//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tindakan netral (???)  (Read 52410 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #120 on: 30 December 2008, 09:22:42 PM »
Quote
disitu sudah jelas mengacu pada batin yg sudah terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.....

Jadi disini jelas sudah mengacu pada batin seorang Arahant, bukan seorang putthujhana yg notabene masih tertutup oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin......

disini yg tadi saya minta bro tesla utk dapat melihat level dan penggunaannya.......

 [at] markos & bond

seperti yg saya katakan sebelumnya, pada abhidhamma dikatakan tindakan yg bebas dari LDM memiliki kemungkinan menghasilkan vipaka pada putthujana (penghuni samsara yg bukan ariya) & tidak tidak menghasilkan vipaka pada arahat.

disutta tsb dikatakan bahwa: tindakan yg berasal dari LDM menghasilkan karma, tindakan yg bebas dari LDM, memotong karma... itu saja...

kemudian bro markos & bond berkesimpulan bahwa:
yg dikatakan Buddha pada paragraf ke 2 adalah mengacu pada bathin Arahat...

& saya berpendapat paragraf ke2 hanya membahas soal tindakan...
tidak lebih tidak kurang...
berakar LDM ---> karma
bebas LDM ---> no karma

apakah itu ketidakjelian? mungkin... :)
makanya sedari awal saya katakan, bahwa kita lanjutkan saja setelah bathin kita telah bebas dari LDM. toh dari prakteknya tujuan kita adalah sama, yaitu 'bebas dari LDM'.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #121 on: 30 December 2008, 09:27:01 PM »
Dalam Anguttara Nikaya, Catukka, Ariyamagga Sutta, dikatakan ada 4 macam kamma:
-Kamma gelap dengan akibat gelap
-Kamma terang dengan akibat terang
-Kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang
-Kamma yang bukan gelap dan bukan terang, dengan akibat bukan gelap dan bukan terang dan menuju pada lenyapnya kamma

Jadi dalam Sutta, tindakan yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha adalah kamma bukan gelap dan bukan terang yang menghasilkan akibat yang bukan gelap dan bukan terang. Tindakan tersebut disebutkan adalah yang bersesuaian dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

menurut saya sih begitu :)

tindakan yg bebas dari LDM, membawa ke lenyapnya karma.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tindakan netral (???)
« Reply #122 on: 30 December 2008, 09:42:47 PM »
makanya sedari awal saya katakan, bahwa kita lanjutkan saja setelah bathin kita telah bebas dari LDM. toh dari prakteknya tujuan kita adalah sama, yaitu 'bebas dari LDM'.


Hanya seorang Arahat sammasambuddha yang bisa menerangkan rentang kerja KARMA... Arahat Paccekabuddha dan Arahat savakabuddha karena tidak memiliki KEMAHATAHUAN tidak akan bisa menerangkannya...
Dalam Kasus Arahat Channa Thera yang membunuh dirinya, bahkan Arahat Sariputra masih mempertanyakan status ke-Arahat-an dari Channa Thera dan kelangsungan kehidupan (destiny) Channa Thera.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #123 on: 30 December 2008, 09:58:07 PM »
Kita tau bahwa tindakan yg didasarkan pada: Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan akan mengakibatkan hasil yg buruk pula. Jadi, LDM adalah kamma buruk dan akan menghasilkan vipaka buruk.

Ada tindakan LDM adapula tindakan aLaDaM. Tindakan aLaDaM adalah opposite dari LDM, yaitu suatu tindakan yg didasari pada kasih sayang, belas kasihan dan pengertian benar. Jika LDM akan membuahkan vipaka Buruk, apakah aLaDaM akan membuahkan vipaka baik?
saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...

Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Quote
Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
pendapat ko will kontras sekali dg abhidhamma lho :)

Quote
Pendapat sy ini dikuatkan oleh rantai Paticcasamupadda: bahwa pendorong kelahiran kita berikutnya adalah TANHA (Hawa nafsu).
atau bisa dilihat dg arah terbalik, bahwa upadana (kemelekatan) menjadi timbulkan (bhava) proses menjadi, & kemudian menjadi jati (kelahiran)...

seperti kata ko will sebelumnya, pada PATICCA SAMUPADDA ini jelas2 bahwa penyebab kelahiran adalah kemelekatan yg jelas2 adalah LDM. bertolak belakang dg konsep akar (hetu) citta kelahiran yah...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: tindakan netral (???)
« Reply #124 on: 31 December 2008, 12:00:41 AM »
pointnya begini,

belum suci -> ada LDM
arahant -> no LDM

bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? artinya switched back antara non arahant dan arahant?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: tindakan netral (???)
« Reply #125 on: 31 December 2008, 12:02:42 AM »
i see.. setuju ma medho..

