Wah uda turun gunung nih Sekalian mo nanya ko Fabian,
1. Mengapa melatih objek kasina warna putih harus melalui tulang. Apakah tidak bisa langsung ke kasina warna putih langsung sejak awal meditasi ? (jadi lebih menghemat waktu atau mungkin ada alasan lainnya?)
2. Jika vipasanna baru dilakukan setelah kasina komplit sampai jhana 8, bukankah lebih baik kita meditasi langsung dengan objek kasina tanpa melewati anapanasati?
sekalian cerita2 pengalaman retreatnya ko...
Iya nih saudara Bond, gara-gara ayal-ayalan sama ambeiennya terpaksa berhenti sebelum waktunya, tapi nggak apa-apa, masih ada tahun depan.
1. mengenai mengapa sesudah mencapai Jhana dengan Anapanasati baru diarahkan kasina putih dengan memperhatikan tulang (kayagatasati dengan objek tulang lebih dahulu hingga mencapai jhana baru diarahkan untuk memperhatikan karakteristik warna dari tulang), ini disebabkan oleh karena ada orang yang tidak cocok melatih kasina dengan objek luar bahkan Visuddhi Magga mengatakan melatih kasina langsung sulit (kalau tidak salah dikatakan bahwa hanya satu diantara seratus yang berhasil mencapai upacara samadhi, buku Visuddhi Magga saya sedang dipinjam jadi tak dapat mengkonfirmasi) lalu dikatakan bahwa untuk mencapai Jhana lebih sulit hanya satu diantara seratus yang dapat mencapai Jhana, lalu hanya satu diantara seratus yang mampu menguasai kemahiran kasina Jhana (vasi) dan satu diantara seratus yang berhasil menerapkan cepat tanggap (rapid response) seperti yang dimiliki oleh para Arahat-Arahat tangguh.
Sang Buddha memiliki rapid response luar biasa, yaitu berpindah dari kasina air ke kasina api dengan cepat sehingga nampaknya air dan api keluar bersamaan seperti yang terlihat dalam
Yamaka Patihariya (keajaiban kembar yaitu air dan api keluar sekaligus dari tubuh Beliau) OOT hehehe...
Dalam salah satu ceramah beliau di Cibodas Pa Auk Sayadaw mengatakan bahwa dari sekian banyak siswa meditasi yang belajar dengan beliau hanya satu orang yang berhasil mencapai Jhana dengan berlatih meditasi kasina langsung.
Mengenai pengalaman retretnya biasa saja, pengalaman paling menarik adalah pengalaman manunggal dengan objek, inilah yang menurut pandangan Kejawen disebut manunggaling kawula gusti, sebenarnya di
dalam Visuddhi Magga pengalaman manunggal ini disebut absorption.
Semoga keterangan ini dapat membantu saudara Bond