//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: SEKELUMIT TIPS DALAM BERLATIH VIPASSANA & MEMAHAMI DN 22. MAHASATIPATTHANA SUTTA  (Read 4643 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Meditasi VIPASSANA atau meditasi pandangan terang adalah pelaksanaan dari PERHATIAN BENAR (Samma Sati) sebagai salah satu unsur dalam JALAN MULIA BERUAS DELAPAN, menggunakan objek Empat Landasan Perhatian/ Kesadaran/Perenungan (4 Satipatthana) yakni antara lain:
1. JASMANI (KAYA/RUPA);
Misalnya KELUAR MASUKNYA NAPAS (ANAPANASATI), sikap atau postur tubuh, aktivitas tubuh, organ-organ penyusun tubuh dll.
Latihan ini disebut KAYANUPASSANA.

2. PERASAAN (Vedana);
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya perasaan-perasaan (apakah yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan, ataupun yang netral).
Latihan ini disebut VEDANANUPASSANA.

3. PIKIRAN (Paduan atau aktivitas bersama Viññana, Sankhara dan Sañña);
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya pikiran (apakah pikiran baik atau buruk yang timbul, yang diliputi maupun yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha misalnya nafsu keserakahan, kebencian, keraguan/kebingungan, gelisah dan sesal, kemalasan & kelambanan batin, dll.; atau apakah saat ini pikiran terkonsentrasi atau tidak, dsb).
Latihan ini disebut CITTANUPASSANA.

4. DHAMMA (Segala Fenomena); secara umum merenungkan PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin), PANCAKHANDHA, 6 Indera dan Objeknya, 4 KESUNYATAAN MULIA, dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan). Dengan kata lain, yang diamati dan direnungkan adalah fenomena apapun (dhamma) baik fenomena jasmani, fenomena batin maupun Nibbana antara lain fenomena bentuk-bentuk batin seperti PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin) dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan); atau juga fenomena batin jasmani baik dalam kerangka PANCAKHANDHA maupun dalam kerangka 6 INDERA INTERNAL, 6 OBJEK EXTERNAL DARI INDERA & BELENGGU (Samyojana) yang menyertainya, dan juga 4 KESUNYATAAN MULIA yang berupa fenomena adanya dukkha, fenomena asal mulanya, fenomena berhentinya, serta fenomena yang mengkondisi lenyapnya.
Latihan ini disebut DHAMMANUPASSANA.

(:: Uraian lengkapnya dapat dilihat dalam DN 22. Mahasatipatthana Sutta ::)

Sekelumit tips yang saya tahu dan pernah dengar dalam berlatih vipassana sesuai DN 22. Mahasatipatthana Sutta:

1. Dalam Mahavagga, Samyutta Nikaya di bagian tentang Empat Landasan Kesadaran, dapat disimpulkan bhw ANAPANASATI adalah fondasi, tulang punggung dan yang membawa latihan VIPASSANA menjadi sempurna. Di samping itu dengan sering berlatih ANAPANASATI, SATI akan menguat, dominan dalam keseharian, dan muncul tanpa usaha (kesadaran pasif). Bisa dibandingkan dengan bila kita tidak atau jarang berlatih ANAPANASATI.

2. Dalam berlatih vipassana, pemilìhan landasan perhatian, objek-objek dan sub-sub objeknya adalah BERTAHAP (dalam arti tidak terburu-buru dan tidak harus terpaku pada urutan yang ada di dalam sutta) dan FLEKSIBEL (tidak kaku), tergantung dari tingkat kemampuan batin dan carita individu yg berbeda-beda satu dengan yg lain; atau kondisi batin kita sendiri yg bisa berubah-ubah dari satu momen ke momen lain seperti tingkat konsentrasi, orientasi perenungan yg diinginkan, atau fenomena apa yg dirasakan dominan, dsb.

3. Mengetahui ALTERNATIF-ALTERNATIF yg tersedia, yang bisa digolongkan berdasarkan aspek-aspek yang diamati. Garis besarnya terutama:

A. KEBERADAAN (eksistensinya); yaitu sekedar menyadari adanya jasmani (bahwa jasmani itu ada), menyadari adanya perasaan (bahwa perasaani itu ada), menyadari adanya pikiran (bahwa pikiran itu ada), menyadari adanya fenomena batin & jasmani (bahwa fenomena batin & jasmani itu ada) seperti fenomena panca nivarana, pancakkhandha, enam landasan indera, objeknya, & belenggu yang menyertainya (tanha, mana, ditthi termasuk sakkhaya ditthi atau pandangan mengenai adanya adanya "diri"), faktor-faktor pencerahan, dll.