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #126 on: 31 December 2008, 02:59:33 AM »
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? artinya switched back antara non arahant dan arahant?

yup, bisakah non-arahat berbuat tanpa LDM?

tapi kok malah pertanyaan ke2, dikatakan switch back arahat <-> non-arahat?
kalau dibilang begitu artinya, suhu dah kasih jawaban bahwa non-arahat tidak akan berbeuat tanpa LDM.
menurut saya sih tidak :) ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: tindakan netral (???)
« Reply #127 on: 31 December 2008, 06:40:31 AM »
Quote
tapi kok malah pertanyaan ke2, dikatakan switch back arahat <-> non-arahat?
kalau dibilang begitu artinya, suhu dah kasih jawaban bahwa non-arahat tidak akan berbeuat tanpa LDM.
Itu pertanyaan juga lagih. bukan jawabannya :P

ralat deh bisa tambah jelas  ;D

belum suci -> ada LDM
arahant -> no LDM

bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ? Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
« Last Edit: 31 December 2008, 06:43:22 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: tindakan netral (???)
« Reply #128 on: 31 December 2008, 08:38:20 AM »
kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...


Menurut Tesla: tindakan 'metta dan karuna' tidak akan membawa kepada kita keluar dari samsara.

Menurut saya: karena kita tidak bisa membahas batin arahat (selain hanya mengetahui dari text book), yg bisa kita bahas (krn dialami sendiri) adalah batin manusia penuh tanha -kita2 ini.

Nah, pada taraf kita2 ini, tindakan Metta dan Karuna masih diperlukan untuk mengikis LDM kita yg sangat2 tebal. Karena Metta dan Karuna DIPERLUKAN untuk mengikis LDM, maka otomatis Metta dan KARUNA termasuk JALAN untuk merealisasi 'keluar dari samsara'.

Selain itu -ini yg nyata- apakah pikiran kita bisa sekonyong2 "kiriya" (fungsional semata)?
Bukankah kita memerlukan tahapan2 pembersihan dahulu?

Quote
Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Kata2 Sang Buddha tersebut adalah terjemahan bahasa indonesia.
Apakah bahasa PALInya memang tertulis begitu? Bukannya terjemahan lebih tepatnya: janganlah menyukai/menyenangi apapun (instead mencintai)

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: tindakan netral (???)
« Reply #129 on: 31 December 2008, 08:47:19 AM »
dear aLL,


disini sepertinya langsung terjadi pembedaan langsung antara LDM dan aLaDaM

padahal seperti yg sudah pernah disebutkan bhw :
1. Jika ada Lobha, PASTI ada moha
2. Jika ada Dosa, PASTI ada Moha
3. Jika ada Lobha, PASTI tidak akan ada Dosa
4. Jika ada Moha, PASTI tidak ada Lobha atau Dosa

Jadi LDM itu sendiri, tidak akan pernah bisa berada secara bersamaan pada 1 tindakan, itu kenapa dalam sutta itu disebutkan 3 asal mula tindakan
Pun aLaDaM tidak MUNGKIN bisa muncul secara bersamaan pada seorang putthujhana s/d anagami krn sampai anagami sekalipun, masih belum bisa mematahkan sanyojana yg paling halus yaitu uddhacca (kegelisahan batin), yg merupakan bagian dari Moha

hal ini sebenarnya sudah dengan jelas disebutkan oleh bro bond, yg sepertinya kurang diperhatikan :
Quote
Jadi tidak ada namanya aLaDaM langsung ketiganya bersamaan pada puthujhana s/d (ini sy edit) anagami

Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.

Itu yg bro Medho pertanyakan dari tesla,
Quote
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?

