//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"  (Read 11100 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #30 on: 16 March 2014, 09:00:10 PM »
Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan sehubungan dengan postingan kak Shinichi, untuk melengkapi pengertian yang benar dari postingan beliau, terima kasih sebelumnya.

1. Apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan = netral ?

Yups

Quote
2. Apa perbedaan perasaan duniawi vs perasaan non-duniawi ?

Menurut SN 36.12, perasaan duniawi (samisa) adalah perasaan yang berhubungan dengan lima utas kenikmatan indera (bentuk, bau, suara, rasa, dan sentuhan), perasaan non-duniawi meliputi perasaan spiritual (niramisa) yang muncul dari pencapaian jhana dan perasaan yang lebih spiritual daripada spiritual (nirāmisā nirāmisatarā) yang muncul dari pencapaian seorang bhikkhu yang noda-nodanya telah dihancurkan meninjau batinnya yang terbebas dari nafsu, kebencian dan kebodohan.

Quote
3. perasaan secara internal dan perasaan secara eksternal maksudnya apa, mungkin boleh minta contohnya?

Menurut Abhidhamma dan komentar, perenungan (tubuh, perasaan, pikiran dan objek pikiran) secara internal menunjuk pada pengalaman yang dialami diri sendiri, sedangkan secara eksternal menunjuk pada pengalaman yang dialami orang lain. Kita mungkin dapat mengamati tubuh orang lain dengan mudah, namun untuk mengetahui perasaan ataupun kondisi batin orang lain terdapat 4 cara: berdasarkan apa yang dilihat, apa yang didengar, mengkontemplasikan dan merefleksikan lebih lanjut apa yang didengar, dan membaca pikiran (abhinna). Dengan demikian, perenungan secara eksternal dapat dilakukan dengan mengembangkan sati akan postur, ekspresi wajah, dan suara orang lain yang merupakan indikator dari perasaan atau keadaan pikiran mereka (mirip dengan cara seorang psikoanalis mengamati pasiennya).

Quote
4. ...Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.
Pernyataan ini maksudnya gimana yah, apakah hanya sekedar mengetahui atau memperhatikan bahwa telah timbul perasaan di sana?
Semacam konsentrasi gitu bukan?
Jadi "perasaan yang timbul" kita jadikan sebagai objek konsentrasi saja sehingga objek yang lain tidak memiliki kesempatan untuk muncul?

IMO, di sini hanya sati yang digunakan untuk menyadari sepenuhnya bahwa perasaan tersebut ada dalam diri meditator, untuk melihat fenomena batin tersebut hanya sekedar fenomena batin semata (melihat segala sesuatu sebagaimana adanya).

Bedanya dengan konsentrasi, ketika fenomena batin lain muncul, kita hanya sati terhadap fenomena batin tersebut dan ketika fenomena batin tsb lenyap, pasti akan muncul fenomena batin lain lagi, maka sati diarahkan pada fenomena batin yang muncul saat ini (karena batin/pikiran hanya bisa menyadari/memperhatikan satu objek pikiran/fenomena batin pada satu momen pikiran). Sedangkan dalam konsentrasi, kita memfokuskan pikiran pada satu objek tanpa memperhatikan yang lain apa pun itu.

Quote
Terima kasih sesudahnya.

Trims kembali. Cmiiw :)
« Last Edit: 16 March 2014, 09:14:22 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #31 on: 17 March 2014, 08:16:42 PM »
IMO, metode mbah Menyan bukan sati (perhatian benar) semata, melainkan pandangan benar yang sudah tingkat lanjut....

