu, yang kemudian menjadi Paritta yang berkekuatan besar dan mampu melindungi.
berminat?? jiah bahasa pali ku hancur.....
...

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #78 on: 01 December 2009, 11:56:07 PM »
Kalau melihat sejarah di Tipitaka, kekuatan paritta itu bukannya yang mistis tapi dari arti kata-katanya. Perlindungan dari paritta dihasilkan ketika seseorang membaca paritta lalu didengar oleh mahkluk dari alam lain (misalnya ketika sedang berada di hutan) lalu karena isi paritta itu menyatakan niat baik pembacanya, makhluk alam lain itu tidak menggangu pembacanya => perlindungan.

Kasus lain ketika paritta dibacakan bisa membuat pendengarnya merasa senang sehingga sembuh dari penyakit.

Jadi perlindungan dari paritta itu tergantung dari apakah si pembaca paritta atau orang yang mendengarnya bisa mengerti artinya. Selain itu, sejauh apa efek dari paritta itu tergantung dari diri si pembaca paritta atau pendengarnya sendiri.

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #79 on: 15 December 2009, 07:23:57 PM »
hmm..
setelah membaca sebagaian buku biografi ajahn Mun..
tersirat bahwa pembabaran Dhamma itu bisa terdengar sampai ke alam dewa..

bahkan kata SADHU!!
dapat terdengar ke alam lain..

sehingga makhluk lain dapat teringat kembali akan kualitas DHAMMA ^^

wew.. selama kita belum dapat mengujinya melalui batin.. rasanya kurang bijak kalo kita langsung memutuskan bahwa paritta itu atau paritta ini tidak memiliki kekuatan atau memiliki kekuatan..
^^

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #80 on: 11 January 2010, 02:45:55 AM »
Tidak ada, tepatnya saya belum pernah menemukan. Yang ingin ditanyakan, efek dari paritta itu benar atau hanya sekedar perenungan? Saya tidak menuduh paritta bohong, tapi saya hanya ingin tau, apakah fungsi dari paritta itu.

Banyak orang yang berpendapat bahwa hanya tindakan yang memiliki relevansi dengan kejadian / nasib. Maksudnya, banyak orang berpikir bahwa hanya cukup tindakan untuk membangun kehidupan. Tapi yang sedikit orang ketahui, ternyata pikiran dan ucapan juga punya andil besar dalam membangun kehidupan.

Ucapan bisa menghantarkan reaksi positif ataupun negatif. Dr. Masaru Emoto mendapatkan hasil penelitian mengenai kristal air. Bahwa ucapan positif seperti "danke", "gracias", "terima kasih", dsb. yang dipaparkan dari mulut ke dekat air mampu membuat kristal air berubah bentuk menjadi lebih indah. Sedangkan ucapan negatif seperti "hate" atau "benci" bisa membuat
bentuk kristal air menjadi rusak.

http://netsains.com/2008/12/keajaiban-kristal-air/



Dalam setiap ucapan kita akan didahului oleh kehendak positif, kehendak negatif, atau netral. Membacakan paritta sudah sebaiknya dilandasi oleh kehendak positif, agar ucapan kita memiliki kekuatan positif. Bila seseorang membacanya dengan perenungan dan kebaikan yang mendalam, maka efek dari paritta akan lebih kuat. Efek dari paritta ini akan lebih kuat lagi bila dibacakan oleh seseorang yang memiliki kualitas tinggi dalam segi moralitas dan kebijaksanaannya.