Karena jika ada putthujhana yg bisa berbuat tanpa Lobha, Dosa DAN Moha (bukan atau yah), berarti org itu sudah suci, dan bisa menjadi tidak suci lagi

Jadi sutta itu sudah jelas hanya menyebutkan mengenai tindakan2 yg didasari oleh :
1. Lobha
2. Dosa
3. Moha
4. aLobha
5. aDosa
6. aMoha

dan di sutta itu sudah jelas merujuk pada Arahat :
Quote
begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan

Apakah mgkn bertindak dengan aLobha mula citta, tapi masih ada Lobha, Dosa atau Moha (bukan LDM sekaligus loh)? sangat mgkn teman2, bahkan bisa dibilang demikianlah sebenarnya selama kita masih belum mencapai arahat.......

misal kita berdana tp dgn niat utk memperoleh kekayaan atau nama baik..... berdana itu adalah aLobha, tapi krn Moha, membuat kita ada "pamrih"

tapi apakah itu berarti bhw tindakan ini didasari oleh LDM? tentunya bukan, karena pemicunya tetaplah aLobha, namun masih dicemari oleh akusala

Jadi tindakan/kamma sangatlah rumit dan tidaklah semata hitam dan putih spt yg disebut bro tesla :
berakar LDM ---> karma
bebas LDM ---> no karma

Karena pada kenyataannya, tindakan2 kita justru banyak sekali variasinya seperti :
1. nanavipayutta dan nanasampayutta (tidak disertai dan disertai pengetahuan)
2. somanassa dan domanassa (menyenangkan dan tidak menyenangkan)
3. asankharika dan sasankharika (dengan dan tanpa ajakan)

Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: tindakan netral (???)
« Reply #130 on: 31 December 2008, 10:15:30 AM »
saya setuju bahwa tindakan yg didasari kasih sayang ataupun belas kasihan akan membuahkan vipaka baik misal kelahiran di alam dewa. namun apakah ini aLaDaM??? daripada bahas ini aLaDaM yg kita tidak sepakat definisinya, kita bahas ini saja: menurut saya... tindakan demikian tidak membawa pada terputusnya rantai kelahiran...

Sang Buddha malah berkata:
Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.


Imo....
~Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun,--> lobha
~karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan---> dosa

Karena Lobha muncul dosa. Lobha dan dosa selalu diikuti oleh moha.

~Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai---> bebas dari LDM

cmiiw...

_/\_ :lotus:



« Last Edit: 31 December 2008, 10:23:46 AM by Lily W »
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: tindakan netral (???)
« Reply #131 on: 31 December 2008, 10:20:35 AM »
bravo ci Lily...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: tindakan netral (???)
« Reply #132 on: 31 December 2008, 10:37:06 AM »
Quote
Dari sudut pandang ini, jawaban saya adalah: aLaDaM TIDAK membutuhkan pembuahan di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain: tindakan yg diakari oleh aLaDaM tidak mendorong kelahiran kembali.
(harap dapat dibedakan dengan tindakan yg 'kelihatannya' baik namun masih didasari oleh keinginan lobha yg halus, ini jelas tidak termasuk konteks pembicaraan kita)
hehehe... bukankah menurut abhidhamma, yg menyebabkan kelahiran di alam sugati adalah tindakan yg didasari oleh aLaDaM? tergantung ada berapa aja akarnya... ^-^
pendapat ko will kontras sekali dg abhidhamma lho :)

Maaf, saya salah.
Bro Tesla benar.. menurut Abhidhamma tindakan2 baik memang akan membawa kepada kelahiran ke alam yg lebih baik.

Tapi, jangan salah tanggap dulu bahwa tindakan2 baik tidak diperlukan... (karena didefenisikan tindakan baik akan membawa kelahiran kembali, maka sebagian orang akan berpikir bahwa apa gunanya bertindak metta dan karuna... toh akan lahir kembali jua di alam lain).

Untuk kita yg segala citta nya masih ternoda, masih perlu berlatih menyucikan citta kita dengan tindakan2 metta karuna -yg diharapkan- semakin lama akan semakin murni akarnya.


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tindakan netral (???)
« Reply #133 on: 31 December 2008, 12:02:08 PM »
          Dikau baik, walau tidak dipinta,
          Dikau mencintai tanpa alasan,
          Dikau sahabat bagi yang asing tercampakkan,
          Dan Dikau menjadi sanak bagi yang tak bersanak.

          Perbuatan baik Dikau puji,
          Perbuatan buruk Dikau persalahkan,
          Tapi pada mereka yang bertindak demikian,
          Dikau bebas dari 'memihak' atau 'tidak memihak'.