Kenyataannya Bodhisatta sendiri menggunakan salah satu metode yang disebutkan dlm sutta tsb spt yg disebutkan dlm MN 19 Dvedhavitakka Sutta:

3. “Sewaktu Aku berdiam demikian, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, [115] suatu pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu. Aku memahaminya sebagai: ‘Pikiran keinginan indria ini telah muncul dalam diriKu. Ini mengarah pada penderitaanKu, pada penderitaan orang lain, dan pada penderitaan keduanya; pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna.’ Ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaanKu,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan orang lain,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan keduanya,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu. Kapanpun pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu, Aku meninggalkannya, melenyapkannya, mengusirnya.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_19:_Dvedh%C4%81vitakka_Sutta

IMO, tidak ada metode yang lebih baik, kedua metode (vipassana dan samatha) seharusnya digunakan secara seimbang:

“Dua hal, O para bhikkhu, berperan dalam pengetahuan sejati. Apakah dua ini? Ketenangan dan Pandangan Terang.

“Ketika ketenangan dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikiran terkembang. Ketika pikiran terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua nafsu ditinggalkan.  [4]

“Ketika pandangan terang dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua kebodohan ditinggalkan.  [5]

“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran; dan melalui meluruhnya kebodohan ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”  [6]

(AN 2: iii, 10; I 61)
i see... thank you _/\_

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #32 on: 18 March 2014, 03:49:59 PM »
Bagaimana penerapan metode perhatian penuh ini pada saat menjelang tidur, sesaat sebelum tidur sampai tertidur (apakah metode sati ini masih dapat bekerja pada saat kita sedang tidur?), bagaimana caranya apakah caranya sama dengan keadaan sadar atau tidak?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #33 on: 18 March 2014, 04:14:48 PM »
Bagaimana penerapan metode perhatian penuh ini pada saat menjelang tidur, sesaat sebelum tidur sampai tertidur (apakah metode sati ini masih dapat bekerja pada saat kita sedang tidur?), bagaimana caranya apakah caranya sama dengan keadaan sadar atau tidak?

sepengetahuan ku hal ini bisa terjadi saat kita mimpi kita tahu saat itu kita sedang bermimpi, saat ini kita sedang tidur dan sedang bermimpi seperti melihat televisi kita sedang melihat televisi seperti itu.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #34 on: 19 March 2014, 11:12:51 AM »
sepengetahuan ku hal ini bisa terjadi saat kita mimpi kita tahu saat itu kita sedang bermimpi, saat ini kita sedang tidur dan sedang bermimpi seperti melihat televisi kita sedang melihat televisi seperti itu.

Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #35 on: 19 March 2014, 11:28:36 AM »
Mengenai objek yang timbul.
Sepertinya objek yang timbul pada bagian indera dan pikiran bisa berbeda ketika disadari oleh sati.

Misalnya objek suara yang timbul dan disadari oleh sati, ini seolah sati terpisah dari objek suara?
Ketika kita mendengarkan suara atau melihat benda, seolah kesadaran/sati kitaeksis bersamaan dengan proses melihat atau mendengar.

Sedangkan jika yang timbul adalah objek pikiran (ingatan, bentukan pikiran), ketika sati menyadarinya, objek pikiran/ingatan tersebut seolah langsung lenyap?
Ketika ingatan timbul, kita tidak menyadarinya, tapi begitu kita menyadarinya, ingatan tersebut langsung lenyap, diganti oleh kesadaran/sati, kita hanya bisa memikirkan ulang apa yang sedang terjadi/pikirkan tadi (sebelum sati timbul).

Apakah benar begitu atau hanya perasaan saya saja?
Maksudnya ketika saya merasa sati timbul sekaligus bisa melihat objek benda itu adalah tidak benar? Misalnya ketika saya mengetikan huruf di layar, saya menyadari sedang mengetik dan melihat tulisan, apakah pada moment saya melihat tulisan itu maka sati menyatu dengan proses melihat itu sendiri atau terpisah sebenarnya bagaimana?

Thanks.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #36 on: 19 March 2014, 02:08:30 PM »
Metode perhatian penuh ini saya rasa sangat bermanfaat dan dapat diterapkan selama kita memiliki sati.
Termasuk jika kondisi batin lagi suntuk atau jenuh, sati ini segera mengambil alih dan rasa jenuh segera lenyap.
Sungguh metode yang ampuh.
Walaupun bukan metode yang instan dalam merealisasi pandangan terang tapi setidaknya bisa berfungsi "memotong" kegelisahan atau kilesa lainnya  seperti kutipan Kak Ariyakumara bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.

