Catatan kaki
974> Pañca sekhabalāni. Terlepas dari tumpang tindih sebagian, ini jangan dibingungkan dengan kelima kekuatan (pañca balānini) yang terdapat dalam tiga puluh tujuah bantuan menuju pencerahan, yang diperkenalkan pada 5:13-16. Mp: “Kekuatan-kekuatan dari seorang yang masih berlatih: kekuatan-kekuatan dari tujuh jenis individu yang masih berlatih. Kekuatan keyakinan disebut demikian karena kekuatan ini tidak goyah (na kampati dalam menghadapi ketidak-yakinan; kekuatan rasa malu bermoral tidak goyah dalam menghadapi sifat tanpa rasa malu bermoral; kekuatan rasa takut bermoral tidak goyah dalam menghadapi sifat tanpa rasa takut bermoral; kekuatan kegigihan tidak goyah dalam menghadapi kemalasan;dan kekuatan kebijaksanaan tidak goyah dalam menghadapi ketidak-tahuan.”
975> Hanya dalam Be.
976> Untuk perbedaan antara rasa malu bermoral (hiri) dan rasa takut bermoral (ottappa), dengan rujukannya, baca 2:8-9 dan p. 1622, catatan 225.
977> Mp menjelaskan udayatthagāminī paññā, “kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya,” sebagai “kebijaksanaan yang mampu menembus muncul dan lenyapnya kelima kelompok unsur kehidupan (pañcannaṃ khandhānaṃ udayavayagāminiyā udayañca vayañca paṭivijjhituṃ samathāya). Ini adalah kebijaksanaan sang jalan bersama dengan kebijaksanaan pandangan terang (vipasanāpaññāya c’eva maggapaññāya).”
978> Mp: “Ini dikatakan sehubungan dengan seorang yang kokoh dalam buah memasuki-arus.”
979> Pubbāhaṃ bhikkhave ananussutesu dhammesu abhiññāvosānapāranippatto paṭijānāmi. Mp: “’Karena, melalui empat jalan, Aku telah menyelesaikan enam belas tugas sehubungan dengan empat kebenaran [mulia], maka Aku mengaku telah mencapai penyempurnaan dan kesempurnaan, setelah secara langsung mengetahuinya; [yaitu,] Aku telah mencapai supremasi dalam menyempurnakan tugas-tugasKu dengan menyelesaikan semua tugas.’ Beliau menunjukkan moralitas yang ia capai oleh diriNya sendiri di ambang pencerahan agung.”
980> Baca 4:8 untuk perlakuan paralel pada empat landasan keyakinan diri, 6:64 untuk enam kekuatan Tathāgata, dan 10:21, 10:22 untuk sepuluh kekuatan Tathāgata.
981> Ini adalah kelima kekuatan (pañca balāni) yang termasuk dalam tiga puluh tujuh bantuan menuju pencerahan (bodhipakkhiyā dhammā). Kelima kekuatan itu, sebagai faktor-faktor, adalah identik dengan kelima indria (panc’indriyāni), tetapi keduanya dibedakan dengan perbedaan dalam aspeknya. Baca SN 48:43, V 219-20, dan komentarnya, Spk III 247,2-7, yang menjelaskan bahwa indria keyakinan berarti keunggulan dalam hal keyakinan, dan kekuatan keyakinan berarti ketidak-goyahan dalam menghadapi ketiadaan keyakinan (adhimokkhalakkhaṇe indaṭṭhena saddhindriyaṃ, assaddhiye akampanena saddhābalaṃ). Dengan cara yang sama, keempat indria lainnya berturut-turut adalah keunggulan dalam hal pengerahan usaha, kehadiran, ketidak-kacauan, dan pemahaman (paggahaupaṭṭhāna-avikkhepa-pajānana) dan keempat kekuatan lainnya adalah ketidak-goyahan dalam menghadapi kemalasan, kekacauan-pikiran, pengalihan, dan ketidak-tahuan (kosajja-muṭṭhasacca-vikkhepa-avijjā).
982> Empat faktor memasuki-arus (cattāri sotāpattiyaṅgāni): keyakinan yang tak tergoyahkan pada Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha, and perilaku bermoral yang disukai para mulia. Baca 9:27, 10:92.