          Walau Dikau lebih menyenangi ketenangan menyendiri
          Welas-asih mendorong-Mu melewati waktu
          Bersama kerumunan orang-banyak.

          Bagaikan naga yang perkasa,
          Keluar dari danaunya dengan pesona
          Welas-asih mendorong-Mu pindah dari hutan ke kota
          Demi keselamatan mereka yang akan belajar.

          Dikau memperingatkan yang keras-kepala, menahan yang gegabah.
          Dan meluruskan yang menyimpang.
          Dikau memberi semangat pada yang lamban dan mengekang yang gegabah
          Sebenarnyalah, Dikau adalah penuntun yang tiada bandingannya bagi manusia.

          Permusuhan malah membangkitkan kehangatan-Mu,
          Kebejatan menerima bantuan-Mu,
          Yang ganas menemukan kelembutan-Mu.
          Betapa mempesona hati-Mu yang agung!

          Dengan batin yang tak-terikat.
          Dikau bekerja tenang demi kesejahteraan dunia.
          Betapa mengagumkan seorang Buddha - keberadaan alami seorang Buddha!

          Dikau makan makanan miskin, terkadang kelaparan.
          Dikau menelusuri jalan-jalan kasar dan Dikau tidur beralas tanah,
          Yang keras terinjak oleh kaki ternak

          Dikau adalah Raja,
          Tapi Dikau tidak bertindak seolah kuasa pada lainnya
          Semua dapat menggunakan Dikau seakan pelayannya
          Untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan

          Dikau membantu mereka yang ingin mencelakakan-Mu
          Melebihi orang yang membantu dia yang baik padanya.
          Kepada musuh yang berkehendak jahat,
          Dikau adalah sahabat yang berkehendak baik padanya.
          Kepada mereka yang senang mencari kesalahan-kesalahan
          Dikau malah, mencari kebajikan-kebajikannya.14
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tindakan netral (???)
« Reply #134 on: 31 December 2008, 12:04:04 PM »
TAHAP-TAHAP DALAM MENEMPUH JALAN

 189.      Setelah teori agama Buddha diterima dan dimengerti, seseorang melaksanakannya, dan dengan pelaksanaan akan muncul realisasi atau perwujudan/pengejawantahan. Kita menciptakan penderitaan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain, karena keserakahan dan ketidak-tahuan kita. Dengan menjalani Jalan, keserakahan berubah menjadi kepuasan dan ketidak-tahuan berubah menjadi pengertian. Namun, ini adalah proses yang panjang, bertahap, berlangsung secara berangsur dengan penuh kesabaran sepanjang kehidupan kita, malah mungkin memerlukan beberapa kehidupan.

          Ibarat lautan besar melandai secara berangsur, menjadi dalam secara berangsur tanpa kecuraman tiba-tiba, demikian pula, Dhamma dan tata-tertib ini, dilaksanakan bertahap, dilatih bertahap, dipraktekkan bertahap; tidak ada pengetahuan yang dapat ditembus tiba-tiba.1


 190. Kadang-kadang kita menjadi tidak sabar menunggu hasil latihan kita, ketidak sabaran pada gilirannya mengacaukan dan menyebabkan kekecewaan, yang malah mempersulit kedamaian batin. Bila kita melaksanakannya tanpa perasaan cemas, karena selalu memandang ke depan - melihat seberapa jauh lagi kita harus berjalan, maka kepercayaan diri yang tumbuh dan merubah kita hari demi hari, secara berangsur akan menyelesaikan perjalanan kita. Sang Buddha sering mengingatkan kebenaran ini.

          Tukang kayu atau pembantunya memegang peralatannya yang telah usang disebabkan jari-jari dan ibu-jarinya, tapi dia tidak perlu mengetahui berapa kali peralatannya terpakai hari ini, berapa kali kemarin dan berapa kali lagi di lain waktu. Demikian pula halnya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui, berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup, bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus.2

      Juga di dalam Dhammapada, Sang Buddha menasehati kita:

          Janganlah memandang remeh kebajikan, dengan berkata:
          "Kebajikan kecil ini tidak akan berbuah pada saya."
          Setetes demi setetes tempayan air terisi.
          Demikian pula, sedikit demi sedikit,
          Seorang bijaksana dipenuhi kebajikan.3

      Perubahan atau transisi dari keberadaan samsara ke realisasi Nibbana adalah suatu yang bertahap, dan selama masa transisi ini, kita dengan jelas melalui empat tahapan. Kita akan menelusuri empat tahapan itu.