Seperti kandungan dalam Vattaka Paritta, dahulu Bodhisatta mengucapkan Saccakiriya ketika hutan tempat tinggalnya terbakar oleh api. Karena sejak menjadi Bodhisatta, beliau tidak pernah mengucapkan kebohongan; maka ucapannya penuh dengan kekuatan. Sehingga dinyatakan setelah mengucapkan paritta itu, Bodhisatta selamat dari kebakaran; dan sampai akhir kappa ini, tempat itu tidak akan terbakar oleh api.

utk masaru emoto ini, masih di ragukan, bisa jadi semacam hoax
silahkan baca di wiki utk memperkaya info

http://en.wikipedia.org/wiki/Masaru_Emoto

http://www.chem1.com/CQ/clusqk.html#EMOTO


kalau ingin tau bener atau tidaknya,kenapa tidak melakukan uji coba?
Yg pertama: ambillah 3 buah botol yang bening dan ada tutupnya.diisi air yg sama
Yg kedua   : ambillah nasi dan isi kedalam masing2 botol .ditutup rapat2.supaya udara ga masuk.
Yg ketiga   : tempelkan kertas bertulisan kata bagus atau baik menghadap kedalam botol 1
                  tempelkan kertas bertulisan kata benci atau jelek menghadap kedalam botol 2.
                  dan ga usah tempel apa2 dibotol ke-3
Letakkan ke 3 botol ditempat terpisah.jaraknya harus agak jauh atau dikamar yang berbeda.
Dan setelah itu,lakukan pujian setiap hari kepada botol bertulis baik.katakanlah kamu indah,kamu luar biasa dll.pokoknya yg baik2 dan menyenangkan.sedangkan botol ke 2 bertulis jelek.Makilah dia setiap hari.
dan botol ke-3 jangan dilihat dan jangan bicara apapun.lakukan itu selama 1bulan dan liatlah bedanya.
ini mungkin agak sedikit gila,tapi bagi orang2 yang ingin tau ga ada salahnya mencoba.ingat jarak botolnya.jangan sampai kedengaran antara yg 1 dg yg lain.selamat mencoba...
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #81 on: 11 January 2010, 02:53:29 AM »
[at] Mr.Wei
Gw komentar hanya effeck paritta untuk orang sakit .....
paritta akan memberi effek manjur, bila sipasien dan yg membaca paritta mempunyai Sila (moral) yg baik
apalagi pembacaan paritta dilakukan oleh Bhante yg benar2 memegang vinaya ....
dan tentu saja ada kamma yg mendukung .....




maaf,saya cuma mau menambahkan.dan sisakit harus punya keinginan yang besar untuk sembuh dan keyakinan.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #82 on: 11 January 2010, 03:05:08 AM »
sebelumnya saya minta maaf sama moderator.yang ingin saya tanyakan ini bukan bermaksud kurang ajar.tapi karena terkadang terlintas dipikiran saya.dan karena saya udah ikut disini,jadi mungkin saya bisa mendapat jawabannya.
1.Kenapa seorang bikhu ga menikah?
2.Dan bagaimanakah cara dia mengatasi......(anda mengerti maksud saya kan?)sepanjang hidupnya?
   Teman saya punya saudara yang menjadi seorang pastor.katanya mereka selalu diberikan obat untuk atasi itu.
3.Gagalkah jalan bikhu tersebut bila dia hanya di pikiran atau imajinasi?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #83 on: 11 January 2010, 03:09:03 AM »
Pertanyaan berikutnya:
Bagaimanakah pandangan dalam agama buddha tentang pernikahan beda agama?apakah seorang yang beragama budha boleh menikah dengan yang beda agama.tapi mereka tetap menjalankan agama masing-masing setelah menikah.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #84 on: 11 January 2010, 07:24:35 AM »
1. kenapa bhiku ga menikah?
karena dgn menikah banyak hal yg akan terjadi
1. harus memenuhi kebutuhan istri, anak
maka dia harus bekerja, demi memenuhi tuntutan itu

saat dia harus bekerja, maka latihannya di tinggalkan
saat dia berpikir ttg istri dan anaknya, maka latihannya di tinggalkan
saat dia berhadapan dgn suatu masalah mennyakut anak/istrinya , maka latihannya di tinggalkan

itu sebabnya... seorang bhikhu tidak menikah , seseorang yg telah menikah akan cukup sulit melaksanakan dasa sila..  (10 sila), apalagi untuk melaksanakan vinaya


2. silakan di perjelas maksudnya

3. tergantung .. ketika muncul hal yg tidak baik dalam pikiran hal tersebut di tekan , atau malah di kembangkan.... klo di tekan, maka tidak gagal dalam latihan. klo di kebangkan.. bisa menjadi gagal dalam latihan

