hmm..saya tidak mengerti, mengapa menjadi ada pakai acara doa-doa segala, padahal buddhisme mengatakan doa sama sekali tidak bermanfaat, termasuk membaca paritta...
Paritta adalah khotbah asli Sang Buddha dan yang diabadikan dalam Kitab Suci Tipitaka Pali. Kata paritta pertama kali digunakan oleh Buddha Gotama di dalam khotbah yang dikenal dengan "Khandha paritta" di dalam Culla Vagga, Vinaya Pitaka (vol. ii, halaman 109), dan juga di dalam Anguttara Nikaya di bawah judul `Ahi (metta) Sutta' (vol. ii halaman 82). Khotbah ini direkomendasikan oleh Sang Buddha Gotama sebagai `pelindung' untuk digunakan oleh para bhikkhu. Di dalam khotbah itu Buddha menganjurkan para bhikkhu untuk mempraktekkan dan mengembangkan metta (cinta kasih universal) kepada semua makhluk.
Khotbah-khotbah ini telah dideklamasikan sebagai paritta atau bacaan (chant) bahkan di jaman Sang Buddha hingga sekarang dimana saat Buddhisme berkembang menjadi agama dengan pengikut besar, pembacaan paritta menjadi lebih populer di antara mereka karena kemanjurannya memberikan perlindungan dengan menangkis dukkha, bhaya (penyakit), roga (bahaya). Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa Paritta ini tidaklah sama dengan pembacaan doa paham lain, tak ada satu pun yang mistis di dalam paritta.
Singkatnya, penguncaran paritta akan memiliki kekuatan yang tinggi dalam hal kemanjuran, baik untuk mengurangi/menghilangkan efek buruk maupun untuk menimbulkan atau mengembangkan efek baik, dan sepenuhnya sangat tergantung dari kebenaran yang terkandung di dalam kata-katanya, moralitas pembaca dan pendengarnya, keyakinan pembaca dan pendengarnya, konsentrasi pembaca dan pendengarnya, cinta kasih yang ditimbulkan dan dikembangkannya, harmonisasi getaran suara yang dibacakannya, terakhir namun yang terpenting adalah potensi pendengarnya (kamma masing-masing yang pernah dan sedang dipupuknya).
Dengan kata lain, Paritta merupakan katalisator karena ia mengkondisikan kamma baik yang dimiliki (yang pernah dan sedang dipupuknya) oleh si pasien agar lebih cepat berbuah. Tetapi apabila si pasien tidak memiliki timbunan kamma baik karena jarang melakukan kebajikan maka dengan membaca paritta apapun dan seberapa banyakpun pasien itu maka persentase kesembuhan itu sangat kecil karena tidak ada buah kamma baik yang dapat dimatangkan untuk meng-counter akibat kamma buruk yang menyebabkan seseorang jatuh sakit. Walau demikian, seperti yang telah dijelaskan diatas pembacaan paritta-sutta tetap membawa manfaat positif.