Tadi Fuki tls:
"Pendapat pertama mengatakan ini bertentangan dengan prinsip belas kasih. Itu bagai memenjarakan mereka. Apa sih yang mereka lakukan sehingga mereka harus dikurung dalam penjara tembok kaca? Mereka seharusnya berenang di sungai atau danau, bebas pergi kemana pun mereka suka.
Pendapat kedua tidak setuju dengan hal tersebut, memang benar ikan-ikan itu tidak bebas menuruti kehendaknya, tetapi hidup dalam akuarium membebaskan mereka dari begitu banyak marabahaya. Yaitu:
Pernahkah anda melihat orang memancing ikan di akuarium di rumah seseorang? Tidak! Jadi, kebebasan pertama bagi ikan-ikan dalam akurium adalah kebebasan dari ancaman para pemancing. Bayangkan apa jadinya bagi ikan di alam bebas. Ketika melihat seekor cacing lezat atau seekor lalat sedap, mereka tak pernah yakin apakah itu aman dimakan atau tidak. Mereka, tak diragukan lagi, telah menyaksikan banyak teman dan kerabat mereka menaplok seekor cacing yang tampak lezat, tiba-tiba lenyap dari pandangan mereka untuk selamanya. Bagi ikan di alam bebas, makan itu terancam bahaya dan sering berakhir dengan tragedi. Makan malam bisa menjadi traumatik. Ikan di alam bebas bisa-bisa menderita gangguan pencernaan kronis karena hilangnya nafsu makan, dan ikan di alam bebas yang paranoid bisa dipastikan akan mati kelaparan. Ikan di alam bebas mungkin saja menderita tekanan batin, tetapi ikan di akuarium terbebas dari bahaya semacam ini.
Ikan di alam bebas juga harus mencemaskan ancaman ikan lebih besar yang akan memangsa mereka. Dewasa ini, di beberapa sungai yang rusuh, para ikan tidak lagi merasa aman untuk keluyuran pada malam hari! Bagaimanapun, tak ada pemilik akurium yang akan mengisi akuarium dengan jenis ikan yang akan memangsa ikan lainnya. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ikan kanibal!
Dalam daur alamiahnya, Ikan di alam bebas kadang tak memperoleh makanan. Namun bagi ikan di akuarium, hidup itu bagai tinggal di sebelah restauran. Dua kali sehari, makanan bergizi diantarkan ke depan pintu mereka, bahkan lebih nyaman dari jasa antar pizza, karena mereka tidak perlu membayar. Jadi ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kelaparan.
Selama perubahan musim, sungai dan danau mengalami perubahan suhu yang ekstrem. Sungai dan danau menjadi sangat dingin pada musim dinginm sampai permukaannya tertutupi es. Pada musim panas, air bisa menjadi terlalu hangat untuk ikan, kadang bahkan sampai mengering. Namun, ikan dalam akuarium memiliki sistem pengaturan dara dan suhu. Suhu air dalam akuarium terjaga ajek dan hangat, sepanjang hari sepanjang tahun. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kedinginan dan kepanasan.
Di alam bebas, bila seekor ikan jatuh sakit, tak ada yang akan merawatnya. Namun, ikan dalam akuarium punya asuransi kesehatan gratis. Pemiliknya akan memanggil dokter ikan untuk datang kapan pun ada ikan yang sakit; mereka bahkan tidak harus pergi sendiri ke klinik. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ketiadaan perlindungan kesehatan.
Pendapat kedua, menyimpulkan. Ada banyak keuntungan menjadi seekor ikan dalam akuarium, katanya. Memang benar, mereka tidak bebas menuruti kehendaknya dan berenang ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan.
Hal itu sama dengan kehidupan yang bajik. Benar, mereka tidak bebas mengikuti nafsunya dan seenaknya ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan."
Menurut gw pandangan 1 lbh baek krn alasan kedua tdk begitu logis,mank benar seperti dikatakan oleh pendpt ke 2 yakni si ikan terbebas dr byk marabahaya.
Tp mesti dicamkan "Sesuai dengan benih yg ditabur itu buah yg akan dirasakannya"
Bukankah apabila dialam bebas sang ikan mati ditangkap pemancing,predator laen atau apapun itu adalah karmanya???
Pandangan 1 untuk melepas ke alam bebas lebih baek,krn kita tidak melekat kepada sang makhluk lage(Batin kita nempel ama tuh objek, misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya, gimana dll)...
Dan lage si ikan seharusnya punya kehendak untuk khdpannya sendiri,tdk etis lah jika hdp mati sang ikan berada ditangan org laen...
Mati hidup semua makhluk ditangannya masing2....
Tdk etis jika ketika merebut kebahagian sang ikan dialam bebas,Menurut gw,jika gw jd ikan gw lebih senang di
alam terbuka,melakukan segala hal sesuai dengan cetana gw dan takdir gw ditangan gw sndr bukan ditangan sang pemelihara.
Sehingga mati pun tdk menyesal bknkah gw sudah bertahan hdp dialam bebas dan melakukan hal yg terbaik dlm hdp gw???
SO menurut gw pendapat 1 lebih bagus deh...
Mohon sharing dari anda2 sekalian....