Sungguh luar biasa.
Terima kasih teman-teman.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #37 on: 20 March 2014, 09:33:01 PM »
Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

Seperti di jelaskan di atas melihat sesuatu sebagaimana ada nya hingga kita bisa dibilang berkondisi netral (ini mungkin ke arah upheka (tidak terguncang)), kadang kita ikut tertawa, menangis banyak perasan muncul kita seperti melihat lampu disko, yang senang berwarna kuning, yang sedih putih dll, dan diantara ada yang mendekat dan seolah mendominasi kemudian pergi menjauh di ganti warna warna lain terus menerus seperti itu wa pikir seperti itu (susah juga ya menjelaskan nya).

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #38 on: 21 March 2014, 07:20:30 PM »
Seperti di jelaskan di atas melihat sesuatu sebagaimana ada nya hingga kita bisa dibilang berkondisi netral (ini mungkin ke arah upheka (tidak terguncang)), kadang kita ikut tertawa, menangis banyak perasan muncul kita seperti melihat lampu disko, yang senang berwarna kuning, yang sedih putih dll, dan diantara ada yang mendekat dan seolah mendominasi kemudian pergi menjauh di ganti warna warna lain terus menerus seperti itu wa pikir seperti itu (susah juga ya menjelaskan nya).

Hmm sepertinya lebih susah lagi memahaminya. Tapi thanks berat sudah berusaha Pak.
mudah2an nanti bisa saya pahami kalau sudah saatnya.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #39 on: 21 March 2014, 10:10:11 PM »
sebenarnya bila melihat jaman kini seharusnya sati lebih mudah di pahami, kenapa soalnya banyak terdapat pada mata pelajaran yang ada di sekolah seperti siklus air (atau lebih tepatnya fonemena hujan), matematika, sains, bahkan sering terdapat pada test iq, kenapa karena semua pengetahuan yang ada adalah hasil dari pengamatan yang di catat dan di uji kebenaran nya (secara ilmiah [pengetahuan ilmiah), pengamatan disini ada dalil [pythagoras, dll], percobaan, dsb).

Tapi banyak dari kita lupa asalnya darimana, prosesnya seperti apa, bagaimana sejarahnya pengetahuan tersebut ada muncul dan kemudian berkembang; kebanyakan dari kita hanya melakukan hafalan nya saja, hafal rumusnya dll terlalu sibuk menghafal dan mengerjakan PR dan mempersiapkan diri untuk test/ulangan.
« Last Edit: 21 March 2014, 10:29:59 PM by kullatiro »

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #40 on: 22 March 2014, 05:42:59 AM »
sebenarnya bila melihat jaman kini seharusnya sati lebih mudah di pahami, kenapa soalnya banyak terdapat pada mata pelajaran yang ada di sekolah seperti siklus air (atau lebih tepatnya fonemena hujan), matematika, sains, bahkan sering terdapat pada test iq, kenapa karena semua pengetahuan yang ada adalah hasil dari pengamatan yang di catat dan di uji kebenaran nya (secara ilmiah [pengetahuan ilmiah), pengamatan disini ada dalil [pythagoras, dll], percobaan, dsb).

Tapi banyak dari kita lupa asalnya darimana, prosesnya seperti apa, bagaimana sejarahnya pengetahuan tersebut ada muncul dan kemudian berkembang; kebanyakan dari kita hanya melakukan hafalan nya saja, hafal rumusnya dll terlalu sibuk menghafal dan mengerjakan PR dan mempersiapkan diri untuk test/ulangan.