4 tetang pernikahan beda agama
tidak ada larangan pernikahan beda agama.. walau pernikahan yg baik.. sebaiknya 2 org memiliki banyak kesamamaan, termasuk agama, pola pikir, kesukaan, makanan, film..dll
tp jika tidak sama tidak apa2, yg penting komitmentnya dalam pernikahan. suami melakukan tugas sebagai suami, istri melakukan tugas sebagai istri..dll
biasanya mulai muncul riak, saat anak mau di ajarin agama apa?
tp klo sudah ada komintmen dari awal..dan komintment itu di jaga..tetap ga ada masalah

lagian percuma sama dalam agama tp malah selingkuh...
...

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #85 on: 11 January 2010, 08:23:19 AM »
menarik ada thread ini, sy mau tanya :
1. apa bener siddharta itu setelah lahir bisa melangkah 7 langkah dan langsung di sambut oleh daun teratai ? bener ato mithos ? di tripitaka ga tertulis loh...

2. buddha tau (maha mengetahui) devadatta itu mempunyai niat buruk dan akan memecahbelahkan sangha (memberikan kesempatan tuk berbuat baik jika diterima dalam sangha) serta akan melakukan upaya pembunuhan seorang buddha, koq masih diterima sebagai bhikkhu ?

3. apakah di buddhism boleh meminta2 pada patung ? seperti yg terlihat setiap selesai puja bhakti, berdoa sambil mengharapkan keselamatan/kesehatan/kemakmuran/rejeki/jodoh dan sebagainya ?

4. ada kata "syukur" yg berarti "berterima kasih kepada pencipta", apakah di buddhism jg ada tradisi untuk ber-syukur ? sedangkan buddhism mengenal sistem kamma/karma, segala sesuatu merupakan buah dr perbuatan, bukan karena ada yg mengatur, jd perlukan tradisi ber-syukur ?

5. sebenarnya apakah ada "doa" didalam buddhism ? jika tidak, dimana kita bisa memohon/meminta "sesuatu" kepada suatu sosok yg lebih hebat/berkuasa diluar diri kita ? bagaimana pun manusia pasti akan mencari pertolongan yg lebih dapat menenangkan bathin nya pada saat diri nya mengalami penderitaan yg sangat hebat...

6. bagaimana seseorang dapat masuk dalam kerangka berpikir yg paling dasar orang lain yaitu "faith"/keyakinan... sebagaimana kita liat, hal ini sangat mudah dilakukan oleh kalangan agama tetangga...

7. buddhism diklaim sarat dengan kebenaran, bagiamana membuktikan kebenaran yg ada didalam buddhism ? kebenaran disini, bukan teori ato kebenaran yg dibuat benar sepihak, tp lebih kearah kebenaran yg nyata dapat dilihat, disaksikan dan dipahami semua orang... contoh : matahari terbit di timur, semua orang yakin akan hal itu...

8. sejak kapan dan mengapa ada tradisi menggunakan buddha rupang/patung dalam setiap ritual/puja bhakti buddhism, apa makna dari penggunaan patung ?

9. anda, saya dan seluruh umat buddhism tidak pernah melihat/bertemu/bertatap muka langsung dengan buddha, dari mana anda mengetahui bahwa buddha itu benar/pernah ada dan dari mana anda mengetahui bahwa ajaran yg ada di tripitaka itu benar ucapan/ajaran dari buddha ?

10. apa tolak ukur kebenaran itu menurut masing2 dan menurut buddhism ? setiap agama mengklaim kebenaran masing2, jd kebenaran mana yg paling benar ato setidaknya mendekati kebenaran dan mengapa ?

