Bukan, saya mengatakan Arahat yang tidak ada kemelekatan saja mencari sesuatu yang hilang karena mempertimbangkan fungsinya, apalagi saya yang masih melekat lalu kehilangan mobil.
Ya bro, oleh karena itu saya mengatakan tak ada aku disana, hanya kadang-kadang persepsi aku timbul pada puthujana, tetapi tidak selalu.
Ya, betul. Demikian juga walaupun saya tidak punya sense of belonging, tapi kalau saya tahu adalah kewajiban saya menjaga mobil tersebut, saya akan mencarinya.
Saya juga tidak memahami relevansi "hilangnya pikiran khayal" yang saya contohkan, dengan "hilangnya mobil/pacar yang nyata"
. Inilah yang dikatakan mempersepsikan sesuatu, sebenarnya persepsi adalah permainan pikiran, dengan hilangnya persepsi maka kita dapat melihat segala sesuatu apa adanya. Bagaimana reaksi kita terhadap apa yang kita alami tergantung dari bagaimana kita me 'manage" batin kita. Persepsi setiap orang kadang berlainan contohnya bila di langit cuaca mendung: "yang satu beranggapan wah mendung sebentar lagi akan hujan". yang lainnya beranggapan "ah mendung sedikit sebentar lagi juga cerah" Persepsi menimbulkan konsep, dan konsep itulah yang seringkali berbuah konflik. Ini mobilku, ini rumahku... semua adalah konsep yang timbul dari persepsi.
Di berbagai negara, tanaman yang tumbuh di tanah seseorang merupakan milik sang pemilik tanah.
Di Papua saya menemukan bahwa masyarakat sana beranggapan bahwa, tumbuhan yang tumbuh di tanah kita atau di tanah milik orang lain ditumbuhkan oleh Tuhan, sehingga setiap orang boleh mengambil hasil tumbuhan tersebut, karena merupakan anugerah Tuhan.
Perhatikan konsep pemilikan berbeda maka sikap terhadap orang yang mengambil hasil tanaman diatas tanahnya juga berbeda.
Apakah "aku" orang Papua berbeda dengan "aku" kita? Saya rasa tidak, semua itu hanya konsep yang timbul dari persepsi, tak ada aku.
Sayang sekali. Saya pikir Bro Fabian selalu mengikuti semua posting sebagai satu kesatuan, ternyata hanya satu per satu saja. Tidak apa, tidak ada lagi yang saya tanyakan.
Sulit bagi saya mengingat kembali postingan sebelumnya setelah kita berdiskusi sedemikian jauh (saya juga memiliki memori yang kurang baik), sehingga repot membuka kembali postingan yang lama.
Begitu yah? Saya sih tidak terbayang jasmani ini entah bagaimana caranya bisa mempersepsi adanya aku.
Aneh sekali bagaimana mungkin jasmani memiliki persepsi? yang jelas jasmani dapat menyebabkan timbul persepsi aku, coba baca kembali postingan saya.
Saya hanya terbayang sebatas pikiranlah yang mempersepsi jasmani (atau yang dipersepsi oleh jasmani) sebagai aku.
Memang benar, pikiran yang mempersepsi jasmani, tapi
pikiran tidak selalu mempersepsi aku.Saya berpikir cara saya. Itulah pendapat saya bahkan sebelum bertemu Pak Hudoyo. Juga saya tahu perasaan adalah hasil dari kontak indera dan objek indera, yang kemudian menghasilkan perasaan menyenangkan, netral dan tidak menyenangkan. Saya tidak terbayang perasaan bisa menimbulkan 'persepsi aku' yang saya tahu sebatas pikiranlah yang mempersepsi perasaan ini sebagai aku.
Sama dengan yang diatas, apakah saya pernah mengatakan bahwa perasaan mempersepsi aku? saya mengatakan bahwa
pancakhandha dapat menyebabkan persepsi "aku" timbul.
Jadi sudah jelas yah bahwa pemikiran kita berbeda. Jadi saya tidak lanjutkan lagi.
Lebih tepatnya salah mengerti, dan juga perbedaan terutama mengenai "pikiran selalu mempersepsi aku" menurut saya kemelekatanlah yang menyebabkan kita selalu terseret oleh berbagai bentuk pikiran yang muncul, yang kemudian dianggap oleh bro Kainyn sebagai "timbulnya persepsi aku".
Coba perhatikan adakah dikatakan "aku" dalam
paticca samuppada? tak ada. Yang ada hanya nama-rupa/pancakhandha. semua yang terjadi dalam kehidupan kita hanyalah proses yang muncul dan lenyap kembali, tanpa aku.