//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ada yang tahu mengapa?  (Read 23409 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #45 on: 19 June 2008, 04:26:35 PM »
 [at] bro markos... n pak hud..

thx atas penjelasannya...

===========================

diskusi gini kan enak.. kedua2 macam pandangan ada titik temu :D

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #46 on: 19 June 2008, 04:34:34 PM »
bagaimana dengan karma seseorang pak? apakah itu berpengaruh pada proses menyadari pikiran dan berhentinya pikiran itu?
Kalau kita bicara tentang 'berhentinya pikiran', mengapa kita menyinggung-nyinggung karma (dari masa lampau)? ... :)

Anda adalah apa adanya Anda sekarang, tidak peduli karma Anda di masa lampau ... karena karma itu tidak bisa diubah lagi ... Oleh karena itu, berangkatlah dari apa adanya Anda sekarang ... kalau mau ber-vipassana ... :)

Memang apa adanya diri manusia pada saat sekarang itu tidak sama ... ada yang punya bakat bermeditasi, ada yang tidak ... dsb dsb. ... Tapi itu tidak perlu dipikirkan ... kalau memang niat Anda bermeditasi sekarang ...

Sering kali 'karma' di masa lampau itu dipakai sebagai pembenaran oleh orang yang pada dasarnya sudah tidak suka bermeditasi: "Wah, parami saya belum cukup ... Lebih baik saya mengumpulkan parami dulu ... berdana, sila, bhavana ... Jangan ber-vipassana mencari pembebasan sekarang, karena parami Anda tidak cukup." ... :)

Itulah pembenaran dari orang yang pada dasarnya sudah tidak suka bermeditasi ... Itu bukan ajaran Sang Buddha. ... :)

Quote
ataukah penghentian pikiran itu benar2 sesuatu yang dapat dilakukan siapapun , terlepas dari agamanya, karma2 lampaunya dll?
Banyak orang, apa pun agamanya--Buddhis, Islam, Keristen, Hindu, Ateis--mencapai berhentinya pikiran, apa pun agamanya atau keateisannya, dan tanpa memikir-mikir tentang karma di masa lampau.

Justru seorang Buddhis yang terlalu pintar, yang hafal isi kitab suci ... ia akan menghadapi rintangan lebih besar untuk mencapai 'berhentinya pikiran' dibandingkan orang yang tidak tahu apa-apa tentang kitab suci. :)

Ini adalah FAKTA yang saya lihat sendiri dalam membimbing vipassana kepada lebih dari 100 angkatan. ... Saya melihat teman-teman Buddhis yang teorinya hebat-hebat berkutat dengan pikirannya sendiri, sementara teman-teman Islam, Keristen dsb sudah mencapai khanika-samadhi ... Teman-teman Buddhis itu pun akhirnya bisa masuk ke dalam khanika-samadhi, ketika ia melepaskan seluruh pengetahuan Buddhis-nya ... :)

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #47 on: 19 June 2008, 04:39:42 PM »
Quote
Kalau pikiran ini disadari ... dan berhenti ... maka semua yang buruk maupun yang baik pun runtuh ... Itulah nibbana.
berarti pada saat ini hanya ada kosong ya pak???
aku pernah mengalamin sampai pada titik aku merasa nibbana itu tidak ada...
Bagus sekali, Rekan Evo ... :)
Bagaimana perasaan yang ada dalam batin Anda ketika Anda berada dalam keadaan itu: bahagia, nikmat, biasa-biasa saja, tidak ada senang & susah ... ? Barangkali bisa di-share di sini ... :)

Salam,
hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #48 on: 19 June 2008, 04:43:48 PM »
Hanya opini.

Quote
Justru seorang Buddhis yang terlalu pintar, yang hafal isi kitab suci ... ia akan menghadapi rintangan lebih besar untuk mencapai 'berhentinya pikiran' dibandingkan orang yang tidak tahu apa-apa tentang kitab suci

Rintangan dalam menghentikan 'pikiran' ini tidak dipengaruhi oleh berapa pintarnya orang dan berapa banyak dia hafal kitab suci, tetapi seberapa 'fanatik' dan 'melekat' pikiran pada isi kitab itu. Jadi biarpun cuma tau 1-2 potong ayat, kalo seseorang benar2 melekat pada ide-nya, tetap saja tidak akan berhasil. Dan juga berlaku sebaliknya.