 191. Tahap pertama yang kita capai dan lalui dalam perjalanan berangsur ke Nibbana adalah apa yang disebut Pemenang-Arus (sotapatti). Sebelum mencapai tingkat ini, pencapaian Nibbana belumlah sesuatu yang pasti, tetapi begitu seorang menjadi Pemenang-Arus, Nibbana pasti dapat dicapai, tidak ada kejatuhan kembali, seorang hanya akan maju terus - makanya disebut Pemenang-Arus. Seperti halnya orang yang mengikuti aliran sungai yang dahsyat dan terbawa arus walau tanpa usaha. Sang Buddha berkata, sekali mencapai tahap ini, seorang akan mencapai Nibbana dalam tujuh kali kehidupan, dan dengan demikian ini adalah suatu keberhasilan terbesar diantara semua pencapaian duniawi lainnya. Beliau bersabda:

          Lebih mulia dibanding menjadi penguasa tunggal dunia
          Lebih mulia dibanding terlahir di surga
          Lebih mulia dibanding menjadi tuan tanah dunia-dunia
          Keberhasilan seorang Pemenang-Arus.4


 192. Untuk menjadi seorang Pemenang-Arus, seorang harus mengatasi terlebih dulu tiga dari sepuluh belenggu (dasa samyojana): percaya bahwa badan adalah diri, keraguan dan ketergantungan pada moralitas dan peraturan-peraturan. Belenggu pertama, percaya bahwa badan adalah diri (sakkaya ditthi), menahan kita dari belakang sebab dengan identifikasi badan, kita mengabaikan batin. Badan selalu dimanjakan, sebaliknya tiada usaha untuk mengisi batin. Belenggu ke dua, keraguan (vicikiccha), menyebabkan kita senantiasa bingung dan goyah serta melemahkan energi dan kepercayaan-diri kita untuk menjalani Jalan. Belenggu ke tiga, ketergantungan pada moralitas dan peraturan (silabbata paramasa), memperdaya kita dengan berpikir bahwa moralitas sendiri sudah cukup, atau berpikir bahwa pelaksanaan upacara ritual (diluar) dapat merubah batin kita (didalam). Oleh karenanya, kadang-kadang kita bertindak salah, karena lebih mengutamakan upacara-upacara dari pada sesuatu yang lebih penting, yakni makna dan semangat yang terkandung di dalamnya.

 193. Dalam menanggulangi tiga belenggu ini, seseorang hendaknya mengembangkan Empat Lengan dari Pemenang-Arus (sotapatti-yanga): keyakinan teguh (veccapasada) pada Buddha, keyakinan teguh pada Dhamma, keyakinan teguh pada Sangha dan kebajikan yang utuh. Bila dengan mengatasi tiga belenggu, kita telah memurnikan pengertian kita; maka pengembangan Empat Lengan dari Pemenangan-Arus memperkuat rasa kepastian dan memurnikan perilaku kita, menggerakkan energi spiritual yang kemudian menuntun kita ke Nibbana. Sekali lagi dengan mengibaratkan aliran sungai, Sang Buddha berkata:

          Ketika dewa langit menuangkan hujan deras, airnya mengalir turun dan mengisi parit, celah dan retakan bumi dan lalu mengisi kolam kecil, lalu kolam besar, lalu danau; terisinya danau mengisi sungai kecil, sungai kecil mengisi sungai besar, sungai besar mengisi lautan. Demikian pula, Siswa yang memiliki keyakinan teguh pada Buddha, Dhamma dan Sangha, dan memiliki kebajikan Arahat, kesemuanya ini akan mengalir terus dan mencapai pantai yang lebih jauh dan menuntun penghancuran kekotoran batin.5


 194. Bila kita memahami nilai keyakinan sejati (saddha), kita akan sangat menghargai nilainya. Mengapa? Sebab bila keyakinan-sejati digabung dengan kebajikan, maka akan dapat menghancurkan Belenggu-belenggu dan menghantar ke pencapaian Nibbana. Dalam tradisi agama lain, seseorang akan diselamatkan oleh keyakinan, sebab keyakinan adalah bukti kesetiaan sepenuhnya pada Tuhan, dan oleh karenanya Tuhan akan menjawabnya dalam bentuk keselamatan padanya. Keyakinan seperti itu adalah bukti kepatuhan dan kesetiaan mutlak pada Tuhan, dan karenanya akan dianugerahi keselamatan. Dalam agama Buddha "keyakinan" dipandang sangat berbeda.


