//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"  (Read 11099 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #15 on: 14 March 2014, 03:30:08 PM »
Vitakkasanthana,
Keywordnya adalah vitaka...

IMO,
Sutta tersebut memberikan guidance, how mind should react, ketika focus meninggalkan objek, sutta tersebut tidak ditujukan kepada perenungan, pengalian.

Akan tetapi hanya untuk proses pemusatan, penenangan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #16 on: 14 March 2014, 03:37:51 PM »
Vitakkasanthana,
Keywordnya adalah vitaka...

IMO,
Sutta tersebut memberikan guidance, how mind should react, ketika focus meninggalkan objek, sutta tersebut tidak ditujukan kepada perenungan, pengalian.

Akan tetapi hanya untuk proses pemusatan, penenangan


Yups itu metode samatha/ketenangan batin. Menurut Yuganaddha Sutta kita bisa memakai metode samatha yg didahului vipassana, vipassana yg didahului samatha, atau samatha dan vipassana secara bergantian.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
« Last Edit: 14 March 2014, 04:31:01 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #18 on: 14 March 2014, 04:20:09 PM »
Rasa2nya tidak tepat membuat klasifikasi metode-samadhi, dengan berdasarkan Yuganaddha sutta

IMO,
Yuganaddha sutta berbicara lebih global lagi, yaitu mengenai Magga (Jalan)

Jalan apa? JMB8.
JMB8 terbagi tiga kategori... Panna, Sila, Samadhi

So,
saya kira "pandangan terang" pada sutta tersebut lebih mengarah kepada... Right views, Right Intentions (of Panna section dari JMB8)

and "ketenangan" berbicara tentang Right effort, right mindfullness, right concentration (of Samadhi section dari JMB8)

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #19 on: 14 March 2014, 04:35:07 PM »
So... Kemanakah satipathana?
Technical Guide penguasaan Right Effort, Right mindfullness, Right Concentration

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #20 on: 14 March 2014, 04:40:20 PM »
Ini topic yang sangat bagus, oma menyimak dulu yaa.... ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #21 on: 14 March 2014, 06:00:34 PM »
Ok, hanya menanyakan pendapat sis saja, karena ada yang menganggap satipatthana sebagai metode vipassana. :)
ini pernah ada yang tanya pas retret, apakah satipatthana sama dengan vipassana?
bhante jawabnya gak sama, kalau vipassana itu lebih dalam lagi, yang saya tangkap, ini sama2 menyadari, jadi bukan fokus pada 1 objek seperti samatha.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #22 on: 14 March 2014, 07:24:10 PM »
Rasa2nya tidak tepat membuat klasifikasi metode-samadhi, dengan berdasarkan Yuganaddha sutta

IMO,
Yuganaddha sutta berbicara lebih global lagi, yaitu mengenai Magga (Jalan)

Jalan apa? JMB8.
JMB8 terbagi tiga kategori... Panna, Sila, Samadhi

So,
saya kira "pandangan terang" pada sutta tersebut lebih mengarah kepada... Right views, Right Intentions (of Panna section dari JMB8)

and "ketenangan" berbicara tentang Right effort, right mindfullness, right concentration (of Samadhi section dari JMB8)


JMB8 adalah keseluruhan praktek Buddhisme dan benar, samatha dan vipassana tercakup di dalamnya seperti yang mbah Menyan sebutkan. IMO meditasi Buddhis tidak hanya mencakup samadhi section saja, melainkan juga sila dan panna section dari JMB8 seperti yang dikatakan dalam MN 117 Mahacattarisaka Sutta bahwa semua unsur JMB8 adalah saling mendukung dan melengkapi untuk tercapainya konsentrasi benar:

3. “Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta persyaratannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya.
[....]
34. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar;[13] pada seorang yang memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, muncul kebebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki sepuluh faktor.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_117:_Mahācattarisaka_Sutta

So... Kemanakah satipathana?
Technical Guide penguasaan Right Effort, Right mindfullness, Right Concentration

Satipatthana yang adalah samma sati merupakan landasan bagi samadhi section dari JMB8:

12. “Yang Mulia, apakah konsentrasi? Apakah landasan konsentrasi? Apakah perlengkapan konsentrasi? Apakah pengembangan konsentrasi?”

“Keterpusatan pikiran, teman Visākha, adalah konsentrasi; Empat Landasan Perhatian adalah landasan konsentrasi; Empat Usaha Benar adalah perlengkapan konsentrasi; pengulangan, pengembangan, dan pelatihan atas kondisi-kondisi yang sama ini adalah pengembangan konsentrasi di sana.”


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_44:_Cūḷavedalla_Sutta

« Last Edit: 14 March 2014, 08:48:51 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #23 on: 14 March 2014, 07:34:38 PM »
ini pernah ada yang tanya pas retret, apakah satipatthana sama dengan vipassana?
bhante jawabnya gak sama, kalau vipassana itu lebih dalam lagi, yang saya tangkap, ini sama2 menyadari, jadi bukan fokus pada 1 objek seperti samatha.

