//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 561293 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #630 on: 10 January 2011, 11:18:03 AM »
imho yah... dukkha itu "menderita" <--- kata kerja, sedang batin itu "subjek". kalau kata kerja menjadi tidak ada, bahasanya "berhenti", kalau subjek tidak ada sederhananya adalah "hilang/lenyap".
Maksudnya prosesnya berubah, dari menderita, berhenti menjadi tidak menderita; bathin dari ada, hilang menjadi tidak ada, begitu?
Memang bisa juga seperti itu. Tetapi di mana sisi 'nihilisme'-nya?

Quote
saya setuju buddhisme mengajarkan dari ada ego menjadi tidak ada ego, di sini yg hancur adalah yg disebut diri/ego. tetapi tujuan akhirnya (tentu saja ini masih spekulasi saya), apakah murni hanya tidak ada apa2 lagi... ini yg saya ragukan.
Tujuan 'murni tidak ada apa2 lagi' ini Bro tesla dapat dari mana?

Quote
dalam sutta banyak digunakan kata "seseorang". seseorang pergi, seseorang menjadi dingin, seseorang melekat pada kesadaran, bentukan mental, dll... kalau tidak salah ingat di salah satu cerita, Buddha menjawab: kita tidak dapat mendeskripsikan orang yg telah pergi, orang tsb telah meninggalkan dunia, shg segala cara di dunia tidak bisa dipakai utk menjelaskannya (mungkin bro Kainyn tau suttanya?)
Saya pernah baca juga, tapi tidak ingat di mana.

Quote
imho hal ini tidak sesederhana tidak ada.
Tentu saja tidak sesederhana 'tidak ada'.

Quote
oke, bukan harus berhenti, namun demi kepentingan apa?
Kalau ditanya ke saya, saya tidak akan bilang harus atau bukan harus, ataupun mengatakan penting/tidak. Silahkan diselidiki sendiri tentang kemelekatan tersebut, apakah membuat menyenangkan atau bikin menderita. Setelah itu bisa didiskusikan lagi, lalu diselidik lagi, dan begitu seterusnya. Jadi sebaiknya tidak melakukan sesuatu berdasarkan 'kesimpulan' orang lain, tetapi melakukan sesuatu karena kita memahaminya.

Quote
tentu harus ada subjek nya di sini kan? lalu siapa yg "menyadari", "melekat", dll...
Subjeknya adalah bathin itu sendiri. Yang mengetahui adalah kesadaran.
Kalau saya lihat, sepertinya yang menjadi masalah adalah sikap terlalu menghindari kata 'aku'. Bagi saya, tidak masalah mengatakan ini kesadaranku, ini perasaanku, ini pikiranku. 'Aku' di sini hanyalah sebagai petunjuk saja. Yang dibahas dalam 'anatta', menurut saya adalah satu entitas yang kekal tidak berubah.

Spoiler: ShowHide
Permasalahan istilah lainnya adalah 'ego' dalam 'egois' dan 'ego/diri' yang disebut atta. Kalau dalam kehidupan sosial, ada kepentingan pribadi dan ada kepentingan umum. Ego dalam egois ini menunjuk pada kepentingan diri. Tapi kalau dalam cakupan dhamma, 'diri/atta/ego' adalah kemelekatan terhadap suatu ide/gagasan. Jadi 'atta' bisa menyebabkan seseorang bertindak egois maupun altruis dalam istilah sosial.


Kalau kita bisa sepakat pada istilahnya, maka tidak akan 'salah sambung'. Jadi kembali lagi misalnya ke perasaan, pertama kali bedah mayat, seorang calon dokter merasa takut. Setelah terbiasa, perasaan itu hilang. Lalu apakah bisa dibilang subjeknya hilang?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #631 on: 10 January 2011, 01:20:41 PM »
Maksudnya prosesnya berubah, dari menderita, berhenti menjadi tidak menderita; bathin dari ada, hilang menjadi tidak ada, begitu?
Memang bisa juga seperti itu. Tetapi di mana sisi 'nihilisme'-nya?
label "nihilisme" tidak penting. point saya, mungkin hanya berlaku bagi saya, dg demikian pencerahan menjadi tidak berarti, jika pencerahan adalah batin yg menderita, maka kemudian batin itu hilang. mungkin nilai pencerahan itu hanya berlaku ketika seorang arahat masih hidup, di sana masih ada batin yg bebas .benarkah?