983> Mp: “Faktor perilaku selayaknya (ābhisamācārikaṃ dhammaṃ) adalah perilaku tertinggi yang merupakan perilaku bermoral yang ditetapkan melalui tugas-tugas (uttamasamācārabhūtaṃ vattavasena paññattasīlaṃ; baca 4:245 §1, di mana kata yang digunakan adalah ābhisamācārikā sikkhā). Faktor dari seorang yang masih berlatih (sekhaṃ dhammaṃ) adalah perilaku bermoral yang ditetapkan bagi seorang yang masih berlatih. Perilaku Bermoral (sīlāni) adalah ‘empat perilaku bermoral besar’ (cattāri mahāsīlāni; diduga adalah empat jenis perilaku yang dijaga melalui empat aturan pārājika). Pandangan benar adalah pandangan benar dari pandangan terang (vipassanāsammādiṭṭhi); konsentrasi benar adalah konsentrasi sang jalan dan buah.”
984> Dari sini hingga “tidak terkonsentrasi dengan baik untuk hancurnya noda-noda” juga terdapat pada SN 46:33, V 92.
985> Seperti pada 3:101, I 254,10-12. bukannya muddikāya MN III 243,21 menuliskan pavaṭṭikāya dan AN I 254,10, dan AN I 257,26, menuliskan paṭṭakāya.
986> Kekuatan-kekuatan batin berikut ini juga terdapat pada 3:101. tentang “landasan yang sesuai,” baca p.1669, catatan 562.
987> Mp mengidentifikasikan “pengetahuan dan penglihatan pada segala sesuatu sebagaimana adanya” (yathābhūtañāṇadassana) sebagai pandangan terang lembuut; “kekecewaan” (nibbidā) sebagai pandangan terang kuat; “kebosanan” (virāga) sebagai jalan mulia. Mp memecah vimuttiñāṇadassana menjadi vimutti dan ñāṇadassana, dengan yang pertama mewakili buah (phalavimutti) dan yang terakhir adalah pengetahuan peninjauan (paccavekkhaṇañāṇa). Akan tetapi, saya menerjemahkan menurut makna biasa, dan menganggap vimutti hanya sekedar tersirat di sini.
988> Mp: “Pandangan benar di sini adalah pandangan benar dari pandangan terang. Kebebasan pikiran (cetovimutti) adalah konsentrasi sang jalan dan buah, dan kebebasan melalui kebijaksanaan (paññāvimutti) adalah pengetahuan buah.” Ps I 164,29-31, dalam mengomentari tentang cetovimuttiṃ paññāvimuttiṃ pada MN I 35,26-27, mengidentifikasikan kebebasan pikiran sebagai konsentrasi yang berhubungan dengan buah Kearahattaan, dan kebebasan melalui kebijaksanaan sebagai kebijaksanaan yang berhubungan dengan buah Kearahattaan.
989> Vimuttāyatanāni. Mp: “Penyebab-Penyebab Keterbebasan” (vimuccanakāraṇani).
990> So tasmiṃ dhamme atthapaṭisaṃvedī ca hoti dhammapaṭisaṃvedī ca. Mp menjelaskan atthapaṭisaṃvedi sebagai “seorang yang mengetahui makna dari teks” (pāḷi-atthaṃ jānantassa) dan dhammapaṭisaṃvedī sebagai “seorang yang mengetahui teks” (pāḷiṃ jānantassa), tetapi penjelasan ini tentu saja terlalu sempit dan tidak sesuai zaman. Pada 6:10, kita membaca labhati atthavedaṃ labhati dhammavedaṃ, yang saya terjemahkan “[ia] memperoleh inspirasi dalam makna, inspirasi dalam Dhamma.” Akar kata paṭisaṃvedī adalah vedī, yang jelas berhubungan dengan atthapaṭisaṃvedī dan dhammapaṭisaṃvedī berhubungan dengan atthavedā dan dhammaveda. Akar vid berhubungan dengan vijjā, pengetahuan, dan juga dengan vedanā, perasaan. Dengan demikian saya menyarankan veda seharusnya dipahami sebagai pengetahuan yang menginspirasi, atau “inspirasi,” yang memunculkan pāmojja dan pīti, kegembiran dan sukacita. Adalah mungkin bahwa atthapaṭisaṃvedī dan dhammapaṭisaṃvedī adalah berhubungan dengan atthapaṭisambhidā dan dhammapaṭisambhidā, walaupun dalam Pāli kata terakhir berhubungan dengan kata kerja bhindati, “memecah, membagi.” Baca juga pp. 1643-44, catatan 403.
991> Mp menjelaskan hal ini bermakna “ia terkonsentrasi melalui konsentrasi buah Kearahattaan” (arahattaphalasamādhinā samādhiyati). Tampaknya tidak mungkin bagi saya bahwa ini merupakan maksud yang sebenarnya, karena kontek menyiratkan bahwa ini adalah konsentrasi yang berfungsi sebagai landasan bagi pandangan terang, dan setelah itu bagi pencapaian sang jalan dan buah, bukan konsentrasi yang muncul sesudah realisasi.