Tapi kenyataannya justru tidak demikian adanya kan. buktinya yang mencapai kesadaran atau kesucian dari metode sati justru lebih banyak di jaman dahulu. mungkin justru karena sekarang terlalu banyak yang perlu atau ingin diketahui?
kalau hidupnya makin simple seharusnya metode sati lebih mudah dikembangkan karena kita bisa lebih fokus, pikiran tidak terlalu bercabang.

sebenarnya dari metode sati ini saya juga mendapati, pikiran jadi lebih pinter menyaring (memikirkan yang perlu dan membuang yang tidak penting).
tapi karena penting tidaknya suatu pemikiran juga masih bersifat relatif tentunya lama-lama yang tersisa hanyalah fokus yang lebih utama bagi seorang praktisi yaitu metode sati itu sendiri yang berlaku lebih luas, menjadi tidak membedakan yang penting dan tidak penting atau membedakan secara sadar.
yang penting bukan pemikirannya tapi dapat menyadari setiap pemikiran itu lebih utama.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #41 on: 22 March 2014, 05:57:34 AM »
9. Pikiran yang mengawasi, mengamati apa saja yang Anda alami. Ketika Anda sadar Anda sedang mengamati, Anda menyadari adanya pikiran yang sedang mengamati.

10. Anda hanya dapat menyadari pikiran itu dengan adanya kegiatan aktifitas atau perasaan. Ketika Anda sadar sedang berpikir, atau ada kemarahan, perasaan kecewa, keinginan dan sebagainya, anda menyadari pikiran itu. Anda harus mengenalinya sebagai pikiran yang sedang merasakan hal-hal tersebut.

11. Ketika Anda bercampur dengan pikiran yang sedang mengamati itu, pencerahan tidak dapat muncul. Belajarlah untuk mengamati secara objektif, hanya dengan perhatian murni.

3 poin ini maksudnya apakah masih ada "sati' lagi yang mengamati sati?
bukankah yang mengamati atau menyadari itu adalah fungsi sati?
atau berbeda ya antara fungsi mengamati vs fungsi menyadari?

kalau tidak salah ada istilah "sampajanna" ya?
apakah ini yang dimaksud dalam ketiga poin di atas?

Penjelasan sebelumnya kan dikatakan bahwa kita harus menyadari semua keadaan batin kita dengan menggunakan sati (perhatian penuh) tapi pada penjelasan tiga poin di atas seolah-olah ada perbedaan penjelasan, sepertinya ada "sati" lagi yang bisa menyadari proses menyadari bentukan pikiran dan fungsi indera?
apa saya salah menangkap artinya?

Tapi kalau dicoba/diperhatikan prosesnya, sepertinya memang berlaku demikian, proses pengamatan/perhatian ini masih "ada" yang bisa menyadarinya?
benarkah demikian, apa saya salah ya?
:o

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #42 on: 22 March 2014, 08:26:18 AM »
Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

maksud saya apakah ketika tidur sati masih berfungsi atau tidak?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #43 on: 22 March 2014, 10:00:49 AM »
maksud saya apakah ketika tidur sati masih berfungsi atau tidak?

menurut wa (pemikiran saat ini), ya sati  masih berfungsi ketika tidur.


dalam hal ini adalah pengamatan terhadap pikiran yang timbul dan tenggelam

Harus di ingat wa bukan pakar di bidang ini wa juga masih dalam taraf belajar, apa yang wa tulis disini hanya berdasarkan apa yang pernah terjadi atau alami, jadi kebenaran nya adalah menurut versi dari pengalaman wa.
« Last Edit: 22 March 2014, 10:12:40 AM by kullatiro »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #44 on: 22 March 2014, 10:48:10 AM »
tambahan kenapa wa menulis seperti di atas karena wa tidak mempunyai data comparing atau pembanding yang bisa saja menyanggah atau membenarkan apa yang terjadi tersebut.

Dengan data tunggal seperti ini, wa bicara hati hati, tentunya kalau ada 99 data lagi dari 99 orang lain yang berbeda  tentang phenomena ini adalah lebih baik hingga bisa di analisa sejauh mana kebenaran nya dan berapa persen margin errornya.
« Last Edit: 22 March 2014, 11:17:10 AM by kullatiro »