Quote
Tujuan 'murni tidak ada apa2 lagi' ini Bro tesla dapat dari mana?
Saya pernah baca juga, tapi tidak ingat di mana.
berangkat dari karena kesimpulan bahwa "tidak ada diri", jadi pada hakikatnya tidak ada yg tercerahkan bukan?
hanya semua pancakandha ini hancur... termasuk batin (kesadaran dkk)
hanya proses yg berhenti... begitukah?
Spoiler: ShowHide

Udana 8.9

Then, on realizing the significance of that, the Blessed One on that occasion exclaimed:
The body disintegrated, perception ceased, pain & rapture were entirely consumed, fabrications were stilled: consciousness has come to its end.


Quote
Kalau kita bisa sepakat pada istilahnya, maka tidak akan 'salah sambung'. Jadi kembali lagi misalnya ke perasaan, pertama kali bedah mayat, seorang calon dokter merasa takut. Setelah terbiasa, perasaan itu hilang. Lalu apakah bisa dibilang subjeknya hilang?
bagi saya, yah dokter itu subjeknya. apakah dokter itu tidak ada? inilah yg jadi perbedaan pendapat kita paling mendasar. termasuk pada arti yg sebenarnya/hakekatnya/paramattha dokter itu ada. tesla itu ada. Kainyn itu ada. itu pendapat saya.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #632 on: 10 January 2011, 03:39:02 PM »
label "nihilisme" tidak penting. point saya, mungkin hanya berlaku bagi saya, dg demikian pencerahan menjadi tidak berarti, jika pencerahan adalah batin yg menderita, maka kemudian batin itu hilang. mungkin nilai pencerahan itu hanya berlaku ketika seorang arahat masih hidup, di sana masih ada batin yg bebas .benarkah?
Oh, maksudnya bro tesla, tadinya bathin ada dan merasakan penderitaan. Kemudian setelah penderitaan hilang, bathin juga hilang. Jadi yang mengalami pencerahan sebetulnya hanya sebatas bathin tanpa penderitaan, yaitu para Arahat yang belum parinibbana. Begitu bukan?

Saya melihatnya berbeda. Bathin (& jasmani) itu bagaimanapun adalah produk dari penderitaan (kemelekatan karena avijja). Buat saya, pencerahan itu bukan 'sesuatu' yang ada di bathin, namun hanya kesepakatan istilah dari terhentinya pembentuk bathin (& jasmani) tersebut. Jadi bathin di sini hanya seperti 'perantara' saja yang mengenali telah berhentinya pembentuk bathin tersebut dan otomatis pula tidak lagi terkondisi pada penderitaan. Dalam kesepakatan bersama pula, itu dikatakan 'kebahagiaan tertinggi', walaupun sebetulnya yang namanya kebahagiaan adanya di perasaan.

Namun setelah parinibbana, di mana bathin-jasmani tidak lagi terbentuk, apakah ada yang ada/hancur semua, saya tidak tahu (dan tidak ingin menspekulasikannya).


Quote
berangkat dari karena kesimpulan bahwa "tidak ada diri", jadi pada hakikatnya tidak ada yg tercerahkan bukan?
Diri yang mana yang dimaksud? Atta yang abadi, ataukah diri sebagai kumpulan panca khanda?
Kalau ada atta yang abadi, saya pikir memang tidak ada. Kalau diri sebagai penunjuk khanda, saya rasa ada. Sama seperti hujan itu saja, tidak bisa dikatakan air/awan/angin mengalami penghentian, tetapi karena sebabnya berhenti maka dikatan "hujan" itu berhenti.


Quote
hanya semua pancakandha ini hancur... termasuk batin (kesadaran dkk)
hanya proses yg berhenti... begitukah?
Spoiler: ShowHide

Udana 8.9

Then, on realizing the significance of that, the Blessed One on that occasion exclaimed:
The body disintegrated, perception ceased, pain & rapture were entirely consumed, fabrications were stilled: consciousness has come to its end.

