Menariknya, dalam paham 'tanpa jeda', bhava menjadi proses yang tidak jelas apaan sebab tidak ada bedanya dengan jati. Ketika 'marana' terjadi di satu makhluk, langsung 'jati' di makhluk lain, tanpa jeda. Paham 'ada jeda' ini lebih memungkinkan penjelasan perbedaan 'bhava' dengan 'jati'.
Untuk 'tidak berpindah' sudah jelas ada di Mahatanhasankhayasutta (MN 38).
[...] bodhisatto tusitā kāyā cavitvā sato sampajāno mātukucchiṃ okkami.
([...] bodhisatta setelah meninggalkan tubuh tusita, sadar penuh perhatian memasuki rahim ibu.)
Jadi jelas ada jeda antara 'setelah kematian dari deva Tusita' dan 'sebelum kelahiran dalam rahim'.
--> nah kan malah dikatakan sebaliknya ? Ada jeda katanya?
Menurut interpretasi harafiah begitu. Entah menurut interpretasi lainnya.
Kata2 "bodhisatta setelah meninggalkan tubuh tusita, sadar penuh perhatian memasuki rahim ibu"
--> Ini malah berkesan seperti ada atta yg berpindah ?
Ketika seorang meninggal, batin dan jasmaninya telah terurai, tidak ada 'atta' apapun yang tetap di sini. Bhava itu pun adalah terkondisi oleh proses dan tidak kekal. Ketika ada kondisinya, maka ia baru terlahir. Sama saja prinsipnya dalam paham 'ada jeda' maupun 'tanpa jeda'. Misalnya di sutta ada syarat terjadinya makhluk (dalam kelahiran manusia) adalah ada unsur ayah (sperma), unsur ibu (telur), ibu dalam masa subur, dan adanya kesadaran penerus. Kesadaran penerus ini adalah dari makhluk yang telah meninggal, berkondisi dan berproses, bukan atta.
Bedanya, dalam paham ada jeda, kelahiran manusia menjadi manusia kembali bisa terjadi sesaat atau beberapa lama setelah kematian. Sedangkan, yang sangat menarik, paham tanpa jeda hanya dimungkinkan oleh kondisi: waktu kematian di makhluk 'asal' harus persis waktu waktu ejakulasi ayah makhluk 'tujuan', tidak boleh kurang atau lebih sebab tidak ada jeda sama sekali.
Eksistensi (bhava) yang terletak di antara "setelah hancurnya khanda" dan "sebelum terbentuknya khanda" ini yang disebut antarabhava. Abhidharma menjelaskan antarabhava ini digerakkan hanya dengan kekuatan karma saja, mencari apa yang menjadi kelahirannya yang akan matang, dan memiliki 'gambaran' sesuai alam kelahiran yang dituju. Jadi jika seorang manusia mati dan akan terlahir dalam rahim anjing, maka bhava ini terlihat seperti anjing.
--> ini dari Abhidhamma bukan sutta atau vinaya. Ada tidak penjelasan sedetail ini ataukah cuma ditafsir2 dari yg asalnya cuma berupa kalimat umum di sutta/vinaya ?
Bhava ada sebelum jati itu asalnya memang cuma kalimat umum di sutta/vinaya, seperti di Mahanidanasutta (DN 15).