« Last Edit: 11 January 2010, 08:42:32 AM by dhanuttono »

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #86 on: 11 January 2010, 09:12:42 AM »
1. di tipitaka tertulis... klo ga salah ..bagian khundakha nikaya..buddhavamsa , dan kayaknya itu tradisi para Buddha
2. karena, dgn mengenal Dhamma (walau hanya kulitnya), dia akan menjadi pancceka Buddha (jelas.setelah masa hidupnya di niraya selesai)
3. tidak ada larangan bagi umat awam..untuk meminta pada patung, manusia, dewa, binatang dll..tp jika yah..resiko tidak di beri tentu saja ada..., karena demikian, maka di sarankan sebaiknya tidak usah, karena malah tergantung, atau bahkan bisa menimbulkan pandagan yg salah.
4. ya di budhhist mengenal kata syukur (dalam bahasa indo...), tp jelas bukan berterima kasih kepada tuhan, tp tradisi ber syukur aku ga pernah dgr....
bersyukur.. lebih di mungkinkan karena kamma baik berbuah di saat yg tepat, yaitu saat kamma buruk berbuah (yah bagi ku itu saat yg tepat :P )
cth: ada cerita dari kenalan ku, temannya beli motor, cicil, belum sebulan motornya hilang.. tp justru mendapat hadiah mobil, karena saat beli motor dia mendapatkan kupon undian..dan dia memenangkan sebuah mobil.. :P
5.ada.. salah satu contoh atanatiya sutta
6. mudah... ada beberapa cara..
pendidikan dari dini, atau juga dgn memberikan janji surga dan penghapusan dosa...  cara itu yg paling ampuh, karena mayoritas manusia pasti pernah berbuat dosa, dgn penghapusan dosa..terutama hanya cukup dgn percaya saja.. (tampa perlu meltih diri dll), maka itu yg paling mudah..tp bukan yg paling benar.. (bahkan tidak tidak benar) menurut aku
7. mudah, tak ada yg abadi...
8. hmm..kurang tau persis, setau saya setelah buddha parinibanna
9. dgn menganalisa... that why, aku klo membaca sutta..atau tipitaka, selalu butuh tempat yg tenang, dan konsentrasi yg tinggi (menurut ku tinggi..belum tentu menurut org lain..tinggi di sini , yah mungkin konsentrasi maksimum yg bisa aku capai..walau menurut org lain masih rendah)
10. tolak ukurnya, apakah hal tsb bermanfaat, berguna, tidak merugikan org lain hmm..apa lagi yah..ntar saya pikir2 lagi..

...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #87 on: 11 January 2010, 01:34:55 PM »
sebelumnya saya minta maaf sama moderator.yang ingin saya tanyakan ini bukan bermaksud kurang ajar.tapi karena terkadang terlintas dipikiran saya.dan karena saya udah ikut disini,jadi mungkin saya bisa mendapat jawabannya.
1.Kenapa seorang bikhu ga menikah?
2.Dan bagaimanakah cara dia mengatasi......(anda mengerti maksud saya kan?)sepanjang hidupnya?
   Teman saya punya saudara yang menjadi seorang pastor.katanya mereka selalu diberikan obat untuk atasi itu.
3.Gagalkah jalan bikhu tersebut bila dia hanya di pikiran atau imajinasi?

1) Seorang bhikkhu adalah seseorang yang meninggalkan kehidupan duniawi, seseorang yang meninggalkan kemelekatan pada kenikmatan panca indria dan pikiran, seorang yang menuju Kebahagiaan Tertinggi; yaitu kebahagiaan yang direalisasi dengan mencabut akar-akar penderitaan. Sudah seharusnya pula seorang bhikkhu tidak menikah. Karena menikah adalah perilaku manusia yang masih hidup di duniawi, menikah merupakan bentuk kemelekatan pada kenikmatan panca indria dan pikiran, dan menikah bukan merupakan jalan menuju Kebahagiaan Tertinggi.


2) Sebagai seorang bhikkhu, ia harus memiliki pemahaman benar. Seorang bhikkhu yang benar akan paham bahwa tidak menikah dan tidak melakukan hubungan seks adalah bukan karena dipaksa oleh Sang Buddha. Tetapi seorang bhikkhu yang benar akan memahami, bahwa sebuah perbuatan itu harus dilakukan dengan kebijaksanaan. Yaitu kebijaksanaan yang mempertimbangkan, bahwa apakah suatu perbuatan ini jika dilakukan akan membawa manfaat atau tidak.