992> Appamāṇan. Mp: “Hampa dari kualitas-kualitas pembuat batas, melampaui keduniawian” (pamāṇakaradhammarahitaṃ lokuttaraṃ). Biasanya, Nikāya-Nikāya mengidentifikasi konsentrasi tanpa batas sebagai empat alam brahma (brahmavihāra), tetapi beberapa teks juga mengenali konsentrasi tanpa batas yang melampaui keduniawian, yang diperoleh melalui hancurnya tiga kualitas “penghasil-batas”: keserakahan, kebencian, dan delusi. Baca MN 43:35, I 298, 8-9; SN 41:7, IV 297,11-12.
993> Baca p. 1669, catatan 560-61.
994> Be menghilangkan samādhiṁ. Jelas ini bukanlah kesalahan pencetakan, karena menurut satu catatan dalam Ee, penghilangan serupa juga sering terjadi pada naskah-naskah Burma.
995> Karena konsentrasi yang akan dijelaskan di bawah terutama adalah empat jhāna dan, mungkin, konsentrasi pandangan terang, maka Mp tidak menganggap kata ariya di sini merujuk pada jalan dan buah mulia melainkan sebagai bermakna “jauh dari kotoran yang ditinggalkan melalui penekanan (vikkhambhanavasena pahīnakilesehi ārakā ṭhitassa).” Dalam komentar, ariya kadang-kadang diturunkan dari āraka. Walaupun etimologi bermain-main, adalah mungkin bahwa samādhi ini merupakan praktik persiapan untuk mencapai jalan dan buah, bukan jalan dan buah itu sendiri.
996> Paccavekkhaṇanimittaṃ. Mp mengidentifikasikan ini sebagai pengetahuan peninjauan (paccavekkhaṇañāṇameva), jelas merujuk pada pengetahuan yang meninjau kembali pencapaian-pencapaian jalan dan buah. Akan tetapi, karena penggunaan kata paccavekkhaṇa ini tampaknya khas pada komentar, saya pikir lebih mungkin bahwa paccavekkhaṇanimitta di sini bermakna objek yang sedang diperiksa melalui pandangan terang.
997> Baca p. 1669, catatan 562.
998> Cīraṭṭhitiko hoti. Mp: “Jika seseorang telah memperoleh gambaran [konsentrasi] sewaktu berdiri, gambaran itu hilang ketika ia duduk. Jika ia telah memperoleh gambaran itu sewaktu duduk, gambaran itu hilang ketika ia berbaring. Tetapi pada seseorang yang bertekad pada berjalan mondar-mandir dan memperoleh gambaran dalam objek yang bergerak, gambaran itu tidak hilang ketika ia berdiri diam, duduk, dan berbaring.”
999> Mp mengatakan bahwa pandangan terang (vipassanā) dibahas di sini dalam lima cara.
1000> Mp mengidentifikasinya sebagai putri Raja Pasenadi dari Kosala.
1001> baca 4:87 §4
1002> Hanya empat jenis keunggulan yang disebutkan, kecuali jika yang ke lima adalah kekayaan (bhoga) bukan kekuaasan (ādhipateyya), seperti disebutkan dalam kuplet berikutnya.
1003> Ini memasyjjan paralel yang diperluas dari 4:34.
1004> Mp, dalam mengomentari sutta sebelumnya, mangatakan bahwa ia adalah putri Raja Bimbisāra.
1005> Anehnya, baik Ce maupun Ee tidak mencantumkan paragraf ini, yang terdapat dalam Be. Ini tampaknya diperlukan untuk melengkapi kelompok lima hal. Paragraf ini terdapat dalam seluruh tiga edisi kelompok Empat. Paralelnya dalam It §90, 88, tidak mencantumkan paragraf ini, tetapi It §90 memasukkannya dalam kelompok Tiga dan dengan demikian membatasinya pada tiga objek keyakinan.
1006> Virāge dhamme. Pernyataan paralel pada 4:34 hanya menuliskan virāge, tetapi It §90 menuliskan virāge dhamme.
1007> Syair-syair ini juga terdapat pada 4:34.
1008> Attacatuttho. Lit., “[dengan]-diri sendiri-[sebagai]-yang ke empat,’ yang berarti bahwa Sang Buddha diundang bersama dengan tiga bhikkhu menyertainya.