Saya setuju bahwa satipatthana tidak sama dengan vipassana. Misalnya dalam hal perenungan perasaan dalam satipatthana (DN 22/MN 10 Satipatthana Sutta) dan dalam vipassana (cthnya MN 74 Dighanakha Sutta) berbeda metodenya:

Satipatthana Sutta:

32. “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan?[20] Di sini, ketika merasakan suatu perasaan menyenangkan, seorang bhikkhu memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan’; ketika merasakan perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyakitkan’; ketika merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’ Ketika merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan’; Ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’

33. “Dengan cara ini ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara eksternal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal dan eksternal. Atau ia berdiam merenungkan sifat munculnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat lenyapnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat muncul dan lenyapnya dalam perasaan.[21] Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian. Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apapun di dunia ini. Itu adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_10:_Satipaṭṭhāna_Sutta#Perenungan_Perasaan

Dighanakha Sutta:

10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyakitkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

11. “Perasaan menyenangkan, Aggivessana, adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, lenyap, meluruh, dan berhenti. Perasaan menyakitkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian.

12. “Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi kecewa dengan perasaan menyenangkan, kecewa dengan perasaan menyakitkan, kecewa dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [pikirannya] terbebaskan. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_74:_Dīghanakha_Sutta
« Last Edit: 14 March 2014, 08:49:53 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #24 on: 14 March 2014, 08:04:04 PM »
Saya setuju bahwa satipatthana tidak sama dengan vipassana. Misalnya dalam hal perenungan perasaan dalam satipatthana (DN 22/MN 10 Satipatthana Sutta) dan dalam vipassana (cthnya MN 74 Dighanakha Sutta) berbeda metodenya:
Spoiler: ShowHide

Satipatthana Sutta:

32. “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan?[20] Di sini, ketika merasakan suatu perasaan menyenangkan, seorang bhikkhu memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan’; ketika merasakan perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyakitkan’; ketika merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’ Ketika merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan’; Ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’

33. “Dengan cara ini ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara eksternal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal dan eksternal. Atau ia berdiam merenungkan sifat munculnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat lenyapnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat muncul dan lenyapnya dalam perasaan.[21] Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian. Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apapun di dunia ini. Itu adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_10:_Satipa%E1%B9%AD%E1%B9%ADh%C4%81na_Sutta#Perenungan_Perasaan

Dighanakha Sutta:

10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyakitkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

11. “Perasaan menyenangkan, Aggivessana, adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, lenyap, meluruh, dan berhenti. Perasaan menyakitkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian.

12. “Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi kecewa dengan perasaan menyenangkan, kecewa dengan perasaan menyakitkan, kecewa dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [pikirannya] terbebaskan. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_74:_D%C4%ABghanakha_Sutta

:jempol:
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #25 on: 14 March 2014, 10:19:58 PM »
Oma rasa mengamati perasaan tanpa dibarengi panna memang akan kacau sekali....

Secara oma sering ngalami, untungnya ada tempat terindah yang bisa oma datangi setiap saat, di DC inilah oma menemukan danau yang terteduh, kemarin2 Oma sempat mengalami kemarahan dalam diri sendiri karena oma menyadari kebodohan diri yang muncul dari dalam secara terus menerus, untungnya kemarin langsung bisa cooling down...nyessss...begitu baca postingan bro Shinichi Dvedhavitakka Sutta : "Pikiranku telah menimbulkan penderitaan bagi diriku, bagi orang lain, dan keduanya, maka harus dihilangkan, harus dilenyapkan pikiran ini"

Anumodana bro Shinichi...begitu oma baca langsung bisa memaafkan diri oma yg telah dibelenggu kebodohan sendiri  ^:)^ ^:)^

Spoiler: ShowHide

+1 yak... :))
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #26 on: 14 March 2014, 11:19:45 PM »
Thx oma. Sent back :)
« Last Edit: 14 March 2014, 11:21:50 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #27 on: 15 March 2014, 09:47:28 AM »
yang susah adalah kita terbawa arus atau terhanyut dari perasaan yang sedang kita rasakan.




Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #28 on: 15 March 2014, 08:22:39 PM »
Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan sehubungan dengan postingan kak Shinichi, untuk melengkapi pengertian yang benar dari postingan beliau, terima kasih sebelumnya.

1. Apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan = netral ?

2. Apa perbedaan perasaan duniawi vs perasaan non-duniawi ?

3. perasaan secara internal dan perasaan secara eksternal maksudnya apa, mungkin boleh minta contohnya?

4. ...Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.
Pernyataan ini maksudnya gimana yah, apakah hanya sekedar mengetahui atau memperhatikan bahwa telah timbul perasaan di sana?
Semacam konsentrasi gitu bukan?
Jadi "perasaan yang timbul" kita jadikan sebagai objek konsentrasi saja sehingga objek yang lain tidak memiliki kesempatan untuk muncul?

Terima kasih sesudahnya.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #29 on: 16 March 2014, 05:50:55 PM »
Thx oma. Sent back :)
hehehe...jadi nya malah lempar2an GRP.

Btw, memang defilement dalam diri itu bener2 amat sangat susah dihapus, bagaikan lem lengket banget, udah dibuang, balik lagi, udah dihapus muncul lagi, udah distop malah bandel ajaa... ^:)^

Dengan selalu membaca dan merenungi maka baru kita rasakan, kalo hanya membaca saja tanpa merenungi dan meresapi dalam hati ya percuma aja...
I'm an ordinary human only