Offline Han Han

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 34
  • Reputasi: 3
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #49 on: 19 June 2008, 04:46:11 PM »
Rekan Hok Ben, Anda tidak akan pernah bisa paham tentang "kosong" itu hanya dengan mendengar uraian dari saya atau dari Rekan Markos atau dari siapa pun. ... Mengapa? ... Karena Anda mencoba memahami "kosong" itu dengan pikiran yang tidak "kosong" (berpikir, bertanya, merenung dsb) ... Mustahil, kan? ... :)

Ada satu jalan untuk mengalami "kosongnya pikiran" ... yaitu dengan mengamati, menyadari setiap kali pikiran "tidak kosong", yaitu ketika pikiran bergerak, berpikir dsb ...

Kalau Anda sadari pikiran yang bergerak itu ... pikiran itu akan diam ... sekalipun sebentar lagi muncul pikiran yang sama atau pikiran yang lain lagi ... kalau Anda sadari lagi ... pikiran ini akan diam lagi ... demikian seterusnya ...

Nah ... pada suatu titik kelak ... Anda akan mengalami sendiri "kosongnya" pikiran ... tanpa Anda cari, tanpa Anda harapkan ...

Itulah vipassana sejati yang diajarkan oleh Sang Buddha. ...

Salam,
hudoyo

salam utk pak Hudoyo,

membaca komentara Bapak , Han han ingin bertanya .
bagaimana “Kekosongan” yg bapak tuliskan bisa dikatakan  “Kekosongan” ??
apalagi kosongnya pikiran.
Menurut han han , kosong adalah kosong .
Begitu kosong sudah / telah dikatakan / diuraikan, maka yg diuraikan bukan lagi kosong.

Jadi menurut han han kalimat
Quote
Itulah vipassana sejati yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Tidaklah tepat atau malah tidak benar .

Inginkah bapak memberi tuntunan lebih jauh buat han han ?

Salam

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #50 on: 19 June 2008, 04:51:50 PM »
Hanya opini.

Quote
Justru seorang Buddhis yang terlalu pintar, yang hafal isi kitab suci ... ia akan menghadapi rintangan lebih besar untuk mencapai 'berhentinya pikiran' dibandingkan orang yang tidak tahu apa-apa tentang kitab suci

Rintangan dalam menghentikan 'pikiran' ini tidak dipengaruhi oleh berapa pintarnya orang dan berapa banyak dia hafal kitab suci, tetapi seberapa 'fanatik' dan 'melekat' pikiran pada isi kitab itu. Jadi biarpun cuma tau 1-2 potong ayat, kalo seseorang benar2 melekat pada ide-nya, tetap saja tidak akan berhasil. Dan juga berlaku sebaliknya.

hanya hapal : jadi konsep thok

tidak hapal : meraba2 dalam kegelapan

bukankah lebih baik jika tahu dalam arti memahami kitab, tidak berbicara yang terlalu "tinggi" mengenai pencapaiannya dan lebih mempraktekkan dalam hidup sehari2???

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #51 on: 19 June 2008, 04:54:52 PM »
Rintangan dalam menghentikan 'pikiran' ini tidak dipengaruhi oleh berapa pintarnya orang dan berapa banyak dia hafal kitab suci, tetapi seberapa 'fanatik' dan 'melekat' pikiran pada isi kitab itu. Jadi biarpun cuma tau 1-2 potong ayat, kalo seseorang benar2 melekat pada ide-nya, tetap saja tidak akan berhasil. Dan juga berlaku sebaliknya.

Biasanya, kepemilikan itu berbanding lurus dengan kelekatan. ... Semakin banyak harta seseorang, semakin melekat dia kepada harta itu.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #52 on: 19 June 2008, 05:05:28 PM »
salam utk pak Hudoyo,