Ya, menurut saya begitu.


Quote
bagi saya, yah dokter itu subjeknya. apakah dokter itu tidak ada? inilah yg jadi perbedaan pendapat kita paling mendasar. termasuk pada arti yg sebenarnya/hakekatnya/paramattha dokter itu ada. tesla itu ada. Kainyn itu ada. itu pendapat saya.
OK, jadi maksudnya tentang hakikat ada/tidaknya itu. Saya masih belum mengerti maksud bro tesla, jadi saya tanya lagi. Tesla/Kainyn/Bedu/dll itu bisa disebut ada (menurut bro tesla) jika memenuhi kriteria apa saja?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #633 on: 10 January 2011, 04:09:29 PM »
OK, jadi maksudnya tentang hakikat ada/tidaknya itu. Saya masih belum mengerti maksud bro tesla, jadi saya tanya lagi. Tesla/Kainyn/Bedu/dll itu bisa disebut ada (menurut bro tesla) jika memenuhi kriteria apa saja?

imho, tesla, kainyn, bedu, dll semua ada. kita tau kita ada, bukan tidak ada. ini bukan tentang tubuh & batin. ini bukan tentang komposisi, hanya sebatas kita ada, nyata, dan terus mengalami (experience). diri/ego/self/atta adalah wujud kemelekatan dimana kita ingin membedakan, memecah, menandakan, dll agar kita punya pegangan "jati diri", agar kita dapat menyebut "ini aku". lihat bagaimana anatta ter-slip dari permasalahan kemelekatan thd menjadi permasalahan komposisi. mengapa kita terus melihat dari segi komposisi? mengapa pandangan tentang diri terus muncul? apakah aku, aku ada, aku tidak ada, semua ini adalah tentang pencarian jati diri. jika aku ada, pertanyaannya adalah apakah aku... ini sudah natural, saya akui inipun adalah pencarian jati diri, mencari sesuatu utk dipegang.

itu baru atta yg sebagai ego yah? bagaimana dg atta sbg jiwa yg kekal... lihat, bukankah ini pencarian jati diri lagi? bahkan kesimpulan "tidak ada jiwa yg kekal" (maaf) adalah rasa terpojok dari pencarian jati diri, tidak ada lagi yg bisa dipegang. pencarian jati diri tetap berlangsung bukan, walau jawabannya adalah tidak ada. ketika kemelekatannya berakhir, keinginan utk mencari jati diri ini berakhir, seseorang (arahat) tidak lenyap, hanya pencariannya berakhir, ia tidak berpandangan aku ada, aku tidak ada, aku adalah ini, dst... (setelah badan & batin terakhirnya hancur, ia tidak mengambil wujud baru --- utk apa juga)

demikianlah yg saya mengerti
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #634 on: 10 January 2011, 05:18:50 PM »
imho, tesla, kainyn, bedu, dll semua ada. kita tau kita ada, bukan tidak ada. ini bukan tentang tubuh & batin. ini bukan tentang komposisi, hanya sebatas kita ada, nyata, dan terus mengalami (experience).
Ya, dari sisi ini, kita semua ada. 

Quote
diri/ego/self/atta adalah wujud kemelekatan dimana kita ingin membedakan, memecah, menandakan, dll agar kita punya pegangan "jati diri", agar kita dapat menyebut "ini aku". lihat bagaimana anatta ter-slip dari permasalahan kemelekatan thd menjadi permasalahan komposisi.
Ya, antara ego/kemelekatan memang bukan masalah komposisi, jadi tidak nyambung dengan anatta, menurut saya. Misalnya saya suka makanan begini, tesla suka yang begitu, itu adalah 'ego' masing-masing.

Quote
mengapa kita terus melihat dari segi komposisi? mengapa pandangan tentang diri terus muncul? apakah aku, aku ada, aku tidak ada, semua ini adalah tentang pencarian jati diri. jika aku ada, pertanyaannya adalah apakah aku... ini sudah natural, saya akui inipun adalah pencarian jati diri, mencari sesuatu utk dipegang.
Ini juga masih belum menyentuh 'anatta'. Dengan pandangan ada atau tidak ada aku, atau yang tidak berpandangan apa-apa, tetap saja kita semua juga punya kecenderungan masing-masing. Apa yang kita lihat sebagai ideal dari diri kita, maka kita sebut jati diri.