Seorang bhikkhu yang benar akan melihat bahwa melakukan hubungan seks adalah melakukan perbuatan yang akan mendorongnya pada kemelekatan. Sebab berhubungan seks adalah perilaku yang memanjakan panca indria dan pikiran dengan kenikmatan duniawi. Seorang bhikkhu yang benar juga memahami, bahwa meskipun berhubungan seks akan memberikan kenikmatan; namun setelah kenikmatan ini berakhir, maka ketidakpuasan akan mendatanginya kembali. Seorang bhikkhu yang benar juga memahami, bahwa semua kebahagiaan duniawi sifatnya hanya menutupi dukkha secara sementara. Kebahagiaan duniawi adalah topeng dunia. Topeng yang menutupi wajah dunia yang sesungguhnya.

Melalui pemahaman yang benar seperti ini, seorang bhikkhu akan melihat bahaya dari satu perbuatan bernama "hubungan seks". Seorang bhikkhu yang benar akan melihat hubungan seks sebagai perbuatan yang tidak bermanfaat bagi kemajuan spiritual. Seorang bhikkhu yang benar akan menyadari; bila dirinya bisa berhagaia ketika tidak bergantung pada hubungan seks, maka itu merupakan kebahagiaan yang jauh lebih tinggi.

Seorang bhikkhu yang benar akan melihat suatu fenomena dari akarnya. Dari akar inilah, ketertarikan seksuil bisa dicabut. Seorang bhikkhu yang benar, bisa mengendalikan diri dari nafsu biologis melalui pemahaman benar. Oleh karena itulah, seorang bhikkhu yang benar tidak membutuhkan obat atau faktor eksternal lain untuk bisa mengendalikan hal ini. Seorang bhikkhu yang benar selalu sadar, bahwa nafsu itu muncul dari pikiran; dan dari pikiran pula nafsu ini bisa dilenyapkan. Seorang bhikkhu yang benar adalah seorang yang terkendali dalam setiap pikiran, ucapan dan perbuatannya.


3) Bhikkhu itu bukan gagal. Tetapi dia belum mendapatkan buah manfaat dari menjalani kehidupan suci. Sang Buddha selalu memotivasi semua orang yang belum mendapatkan buah ini. "Berjuanglah mencapai Pembebasan dengan tanpa lengah dan waspada".
« Last Edit: 11 January 2010, 02:07:39 PM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #88 on: 11 January 2010, 01:38:04 PM »
Pertanyaan berikutnya:
Bagaimanakah pandangan dalam agama buddha tentang pernikahan beda agama?apakah seorang yang beragama budha boleh menikah dengan yang beda agama.tapi mereka tetap menjalankan agama masing-masing setelah menikah.

Agama Buddha tidak melarang suatu pernikahan antar sepasang suami-istri yang berbeda agama. Agama Buddha juga menerima kesamaan hak semua orang untuk tetap menjalankan agamanya masing-masing.

Tetapi alangkah lebih baiknya bila sepasang suami-istri memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kebijaksanaan yang sama, dan kedermawanan yang sama. Bila 4 pilar ini dimiliki, maka sepasang suami-istri ini akan memiliki kebahagiaan dalam jangka waktu yang panjang.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #89 on: 11 January 2010, 02:05:42 PM »
menarik ada thread ini, sy mau tanya :
1. apa bener siddharta itu setelah lahir bisa melangkah 7 langkah dan langsung di sambut oleh daun teratai ? bener ato mithos ? di tripitaka ga tertulis loh...

2. buddha tau (maha mengetahui) devadatta itu mempunyai niat buruk dan akan memecahbelahkan sangha (memberikan kesempatan tuk berbuat baik jika diterima dalam sangha) serta akan melakukan upaya pembunuhan seorang buddha, koq masih diterima sebagai bhikkhu ?

3. apakah di buddhism boleh meminta2 pada patung ? seperti yg terlihat setiap selesai puja bhakti, berdoa sambil mengharapkan keselamatan/kesehatan/kemakmuran/rejeki/jodoh dan sebagainya ?