membaca komentara Bapak , Han han ingin bertanya .
bagaimana “Kekosongan” yg bapak tuliskan bisa dikatakan  “Kekosongan” ??
apalagi kosongnya pikiran.
Menurut han han , kosong adalah kosong .
Begitu kosong sudah / telah dikatakan / diuraikan, maka yg diuraikan bukan lagi kosong.
Jangan dicampuradukkan pengalaman kekosongan dengan konsep kekosongan. :)
Apa yang diuraikan dengan kata-kata di sini adalah konsep, itu bukan kekosongan itu sendiri ... Kata-kata itu perlu untuk mengkomunikasikan sesuatu yang pada dasarnya tidak bisa dikomunikasikan. ...
Sang Buddha mengajarkan tentang nibbana ... tapi konsep nibbana bukanlah pengalaman nibbana itu sendiri ... Tapi Sang Buddha perlu mengkomunikasikan pengalaman batinnya sendiri kepada orang lain ...
Jadi, sekali lagi, jangan dicampuradukkan konsep kekosongan dengan pengalaman kekosongan ... Konsep kekosongan diperlukan sebagai telunjuk yang menunjuk kepada rembulan bagi mereka yang benar-benar serius ingin mengalami kekosongan. ... Perkara orang mau menggunakan telunjuk itu atau tidak, tidak relevan buat saya ... :)

Quote
Jadi menurut han han kalimat
Quote
Itulah vipassana sejati yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Tidaklah tepat atau malah tidak benar .
Inginkah bapak memberi tuntunan lebih jauh buat han han ?
Salam

Lho, kok lucu ... Kalau Anda mengatakan bahwa apa yang saya katakan tidak benar, untuk apa Anda minta tuntunan lebih jauh kepada saya. ... :)

Silakan saja Anda mengatakan bahwa apa yang saya katakan tidak benar. ... Saya tidak tersinggung, kok ... :) Berkali-kali saya katakan ... ada banyak jalan untuk sampai pada pembebasan ... MMD salah satunya ... Dan saya berkata, tidak ada SATU jalan yang COCOK untuk SEMUA orang. ...

Nah, silakan memilih jalan Anda sendiri ... saya tidak perlu menyanggah Anda yang tidak membenarkan kata-kata saya. .... :)

Cuma kalau boleh saya beri saran: jika Anda sudah memilih satu jalan ... Anda tidak perlu mengatakan jalan orang lain tidak benar ... Setuju, bukan? ... :)

Salam,
hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #53 on: 19 June 2008, 05:13:39 PM »
Quote
hanya hapal : jadi konsep thok

tidak hapal : meraba2 dalam kegelapan

bukankah lebih baik jika tahu dalam arti memahami kitab, tidak berbicara yang terlalu "tinggi" mengenai pencapaiannya dan lebih mempraktekkan dalam hidup sehari2???

Kalo menurut saya, memahami isi kitab dan 'fanatik/melekat' itu hal yang berbeda. Mungkin supaya ga salah definisi, boleh diberi contohnya memahami kitab dan contohnya jadi konsep saja?




Quote
Biasanya, kepemilikan itu berbanding lurus dengan kelekatan. ... Semakin banyak harta seseorang, semakin melekat dia kepada harta itu.

Kalau secara umum (biasanya), mungkin begitu. Saya hanya mau memberikan opini bahwa tidak semua orang kaya itu pelit dan tidak semua orang miskin itu dermawan. Sifat kikir & dermawan, tidak tergantung pada jumlah hartanya. Demikian juga 'kemelekatan' dan 'kerelaan' tidak tergantung pada jumlah 'objek' yang dimiliki. :) Saya tulis juga supaya orang2 tidak "takut" jika membaca kitab suci seolah-olah buka buku jadi tersesat  ;D


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #54 on: 19 June 2008, 05:14:53 PM »
[at] bro markos... n pak hud..

thx atas penjelasannya...

===========================

diskusi gini kan enak.. kedua2 macam pandangan ada titik temu :D


dear bro ben,


pandangan saya jelas karena bersumber dari Tipitaka Pali dalam hal ini, Abhidhamma yang juga selaras dengan Sutta dan Vinaya

misalnya sudah jelas juga bahwa "tidak pernah ada terhentinya pikiran/kesadaran", yang bahkan pada orang suci/lokuttara saja, pikiran/kesadaran itu tetap berproses dan terus berlangsung sampai tercapainya maha parinibbana

semoga ini memperjelas bahwa saya hanya menyuarakan berdasar pegangan atau landasan Buddha Dhamma yang sahih, bukan atas RASA atau pengalaman pribadi yang digunakan untuk menisbikan Buddha Dhamma

karena jika ada yang berbeda dengan buddha dhamma maka dapat dipastikan bahwa ada kekeliruan pada pandangan yang berbeda itu

semoga bisa dimengerti yah.......