1009> Manāpakāyikānaṃ devānaṃ. Tidak dapat dipastikan apakah mereka disebut demikian dalam makna bahwa tubuh mereka menyenangkan, atau dalam makna bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah kelompok yang menyenangkan. Kata kāya dapat berarti tubuh fisik atau pun sekelompok. Mp mengidentifikasikan para dewata ini sebagai “para deva yang bersenang-senang dalam penciptaan.” Karena mereka menciptakan bentuk apa pun yang mereka sukai dan bersenang-senang di dalamnya, mereka disebut sebagai “bersenang-senang dalam penciptaan” atau “menyenangkan” (manāpā nāma te devā ti nimmānaratī devā; te hi icchiticchitaṃ rūpaṃ māpetvā abhiramaṇato nimmānaratī ti ca manāpā ti ca vuccanti). Baca 8:46, di mana Sang Buddha menguraikan delapan kondisi yang mengarah menuju kelahiran kembali di tengah-tengah para deva dengan tubuh-menyenangkan.
1010> Terdapat berbagai tulisan sehubungan dengan kata majemuk di sini: Ce icchācārena, Be issācārena, Ee issāvādena. Terjemahan saya mengikuti Ee. Yang menarik, pada 8:46, terdapat sebuah syair dengan kuplet identik tetapi dengan tulisan issāvādena dalam seluruh tiga edisi. Suatu pencarian dalam CST 4.0 untuk kata icchācār* menghasilkan banyak temuan atas kata majemuk ini dalam teks komentar tetapi tidak ada dalam teks kanonis. Dengan demikian tampaknya tulisan dalam Ce dipengaruhi oleh kebiasaan penyunting dengan ungkapan komentar.
1011> Ia awalnya adalah seorang pengikut Jain. Kisah pengalihannya diceritakan pada 8:12.
1012> Sandiṭṭhikaṃ dānaphalaṃ. Sebuah manfaat yang dapat dialami dalam kehidupan ini.
1013> Visārado upasaṅkamati amaṅkubhūto. Mp menjelaskan “dengan yakin” (visārado) sebagai berpengetahuan atau gembira (ñāṇasomanassappatto) dan “tenang” (amaṅkubhūto) sebagai tidak segan (na nittejabhūto).
1014> samparāyikaṃ dānaphalaṃ. Dengan manfaat ke lima ini, Sang Buddha telah melampaui pertanyaan awal Sīha dan menjelaskan, bukan buah dari memberi yang terlihat secara langsung, melainkan buah yang berhubungan dengan kehidupan mendatang.
1015> Nandana: Taman Rekreasi di surga Tāvatimsa.
1016> Āyuṃ, vaṇṇaṃ, sukhaṃ, balaṃ, paṭibhānaṃ. Baca 4:57, 4:58.
1017> Mereka “menunjukkan belas kasihan” (anukampeyyuṃ) kepada mereka dengan memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk memberi dana makanan dan dengan itu memperoleh jasa. Dengan demikian bukan berarti umat-umat awam yang menunjukkan belas kasihan kepada kaum monastik dengan memberikan dana makanan kepada mereka (walaupun hal ini juga benar), melainkan kaum monastik yang menunjukkan belas kasihan kepada umat-umat aawm dengan mendatangi rumah mereka untuk menerima persembahan mereka. Dengan memberi dana umat-umat awam menciptakan benih untuk kelahiran kembali yang berbahagia dan pencapaian nibbāna. Kaum monastik juga dapat mengajarkan Dhamma kepada umat-umat awam dan dengan cara ini memberikan akses pada ajaran-ajaran kepada mereka.
1018> Sebuah paralel dari 3:38 yang diperluas. Seluruh hal yang disebutkan dalam perumpamaan gunung ini identik dalam kedua sutta, tetapi 3:48 digabungkan menjadi tiga dengan cara menggabungkannya beberapa sebagai kata majemuk, sedangkan sutta yang sekarang ini menguraikannya secara terpisah. Sutta yang sekarang ini menambahkan pembelajaran (suta) dan kedermawanan (cāga) pada hal-hal yang didalamnya orang-orang tumbuh. Syair-syair ini identik dalam kedua sutta.
1019> Di sini dan di bawah, saya bersama dengan Ce dan Be membaca kulapatiṃ, bukan seperti Be kulaputtaṃ. Be dari 3:48 pada terjemahan saya (3:49 dalam penomoran Be) menuliskan kulapatiṃ pada tempat yang bersesuaian.
1020> Mulai dari bagian ini dan seterusnya, sutta ini paralel dengan 4:61. kelima hal ini diperoleh dengan membagi yang pertama dari dari bagian terakhir menjadi dua bagian. Syair dalam kedua sutta adalah identik.