Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
mungkin gak ada yang bermaksud menghina di sini bro..
hanya saja perbedaan pola bahasa saja..
seperti yang ryu bilang.. kadang kita membandingkan sesuatu dengan yang kita tahu dulu..
misal kita tahu 2x2 = 4, tetapi ada yang nulis 2x2 = 5. tentu kita akan bertanya..
koq aneh ya 2x2 = 5. dan kata aneh di sini bukanlah hinaan..
mempertanyakan sesuatu itu wajar.. tandanya orang itu mau belajar dan meneliti..
sama halnya dengan sutta ini, wajar juga kalau ada yang mempertanyakan wah koq dengan melafal sutta bisa mencapai Buddha..
Mengenai praktek.. kita juga harus menyadari bahwa umur kita pendek.. apa impactnya umur kita pendek dengan thread ini ?
impactnya adalah tidak semuanya mesti kita coba, kita bisa tahu sesuatu dari orang lain juga bukan.
contoh : bumi mengelilingi matahari, saya rasa di sini belum ada yang pernah ke luar angkasa melihat secara langsung bumi mengelilingi matahari. namun kita bisa percaya itu benar tanpa praktek (** baca melihat langsung) karena sudah diteliti dan dipelajari orang lain..
saya pernah membaca suatu komik Zen yang bagus.. ada seorang ibu yang ingin menunjukkan penting artinya kegigihan kepada anaknya.. si ibu kemudian mengambil sepotong besi, dan setiap hari dihaluskan sehingga membentuk sebatang jarum yang sangat kecil.. mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum tidaklah gampang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama.. dan akhirnya memang si ibu sukses mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum.. Namun si anak menertawakan si ibu.. Ibu.. memang benar dengan kegigihan dapat mengubah semuanya.. Namun tiada nilainya mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum dengan mengorbankan sebagian besar umur ibu..
Dari cerita Zen ini, saya menangkap inti menurut versi saya. Ehipassiko tidaklah harus Ehipassiko secara buta, yang semuanya harus dicoba.. Namun ehipassiko-lah secara smart.