Quote
itu baru atta yg sebagai ego yah? bagaimana dg atta sbg jiwa yg kekal... lihat, bukankah ini pencarian jati diri lagi? bahkan kesimpulan "tidak ada jiwa yg kekal" (maaf) adalah rasa terpojok dari pencarian jati diri, tidak ada lagi yg bisa dipegang. pencarian jati diri tetap berlangsung bukan, walau jawabannya adalah tidak ada. ketika kemelekatannya berakhir, keinginan utk mencari jati diri ini berakhir, seseorang (arahat) tidak lenyap, hanya pencariannya berakhir, ia tidak berpandangan aku ada, aku tidak ada, aku adalah ini, dst... (setelah badan & batin terakhirnya hancur, ia tidak mengambil wujud baru --- utk apa juga)
Ya, betul. Dalam hal ini, seperti yang saya bilang, atta-nya seseorang berwujud 'anatta'. Kalau untuk bagian Arahat yang parinibbana, itu sudah tidak bisa kita konsepkan lagi karena juga tidak ada tolok ukur yang tepat untuk dibandingkan. Kalau dibilang ada, dari sudut pandang tertentu ada. Dibilang tidak ada, juga benar dari sudut pandang lainnya.


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #635 on: 10 January 2011, 09:37:45 PM »
ya, ternyata suttanya sudah saya temukan... di DC juga
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18145.msg313405#msg313405

Spoiler: ShowHide

20. “Demikian pula, Vaccha, Sang Tathāgata telah meninggalkan bentuk materi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; [ ]Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal bentuk materi, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudra. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; [‘]‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.  Sang Tathāgata telah meninggalkan perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan bentukan-bentukan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal kesadaran, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudra. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; [‘]‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.”


tapi ada pula istilah "bagaikan samudra" di sutta ini hahaha... okelah, tidak begitu penting
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #636 on: 10 January 2011, 09:49:14 PM »
ya, ternyata suttanya sudah saya temukan... di DC juga
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18145.msg313405#msg313405

Spoiler: ShowHide

20. “Demikian pula, Vaccha, Sang Tathāgata telah meninggalkan bentuk materi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; [ ]Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal bentuk materi, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudra. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; [‘]‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.  Sang Tathāgata telah meninggalkan perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan bentukan-bentukan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal kesadaran, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudra. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; [‘]‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.”


tapi ada pula istilah "bagaikan samudra" di sutta ini hahaha... okelah, tidak begitu penting

sehubungan dengan "bagaikan samudra" penerjemah menambahkan catatan kaki sebagai berikut


723) Paragraf ini harus dihubungakan dengan perumpamaan padamnya api. Seperti halnya padamnya api tidak dapat digambarkan sebagai pergi ke arah manapun, demikian pula Sang Tathāgata yang telah mencapai Nibbāna akhir tidak dapat digambarkan dalam hal empat alternatif. Perumpaan itu hanya berkaitan dengan legitimasi penggunaan konseptual dan bahasa dan bukan dimaksudkan untuk menyiratkan, seperti yang dianut oleh beberapa terpelajar, bahwa Sang” Tathāgata mencapai suatu pencerapan mistis dalam Yang  Mutlak. Kata-kata  “dalam, tidak terbatas, sulit diukur” menunjukkan dimensi transenden dari kebebasan yang dicapai oleh Yang Sempurna, ketidak-terjangkauannya oleh pikiran yang berkeliaran.

