Buddhisme dan Kehidupan > Lingkungan

[ASK] Pertikaian, perpecahan, dan konflik antar organisasi Buddhis di nusantara

<< < (2/12) > >>

xenocross:
Walubi, Serupa Tapi Tak Sama

Umat Budha punya wadah baru untuk berhimpun. Tapi, wadah itu malah menegaskan perpecahan yang ada.
Singkatan boleh sama, tapi kepanjangannya bisa berbeda. Itulah yang terjadi dengan nama organisasi umat Budha di Indonesia, Walubi. Jika selama ini Walubi dikenal sebagai Perwalian Umat Budha Indonesia, maka sejak Agustus lalu ada Walubi lain yang artinya, Perwakilan Umat Buddha Indonesia.

Meskipun perbedaannya hanya pada kata Perwalian dan Perwakilan, ternyata perbedaan itu juga menggambarkan konflik yang sedang terjadi di kalangan pimpinan umat Budha Indonesia akhir-akhir ini. Kehadiran Walubi Perwakilan, memang dimaksudkan untuk mengganti Perwalian.

Seperti sudah diketahui, Perwalian adalah wadah berhimpunnya berbagai majelis (organisasi umat) dan sangha (organisasi bikhu) yang mewakili berbagai aliran yang berkembang dalam agama Budha. Ternyata organisasi tersebut, dalam perjalanannya, diganggu konflik internal yang berkepanjangan. Antara lain, kericuhan yang terjadi seusai Munas II tahun 1992 lalu.

Konflik itu pula berakhir dengan pemecatan 13 pengurus DPP Walubi dan keanggotaan Majelis Budhayana Indonesia (MBI) dan Sangha Agung Indonesia. Serta munculnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘kembar? Yang dituduh sebagai motor perpecahan adalah Ketua Dewan Penyantun Walubi (1993-1998), yakni Siti Hartati Murdaya.

Meskipun langkah Murdaya itu didukung penguasa saat itu, namun pihak yang dipecat menolak cara-cara Murdaya. Antara lain, karena 13 orang yang diangkat oleh Munas itu, dipecat berdasarkan rekayasa rapat pimpinan yang disetir oleh Murdaya lewat AD/ART baru.

Bahkan, sebagaimana yang dituduhkan oleh Lieus Sungkharisma, tokoh MBI yang ikut dipecat serta pemilik usaha Berca Grup itu, ikut bertanggung jawab terhadap penyiksaan beberapa tokoh umat Budha yang dilakukan oleh oknum tentara.

Tampaknya, Murdaya ingin mengubur luka lama itu dan membuat suasana yang lebih akomodatif bagi berbagai perbedaan yang ada. Dengan dukungan sejumlah tokoh Budha, dibentuklah Perwakilan yang kemudian dikukuhkan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Masyarakat Hindu Buddha, Departemen Agama, 20 Agustus lalu.

Seperti diakui Murdaya kepada TEMPO, yang ia lakukan adalah jalan pintas untuk meruntuhkan benteng pemisah antara masing-masing anggota Perwalian. Organisasi yang lama dinilai memiliki kriteria yang terlalu ketat menyangkut akidah (keyakinan). Sebuah aliran seperti Niciren, hanya karena tak sesuai kriteria Perwalian, dipecat. "Sekarang kita sepakat bahwa masing-masing organisasi (aliran, pen) tidak akan mengintervensi lainnya," kata Murdaya.

Beberapa tokoh Budha dan sekaligus pendiri pengurus Perwalian dan sangha mendukung pembentukan wadah baru tersebut dan menuangkannya dalam pernyataan bersama. Mereka adalah majelis Mahayana, Theravada, Sangha Theravada, Tantrayana Kasogatan, Maitreya, Tridharma, Niciren Syosyu dan Lembaga Agama Buddha Indonesia.

Sedangkan sisanya, seperti MBI dan Forum Komunikasi Angkatan Muda Budhis (Forkami), tegas-tegas menolak wadah baru tersebut.. "Walubi baru tidak perlu. Kalau tujuannya untuk persatuan umat, yang lama cukup diperbaiki saja," kata Agus Tjandra, ketua umum Keluarga Mahasiswa Buddhis Jakarta, anggota Forkami. Sedangkan Sangha Mahayana sejauh ini belum menentukan sikap.

Adapun Lieus menilai langkah pembentukan Perwakilan bertujuan untuk membubarkan Perwalian tanpa melalui kongres. Arahnya, agar pengurus Perwalian, terutama ketua Dewan Penyantun tak perlu mempertanggungjawabkan tugasnya. "Dengan wadah baru ini, maunya kasus-kasus yang ada selesai begitu saja, " kata Lieus kepada TEMPO.

Namun, tuduhan Lieus itu bisa jadi tidak benar sebab, Perwalian rencananya akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa pada Oktober mendatang dengan agenda utama, pembubaran organisasi tersebut. Pertanggungjawaban pengurus, tentu bisa saja diagendakan.

K.M.N., laporan Karaniya Dharmasaputra, Ahmad Fuadi, Setiyardi
http://210.34.3.199/mirror/cornell/tempo/agama-1.htm

markosprawira:
buset deh bro.... itu berita lama banget....

KMBJ aja udah lebur jadi Hikmahbudhi.......

xenocross:
oh ya?
justru memang lagi gali berita2 lama.
Habis pertanyaanku ga ada yg jawab.
Kan memang waktu itu aku masih hijau [muda]
Pokoknya waktu KASI berdiri sampai sekarang aku di pihak KASI.
Tapi mau tau lebih jauh, in case ada yg nanya.
Ehipassiko juga...

sakura:
anda ingin mengetahui sejarah perkembangan agama buddha atau sejarah pertikaian Petinggi2 Buddhis ?
Saran sy, jika anda ingin mengetahui sejarah pertikaian yang berakhir dengan perpecahan maka anda akan bingung sendiri.
biarlah itu urusan mereka.
kalo sy pribadi, yang penting di Vihara/Cetiya atau tempat apapun namanya yang penting asal ada altar Buddha Rupam, itu tempat ibadah saya, dan mungkin tempat ibadah Bro dan Sis semua

dilbert:

--- Quote from: sakura on 08 January 2009, 12:16:33 AM ---anda ingin mengetahui sejarah perkembangan agama buddha atau sejarah pertikaian Petinggi2 Buddhis ?
Saran sy, jika anda ingin mengetahui sejarah pertikaian yang berakhir dengan perpecahan maka anda akan bingung sendiri.
biarlah itu urusan mereka.
kalo sy pribadi, yang penting di Vihara/Cetiya atau tempat apapun namanya yang penting asal ada altar Buddha Rupam, itu tempat ibadah saya, dan mungkin tempat ibadah Bro dan Sis semua

--- End quote ---

sdr.Sakura pernah ke BUDDHA BAR ?

http://www.buddha-bar.co.id/restaurant.html

itu tempat ibadah ? ? ? ? ?

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version