4. ada kata "syukur" yg berarti "berterima kasih kepada pencipta", apakah di buddhism jg ada tradisi untuk ber-syukur ? sedangkan buddhism mengenal sistem kamma/karma, segala sesuatu merupakan buah dr perbuatan, bukan karena ada yg mengatur, jd perlukan tradisi ber-syukur ?

5. sebenarnya apakah ada "doa" didalam buddhism ? jika tidak, dimana kita bisa memohon/meminta "sesuatu" kepada suatu sosok yg lebih hebat/berkuasa diluar diri kita ? bagaimana pun manusia pasti akan mencari pertolongan yg lebih dapat menenangkan bathin nya pada saat diri nya mengalami penderitaan yg sangat hebat...

6. bagaimana seseorang dapat masuk dalam kerangka berpikir yg paling dasar orang lain yaitu "faith"/keyakinan... sebagaimana kita liat, hal ini sangat mudah dilakukan oleh kalangan agama tetangga...

7. buddhism diklaim sarat dengan kebenaran, bagiamana membuktikan kebenaran yg ada didalam buddhism ? kebenaran disini, bukan teori ato kebenaran yg dibuat benar sepihak, tp lebih kearah kebenaran yg nyata dapat dilihat, disaksikan dan dipahami semua orang... contoh : matahari terbit di timur, semua orang yakin akan hal itu...

8. sejak kapan dan mengapa ada tradisi menggunakan buddha rupang/patung dalam setiap ritual/puja bhakti buddhism, apa makna dari penggunaan patung ?

9. anda, saya dan seluruh umat buddhism tidak pernah melihat/bertemu/bertatap muka langsung dengan buddha, dari mana anda mengetahui bahwa buddha itu benar/pernah ada dan dari mana anda mengetahui bahwa ajaran yg ada di tripitaka itu benar ucapan/ajaran dari buddha ?

10. apa tolak ukur kebenaran itu menurut masing2 dan menurut buddhism ? setiap agama mengklaim kebenaran masing2, jd kebenaran mana yg paling benar ato setidaknya mendekati kebenaran dan mengapa ?

1) Menurut Tipiataka, demikianlah adanya. Lalu apakah benar ada kejadian seperti itu? Belum tahu, karena belum bisa dibuktikan.

2) Pertama, Sang Buddha memberi kesempatan kepada Devadatta menjadi bhikkhu untuk memperbaiki sifat buruknya; serta memberi kesempatan kepada Devadatta untuk mencapai Pembebasan Tertinggi. Tetapi kemudian Devadatta malah menjadi siswa durhaka. Meski Sang Buddha mengetahui niat buruk Devadatta, tetapi Beliau tidak mengeluarkannya dari Sangha. Sebab Devadatta tidak (terbukti) melakukan pelanggaran Vinaya. Yang dilakukan Sang Buddha adalah menghimbau seluruh bhikkhu untuk menjauhi agar tidak terpengaruh oleh Devadatta.

3) Meminta-minta (berdoa) pada patung tidak dilarang dalam Buddhisme. Tetapi Buddhisme mengajarkan bahwa perbuatan seperti itu adalah tidak bermanfaat, dan makin menjerumuskan seseorang ke dalam kemelekatan.

4) Istilah "syukur" tidak mutlak merujuk rasa terimakasih kepada Tuhan. "Syukur" identik dengan rasa puas. Dengan demikian, istilah "syukur" dalam pemahaman Buddhisme berarti "merasa puas dengan segala sesuatu yang dimiliki, tidak serakah untuk memiliki sesuatu yang belum dimiliki, dan tidak menolak sesuatu yang sudah dimiliki".

5) "Doa" dalam pengertian umum adalah panjatan kepada Tuhan, bisa berupa ucapan syukur, bisa berupa permintaan. Apakah ada doa dalam Buddhisme? Sebenarnya tidak ada. Tetapi di dalam Buddhisme ada "pengharapan". Pengharapan ini adalah ucapan yang dikeluarkan sebagai komplemen atas suatu kehendak, dan lebih spesifik merupakan kehendak baik. Misalnya: "Semoga semua makhluk hidup berbahagia".