 195. Secara nalar, keyakinan adalah penerimaan doktrin-doktrin yang tidaklah dapat dibuktikan kebenarannya dengan segera oleh pengalaman langsung. Dibutuhkan kesungguhan untuk menunggu dengan sabar dan penuh keyakinan, sampai kesenjangan pembuktian terisi. Ketika kita pertama mendengar ajaran Sang Buddha, pengalaman hidup kita akan membenarkan ajaran itu. Kebenaran Mulia yang pertama dan ke dua, misalnya, sangatlah jelas bagi seorang yang dapat menalar. Dengan melaksanakan Jalan Berjalur Delapan, pengalaman kita kemudian akan mengatakan pada kita bahwa Jalan tersebut benar ampuh memperkecil nafsu-keinginan dan meninggikan kebahagiaan dan kepuasan batiniah. Namun, beberapa ajaran, seperti kamma, kelahiran-kembali dan realisasi Nibbana, memang tak dapat langsung dibuktikan, oleh karenanya kita terima sementara sebagai keyakinan. Namun, keyakinan sedemikian adalah keyakinan rasional/masuk-akal, (akaravati saddha)6 sebab pengalaman membuktikan bahwa Sang Buddha memperlihatkan kebenaran dalam banyak hal. Apabila keyakinan kurang, kita menjadi skeptis pada Dhamma, bingung dan tidak berkeinginan untuk membuktikannya. Keyakinan memberi kita kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh Dhamma kepada siapa saja yang mau melaksanakannya; keyakinan menghendaki agar kita tetap mencoba sampai berhasil, dan mendorong kita untuk melaksanakannya sampai apa yang sebelumnya hanya kepercayaan berubah menjadi pemahaman. Nagajuna dengan indahnya melukiskan hubungan antara keyakinan dan pemahaman. Dengan berkata:

          Seseorang bergabung dengan Dhamma tanpa keyakinan,
          Tapi dia mengetahui lewat pemahaman;
          Pemahaman adalah pemimpin dari keduanya,
          Tapi keyakinan mendahuluinya.7


 196. Walau keyakinan sangatlah penting, tapi bila tidak disertai keterbukaan dan keingintahuan, maka hanya akan menyebabkan pikiran-sempit, yang malah menjadi ciri tradisi lain. Sebaliknya, orang yang intelektual atau daya-nalarnya berlebih-lebihan dan berkeyakinan tipis, umumnya tidak sepenuh-hati mengadakan pendekatan pada Dhamma. Kebijaksanaan menghindarkan keyakinan berkembang menjadi fanatisme, dan keyakinan menghindarkan kebijaksanaan berkembang menjadi skeptisme. Buddhagosa berkata:

          Seseorang yang kuat dalam keyakinan tapi lemah dalam kebijaksanaan memiliki kepercayaan-diri yang genting dan tak terpijak. Seseorang yang kuat dalam kebijaksanaan tapi lemah dalam keyakinan, keliru diatas kelicikan, dan sulit terobati seperti seorang yang sakit dikarenakan karena obat-obatan. Bila keduanya berimbang, seseorang akan memiliki kepercayaan-diri dimana ada tempat berpijak untuk itu.8


 197. Dengan sendirinya, keyakinan adalah kekuatan dan keteguhan hati dalam kemauan yang dapat memusatkan seluruh energi kita demi cita-cita dihadapan kita yang belum tercapai. Keyakinan memberi rasa percaya-diri, kekuatan dan ketak-gentaran yang membuat kita memandang Dhamma sebagai terpenting dibanding segalanya. Bhikkhu Punna adalah lambang keyakinan teguh seperti ini. Setelah belajar Dhamma, dia memutuskan pergi dan menetap diantara orang-orang yang terkenal kasar dan keras, untuk mengajarkan Dhamma pada mereka. Ketika Sang Buddha mendengar rencana Punna, Beliau bertanya:

          "Ke dusun mana engkau akan pergi menetap, Punna, setelah belajar Dhamma secara singkat dari Saya?" "Ada dusun yang bernama Sunaparanta. Saya akan tinggal disana."
          "Tapi Punna, orang di Sunaparanta sangat keras dan kasar. Apa yang akan engkau perbuat bila mereka menghina dan mengabaikan engkau?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang di Sunaparanta ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tinjunya.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tinjunya?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak melempari saya dengan bongkahan tanah.'"
          "Lalu bila mereka melemparimu dengan bongkahan tanah?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tongkat.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tongkat?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak menusuk saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka menusuk engkau dengan belati?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak membunuh saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka membunuh engkau dengan belati?"
          "Bila orang-orang di Sunaparanta membunuh saya dengan belati, saya akan berkata: 'Beberapa murid Tuanku, karena jijik dan malu pada tubuh dan hidupnya, mengambil belati bagi dirinya sendiri. Dan saya disini, didatangi belati tanpa harus mencarinya.'"
          "Bagus, Punna, bagus. Engkau akan dapat hidup di dusun itu diantara orang-orang Sunaparanta, berkat hatimu yang lembut dan tenang."9

      Diceritakan kemudian, sebagai hasil keputusan Punna menetap Punna diantara orang-orang kasar ini, sekitar lima ratus orang diantara mereka kemudian mencapai Pencerahan.

      Aspek penguatan dan penanaman rasa percaya diri oleh keyakinan juga dilukiskan oleh Nagasena, yang menggambarkannya pada Raja Milinda sebagai bercirikan ketenangan dan sebagai suatu lompatan ke depan.

          Lalu Raja Milinda berkata: "Yang Mulia Nagasena, apa ciri dari keyakinan?"
          "Keyakinan, Tuanku, memiliki ketenangan dan lompatan ke depan sebagai cirinya."
          "Bagaimana ketenangan merupakan ciri keyakinan?"
          "Bila keyakinan timbul, dia akan menghancurkan rintangan-rintangan batin, bila pikiran bebas dari rintangan-rintangan, dia akan jernih, murni dan tenang."
          "Berilah perumpamaan."
          "Seorang raja, mengadakan perjalanan sepanjang jalan-kota bersama pasukannya yang terdiri dari empat bagian- pasukan gajah, pasukan kuda, kereta-kereta dan pasukan-bersenjata - menyeberangi sungai kecil, olehnya air menjadi keruh, kotor dan berlumpur. Lalu, raja berkata: 'Ambilkan air, orang-orangku yang baik; saya ingin minum.' Mereka menjawab: 'Baik, Yang Mulia.' Dan mengambil permata pembersih-air, meletakkannya di dalam air, dan karenanya semua tumbuhan air menghilang, Lumpur mengendap dan air menjadi jernih kembali, murni dan tenang. Lalu mereka menawarkan air itu pada raja, seraya berkata: 'Minumlah, Yang Mulia.' Pikiran adalah seperti air, pasukan-pasukan bagaikan siswa pemeditasi yang cermat, kotoran-batin adalah bagaikan permata pembersih-air. Begitu tumbuhan-air menghilang, lumpur mengendap, dan air menjadi jernih, murni dan tenang setelah permata pembersih-air diletakkan di dalamnya - demikian pula, timbulnya keyakinan menghancurkan rintangan-rintangan batin, dan pikiran tanpa rintangan-batin adalah jernih, murni dan tenang."
          "Bagaimana, Tuan Yang Mulia, lompatan kedepan merupakan ciri dari keyakinan?"
          "Bagaikan, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, begitu melihat batin mereka yang lain telah terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."
          "Berilah perumpamaan."
          "Awan mendung mencurahkan hujan deras diatas gunung, lalu dengan derasnya air mengalir ke bawah, mengisi parit, lembah dan sungai kecil di atas lereng, mengisi sungai dengan derasnya, memecahkan pinggiran sungai, tanpa mengetahui lebar dan dalamnya, mereka akan berdiri kebingungan dan ketakutan di pinggiran sungai. Lalu, bila ada seorang yang percaya pada kekuatan dan kemampuannya sendiri mendekati pinggiran sungai, lalu meringkaskan pakaian sebatas pinggang, berenang dan menyeberangi sungai; dengan melihat ini, kumpulan orang tadi lalu mengikutinya menyeberangi sungai pula. Demikian pula, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, dengan melihat batin mereka yang terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."10
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))