Sepertinya bahwa pada titik ini dalam percakapan itu, Sang Buddha menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan apa yang tidak dapat disampaikan oleh konsep-konsep. Kedua perumpamaan – padamnya api dan samudera dalam – dengan sendirinya membentuk ketegangan dialektika, dan dengan demikian keduanya harus diperhitungkan untuk menghindari pandangan-pandangan satu sisi. Perumpamaan padamnya api, secara berdiri sendiri, berbelok ke arah pemadaman total, dan dengan demikian harus diimbangi dengan perumpamaan samudera; Perumpamaan samudera, secara berdiri sendiri, menyiratkan  beberapa modus penjelmaan abadi, dan dengan demikian harus diimbangi dengan perumpamaan padamnya api. Selanjutnya, kebenaran terletak di tengah-tengah yang melampaui kedua ekstrim yang tidak dapat dipertahankan.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #637 on: 10 January 2011, 11:01:54 PM »
Dear all,

Kelihatan njelimet banget ya anatta dari dulu ^-^

Kalau Sang Buddha pernah kasih tau gue begini :

Bond : Sang Bhagava, mengapa saat itu Sang Tathagata tidak menjawab mengenai ada dan tiada dst dan hanya mengatakan semua anatta titik.

Sang Buddha  : Gue diam aja, lu orang bingung. Apalagi gue jelasin lebih detil. pikiran kalian akan lebih lincah berkembang tentang anatta.

Bond  : (dalam hati nih Sang Buddha gaul juga ^-^)  Jadi gimana dong solusinya Guru yang Maha Suci ?

Sang Buddha : Sana vipasanna dulu nanti balik lagi kalo uda mengalami sesuatu. Kata kunci pada upadana nanti ketahuan apa yang dimaksud anatta..

Bond : Ama Bhante.

 :o ???

Metta.



ama pake ngopi bareng?

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #638 on: 11 January 2011, 07:08:15 AM »
sehubungan dengan "bagaikan samudra" penerjemah menambahkan catatan kaki sebagai berikut


723) Paragraf ini harus dihubungakan dengan perumpamaan padamnya api. Seperti halnya padamnya api tidak dapat digambarkan sebagai pergi ke arah manapun, demikian pula Sang Tathāgata yang telah mencapai Nibbāna akhir tidak dapat digambarkan dalam hal empat alternatif. Perumpaan itu hanya berkaitan dengan legitimasi penggunaan konseptual dan bahasa dan bukan dimaksudkan untuk menyiratkan, seperti yang dianut oleh beberapa terpelajar, bahwa Sang” Tathāgata mencapai suatu pencerapan mistis dalam Yang  Mutlak. Kata-kata  “dalam, tidak terbatas, sulit diukur” menunjukkan dimensi transenden dari kebebasan yang dicapai oleh Yang Sempurna, ketidak-terjangkauannya oleh pikiran yang berkeliaran.

Sepertinya bahwa pada titik ini dalam percakapan itu, Sang Buddha menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan apa yang tidak dapat disampaikan oleh konsep-konsep. Kedua perumpamaan – padamnya api dan samudera dalam – dengan sendirinya membentuk ketegangan dialektika, dan dengan demikian keduanya harus diperhitungkan untuk menghindari pandangan-pandangan satu sisi. Perumpamaan padamnya api, secara berdiri sendiri, berbelok ke arah pemadaman total, dan dengan demikian harus diimbangi dengan perumpamaan samudera; Perumpamaan samudera, secara berdiri sendiri, menyiratkan  beberapa modus penjelmaan abadi, dan dengan demikian harus diimbangi dengan perumpamaan padamnya api. Selanjutnya, kebenaran terletak di tengah-tengah yang melampaui kedua ekstrim yang tidak dapat dipertahankan.


Bro Indra yang baik, postingan yang sangat baik, yang menjelaskan inti persoalan: yaitu apakah yang terjadi setelah Parinibbana? Saya kira hal itu berada diluar jangkauan kita, sehingga mengatakan setelah Parinibbana Sang Tathagata ada, tidak ada, ada dan tidak ada dsbnya, menjadi tidak relevan (hanya bentuk spekulasi belaka).

Yang pasti terjadi setelah Parinibbana, mengikuti kaidah sebab-akibat/ sebab musabab yang saling bergantungan, yaitu:

Oleh karena Sang Buddha dan Arahat tidak membentuk kondisi-kondisi baru sebagai sebab, maka tak ada kondisi penjelmaan kembali sebagai akibat.

Inilah yang pasti terjadi setelah Parinibbana.