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #55 on: 19 June 2008, 05:18:55 PM »
hanya hapal : jadi konsep thok
tidak hapal : meraba2 dalam kegelapan
bukankah lebih baik jika tahu dalam arti memahami kitab, tidak berbicara yang terlalu "tinggi" mengenai pencapaiannya dan lebih mempraktekkan dalam hidup sehari2???
Menurut hemat saya, untuk berhenti, untuk diam, tidak perlu meraba-raba ke mana-mana. ... Itu tidak diam namanya ...

Kegelapan ada justru karena pikiran merintangi orang "melihat apa adanya" ... Kegelapan lenyap dengan sendirinya ketika pikiran berhenti ...

Dan diam itu bukan sesuatu yang "terlalu tinggi" ... bisa dialami oleh setiap orang yang melepaskan segala ilmu yang dimilikinya. ... :)  Nibbana bukan sesuatu yang terlalu sukar, asal saja orang mau melepaskan segala sesuatu yang dimilikinya. ... :) Nibbana adalah untuk dialami sekarang dan di sini ... bukan nanti "di belakang hari", "kapan-kapan" ... :)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #56 on: 19 June 2008, 05:20:14 PM »
Hayo hayo :outoftopic: bikin thread baru ayo :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #57 on: 19 June 2008, 05:24:05 PM »
Quote
hanya hapal : jadi konsep thok

tidak hapal : meraba2 dalam kegelapan

bukankah lebih baik jika tahu dalam arti memahami kitab, tidak berbicara yang terlalu "tinggi" mengenai pencapaiannya dan lebih mempraktekkan dalam hidup sehari2???

Kalo menurut saya, memahami isi kitab dan 'fanatik/melekat' itu hal yang berbeda. Mungkin supaya ga salah definisi, boleh diberi contohnya memahami kitab dan contohnya jadi konsep saja?

Pengertian anda sudah benar, bro......

Jika anda paham misalnya Tipitaka pali maka ini akan mendorong anda untuk menerapkannya dalam hidup sehari2....... misal jika anda tahu teori cetasika, maka anda akan berusaha untuk mengamati proses cetasika dalam batin anda. Dengan ini, anda akan tahu bagaimana akusala  cetasika itu, sehingga jika timbul, kita akan dapat mengeremnya.


jika anda fanatik/melekat maka pada batin anda akan timbul "dosa mula citta" jika kitab suci atau apapun yang dilekati itu berubah.....
Disini jelas, anda boleh tahu semua teori mengenai cetasika, tapi dalam hidup sehari-hari tidak bisa mengontrol kemarahan.
Misal anda sebagai atasan, lalu ada orang yang "ribut" dengan staf anda, anda akan merasa tersinggung.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #58 on: 19 June 2008, 05:27:46 PM »
Menurut hemat saya, untuk berhenti, untuk diam, tidak perlu meraba-raba ke mana-mana. ... Itu tidak diam namanya ...

Kegelapan ada justru karena pikiran merintangi orang "melihat apa adanya" ... Kegelapan lenyap dengan sendirinya ketika pikiran berhenti ...

Dan diam itu bukan sesuatu yang "terlalu tinggi" ... bisa dialami oleh setiap orang yang melepaskan segala ilmu yang dimilikinya. ... :)  Nibbana bukan sesuatu yang terlalu sukar, asal saja orang mau melepaskan segala sesuatu yang dimilikinya. ... :) Nibbana adalah untuk dialami sekarang dan di sini ... bukan nanti "di belakang hari", "kapan-kapan" ... :)

dear pak hudoyo,

sudah jelas bahwa kita berbeda..... anda berprinsip : "pikiran terhenti"

sementara saya berdasar Abhidhamma, memegang bahwa "pikiran itu selalu eksis, hanya saja selalu berubah"...... bahkan pada lokuttara sekalipun, pikiran/kesadaran itu tetap muncul, sampai dia mencapai maha parinibbana....

end of discussion karena tidak guna jika dilanjutkan........

anumodana atas sharingnya.........

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: ada yang tahu mengapa?
« Reply #59 on: 19 June 2008, 05:29:37 PM »
karena jika ada yang berbeda dengan buddha dhamma (baca: versi saya) maka dapat dipastikan bahwa ada kekeliruan pada pandangan yang berbeda itu
wow! bang markos, tampaknya pandangan di atas mengarah pada intoleransi dan pemaksaan kehendak...
ps: yg bold itu tambahan dari saya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path