6) Untuk masuk ke dalam kerangka berpikir seseorang, kita harus memiliki keterampilan berbicara, penampilan yang menarik, pembawaan yang berwibawa, kemampuan mengelola pembahasan, keahlian menguasai pembicaraan. Selain itu, ada faktor lain yang cukup mendukung; yaitu keseragaman pola pikir kita dengan pola pikir orang lain. Bila pola pikir kita seragam dengan pola pikir orang lain, maka kita mudah mengambil tempat di kerangka pikirannya. Selain itu, manusia pada umumnya adalah makhluk yang serakah. Jika kita mampu menyentil sisi keserakahannya, maka kita mampu menguasainya; sehingga ia jatuh dalam persuasi kita.

7) Buddhisme dinyatakan sebagai ajaran yang dapat dibuktikan kebenarannya; sesuai dengan sifat Dhamma, yaitu "ehipassiko" (mengundang untuk dipraktikkan dan dibuktikan). Yang perlu dibuktikan adalah realitas dunia ini, seperti yang menjadi inti pembabaran Sang Buddha, yakni 4 Kebenaran Mulia. Membuktikan realitas dunia ini bisa dilakukan dalam skala kecil. Misalnya bisa dilihat secara kasat mata, bahwa setetes air sifatnya adalah tidak kekal, tidak bisa memberi kepuasan mutlak, dan tersusun oleh beberapa atom (tanpa inti).

8') Patung Sang Buddha pertama kali dibuat oleh Bangsa Yunani, ketika Buddhisme sedang berkembang di Tanah Yunani. Seni pahat yang dikuasai oleh Bangsa Yunani telah melahirkan patung-patung Sang Buddha dengan kualitas yang luar biasa indah. Hal ini memicu kreativitas berbagai bangsa lain untuk ikut meramaikan Buddhisme dengan patung Sang Buddha. Seiring berkembangnya zaman, puja bakti pun mulai dibumbui oleh altar dan patung Sang Buddha.

9) Yang pertama, Sang Buddha adalah tokoh sejarah yang sudah diakui keberadaanya oleh para ahli sejarah. Yang kedua, banyak fakta yang menunjukkan bahwa Sang Buddha pernah hidup dan turut andil dalam perkembangan peradaban manusia di Bumi ini. Yang ketiga, kandungan tulisan di Tipitaka itu mengandung kebijaksanaan dan moralitas yang tinggi. Ajaran seperti ini adalah ajaran yang bisa dituangkan oleh orang besar, yang tidak lain tidak bukan adalah Sang Buddha. Yang keempat, tulisan di Tipitaka terlalu rapi untuk disimpulkan sebagai dongeng belaka. Jika seluruh isi Tipitaka adalah dongeng, maka tentu ada banyak sekali kontradiksi di dalamnya. Nyatanya isi Tipitaka bisa dikatakan hampir sempurna, jarang sekali ditemukan kecacatan. Buddhisme mengajarkan berpikir realistis. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Tipitaka yang berusia ribuan tahun itu tidak mengalami pergeseran. Tetapi sejauh inti pesan Sang Buddha masih ditemukan jelas, maka semua pergeseran minor seperti itu tidaklah menjadi masalah. Bahkan seumpamanya Sang Buddha dinyatakan sebagai tokoh fiktif, hal itu tidak mengubah hakikat Dhamma itu sendiri.

10) Tolak ukur kebenaran dalam Buddhisme adalah mempraktikkan dan melihat sendiri hasilnya. Kebenaran harus diselami oleh masing-masing orang. Kebenaran bukan untuk diterima secara bulat-bulat. Dalam Buddhisme, tidak ada keharusan untuk menerima kebenaran dengan "iman" (kepercayaan meski belum melihat). Dalam Buddhisme, setiap orang harus menerima kebenaran dengan menganalisa dan melihat kebenaran itu sendiri.
« Last Edit: 11 January 2010, 02:11:24 PM by upasaka »

 

anything