« Last Edit: 11 January 2011, 07:12:25 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #639 on: 11 January 2011, 09:57:43 AM »
Bro Indra yang baik, postingan yang sangat baik, yang menjelaskan inti persoalan: yaitu apakah yang terjadi setelah Parinibbana? Saya kira hal itu berada diluar jangkauan kita, sehingga mengatakan setelah Parinibbana Sang Tathagata ada, tidak ada, ada dan tidak ada dsbnya, menjadi tidak relevan (hanya bentuk spekulasi belaka).

Yang pasti terjadi setelah Parinibbana, mengikuti kaidah sebab-akibat/ sebab musabab yang saling bergantungan, yaitu:

Oleh karena Sang Buddha dan Arahat tidak membentuk kondisi-kondisi baru sebagai sebab, maka tak ada kondisi penjelmaan kembali sebagai akibat.

Inilah yang pasti terjadi setelah Parinibbana.


Selesai !, tamat !,  habis !, berakhir !, padam !, tidak ada lagi !,
mana lebih tepat ya  ???
« Last Edit: 11 January 2011, 10:02:09 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #640 on: 11 January 2011, 02:14:19 PM »
Selesai !, tamat !,  habis !, berakhir !, padam !, tidak ada lagi !,
mana lebih tepat ya  ???

Perumpamaan Padam-nya api dan Perumpamaan Samudra...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #641 on: 11 January 2011, 07:53:13 PM »
Bila menurut anda dalam diri mahluk ada yang lain, selain pancakhandha, buktikan saja berikan referensinya, mudah kan...?

yg membahas soal mahkluk adalah anda fabian c.
anda bilang yg disebut mahkluk adalah panca kandha
saya koreksi, yg disebut di mana ada kemelekatan thd panca kandha, ia disebut mahkluk

Boleh ikutan nyumbang dikit…
Dalam Vāseṭṭha sutta MN.98 Sang Buddha membedakan mahkluk menjadi 3 jenis, Tumbuhan, Binatang dan Manusia, oleh sebab itu Bhikkhu dilarang menebang pohon salah satu alasan adalah tumbuhan juga merupakan mahkluk hidup. Demikian juga termasuk membunuh binatang apalagi manusia berarti melakukan pelanggaran pembunuhan. Termasuk adanya masa vassa juga salah satu alasan untuk melindungi rumputan/tumbuhan yang sedang tunas, karena setiap masa hujan adalah masa tumbuh2an untuk tunas.


‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ yathātathaṃ;
Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ, aññamaññāhi jātiyo.
(The Blessed One said:
Vāseṭṭha, I will tell you step by step how it happens,
The classification of living things in this and other births.)

‘‘Tiṇarukkhepi jānātha, na cāpi paṭijānare;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.

(Look at the grass and trees, although they are not aware,
This and the other have attributes peculiar to their births.)

‘‘Catuppadepi jānātha, khuddake ca mahallake;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.
(Look at the animals small and large
They have attributes peculiar to their births.)

‘‘Yathā etāsu jātīsu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu;
Evaṃ natthi manussesu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu.
(Although these have various attributes, at birth,
In humans various attributes are not evident at birth.)

‘‘Paccattañca sarīresu [paccattaṃ sasarīresu (sī. pī.)], manussesvetaṃ na vijjati;
Vokārañca manussesu, samaññāya pavuccati.
(In the individual bodies of humans, these are not evident,
They are designated by the activities of humans.)

Quote
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17773.0;message=293759

8. Buddha
   7. “Aku akan mengajarkan engkau secara berurutan sebagaimana adanya,
   Vāseṭṭha,” Sang Bhagavā berkata,
   “Pengelompokan umum makhluk-makhluk hidup;
   Karena banyak jenis kelahiran.

   8. Pertama-tama ketahuilah rumput dan pepohonan:
   Walaupun tidak memiliki kesadaran-diri,
   Kelahirannya adalah tanda khususnya;
   Karena banyak jenis kelahiran.

   10. Kemudian ketahuilah jenis-jenis binatang kaki empat
   [dari berbagai jenisnya] baik kecil maupun besar:
   Kelahirannya adalah tanda khususnya;
   Karena banyak jenis kelahiran.


14. “Sementara dalam kelahiran-kelahiran ini perbedaan-perbedaan
   Kelahiran menjadi tanda khususnya,
   Pada manusia tidak ada perbedaan kelahiran
   Yang menjadi tanda khususnya.

18. Pada tubuh manusia
   Tidak ada tanda khusus dapat ditemukan
   Perbedaan di antara manusia
   Hanyalah sebutan verbal

mettacittena,


« Last Edit: 11 January 2011, 07:59:41 PM by pannadevi »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #642 on: 11 January 2011, 08:12:26 PM »
yg membahas soal mahkluk adalah anda fabian c.
anda bilang yg disebut mahkluk adalah panca kandha
saya koreksi, yg disebut di mana ada kemelekatan thd panca kandha, ia disebut mahkluk


Boleh ikutan nyumbang dikit…
Dalam Vāseṭṭha sutta MN.98 Sang Buddha membedakan mahkluk menjadi 3 jenis, Tumbuhan, Binatang dan Manusia, oleh sebab itu Bhikkhu dilarang menebang pohon salah satu alasan adalah tumbuhan juga merupakan mahkluk hidup. Demikian juga termasuk membunuh binatang apalagi manusia berarti melakukan pelanggaran pembunuhan. Termasuk adanya masa vassa juga salah satu alasan untuk melindungi rumputan/tumbuhan yang sedang tunas, karena setiap masa hujan adalah masa tumbuh2an untuk tunas.


‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ yathātathaṃ;
Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ, aññamaññāhi jātiyo.
(The Blessed One said:
Vāseṭṭha, I will tell you step by step how it happens,
The classification of living things in this and other births.)

‘‘Tiṇarukkhepi jānātha, na cāpi paṭijānare;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.

(Look at the grass and trees, although they are not aware,
This and the other have attributes peculiar to their births.)

‘‘Catuppadepi jānātha, khuddake ca mahallake;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.
(Look at the animals small and large
They have attributes peculiar to their births.)

‘‘Yathā etāsu jātīsu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu;
Evaṃ natthi manussesu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu.
(Although these have various attributes, at birth,
In humans various attributes are not evident at birth.)

‘‘Paccattañca sarīresu [paccattaṃ sasarīresu (sī. pī.)], manussesvetaṃ na vijjati;
Vokārañca manussesu, samaññāya pavuccati.
(In the individual bodies of humans, these are not evident,
They are designated by the activities of humans.)

mettacittena,


tumbuhan/tanaman bukan mahluk hidup tapi benda hidup
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #643 on: 11 January 2011, 08:13:50 PM »
‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ yathātathaṃ;
Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ, aññamaññāhi jātiyo.
(The Blessed One said:
Vāseṭṭha, I will tell you step by step how it happens,
The classification of living things in this and other births.)

maaf, saya tidak paham Pali, tapi dari englishnya IMO living things=benda-benda hidup yg tidak sama dengan makhluk hidup yg biasanya menggunakan kata "living beings"

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #644 on: 11 January 2011, 09:04:18 PM »
tumbuhan/tanaman bukan mahluk hidup tapi benda hidup
Quote
 
  ‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
    Anupubbaṃ yathātathaṃ;
    Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ, aññamaññāhi jātiyo.
    (The Blessed One said:
    Vāseṭṭha, I will tell you step by step how it happens,
    The classification of living things in this and other births.)

maaf, saya tidak paham Pali, tapi dari englishnya IMO living things=benda-benda hidup yg tidak sama dengan makhluk hidup yg biasanya menggunakan kata "living beings"

bro Adi Lim & batara Indra, ini sy carikan artinya kata demi kata, lalu sy ketemu di hal.451, bhw mahkluk hidup pun disebut sbg pāṇānaṃ.
‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ (gradual) yathātathaṃ (according to truth);
Jātivibhaṅgaṃ (Jāti= birth, vibhaṅgaṃ=classification)  pāṇānaṃ (breathing, usually a living being endowed with the breath of life, p.451), aññamaññāhi (identical) jātiyo (birth).

mettacittena,
« Last Edit: 11 January 2011, 09:06:02 PM by pannadevi »

 

anything