B. JENIS; misalnya untuk perasaan, apakah itu menyenangkan, tidak menyenangkan ataukah netral. Untuk pikiran, misalnya apakah disertai Lobha, Dosa, dan Moha atau tidak, terkonsentrasi atau tidak, luhur atau tidak, dsb.

C. TIMBULNYA, LENYAPNYA (berganti atau berubah), TIMBUL LENYAPNYA.
Ibarat seseorang yg ingin mengukur panjang sebuah lintasan peluru yg ditembakkan, lalu dia menandai titik awal peluru ditembakkan dan titik akhir peluru itu jatuh ke tanah dengan hati-hati, demikian pula untuk mengamati ketidakkekalan diperlukan penyadaran pada saat fenomena timbul dan saat fenomena itu lenyap (berganti). Istilah untuk penyadaran atau perenungan fenomena saat dia timbul atau saat dia lenyap atau perenungan terhadap timbul lenyapnya, adalah SATU KESATUAN. Dengan demikian, penyadaran saat timbul itu perlu, penyadaran saat lenyap itu perlu, sehingga secara "otomatis" perenungan mengenai timbul lenyapnya fenomena atau perenungan ketidakkekalan dapat spontan hadir dalam bidang kesadaran, diperkuat dalam perenungan dan meresap ke dalam batin.
D. TEMPAT TERJADINYA, yaitu pada diri sendiri (internal) atau juga pada makhluk atau fenomena lain di luar diri sendiri (eksternal).

4. Dimulai dari jasmani kita buat rileks dan tidak membuat target pencapaian.

5. Mengikuti retreat meditasi Vipassana bila ada kesempatan, rajin mengikuti artikel-artikel atau ceramah tentang Vipassana, konsultasi dengan pembimbing yang berpengalaman dan membaca isi MAHA SATIPATTHANA SUTTA, baik versi terjemahan bahasa Indonesia maupun semua versi bahasa Inggris atau bila memungkinkan studi banding dengan versi bahasa Pali-nya.

6. Hakekat dasar dari perenungan terhadap EMPAT LANDASAN KESADARAN (4 Satipatthana), singkatnya adalah:
"Melalui pengalaman sendiri"
a. Mengetahui JASMANI, hanyalah sebagai JASMANI semata adanya..
b. Mengetahui PERASAAN, hanyalah sebagai PERASAAN semata adanya..
c. Mengetahui PIKIRAN, hanyalah sebagai PIKIRAN semata adanya..
d. Mengetahui SEGALA SESUATU/FENOMENA, hanyalah sebagai FENOMENA semata adanya..
(Semata fenomena yang ANICCA, DUKKHA & ANATTA, terus berubah, timbul lenyap, tak memuaskan, tak bisa diandalkan, bukan suatu diri, tidak mengandung suatu diri, bukan milik suatu diri, dan tak berhubungan dengan sesuatu yang dianggap diri melainkan semata fenomena yg diliputi ANICCA, DUKKHA & ANATTA yang memilikii sifat, karakter, corak, mekanisme, prilaku, kondisi-kondisi penunjang dan hukumnya sendiri.)

7. Memiliki pandangan benar mengenai sifat Anatta atau sifat bukan diri dari PANCAKHANDHA. Sutta-sutta yang membahas mengenai Anatta dengan berbagai pendekatan misalnya antara lain Anattalakkhana Sutta, Dhamaniyama Sutta, Vina Sutta, Vajira Sutta, Alagaddupama Sutta, Maha Puññama Sutta, dsb.

Dengan didukung tujuh aspek lain dalam Jalan Mulia Beruas 8, setelah terlatih dalam menyadari, mengamati, merenungkan, dan kemudian mengetahui lalu memaklumi segala sesuatu sebagaimana adanya di atas; sedikit demi sedikit kita bisa melepas, sampai akhirnya tak melekat, tak terpesona, tak terikat dan tergoncangkan lagi oleh apapun jua. Tercapailah pembebasan.

Namo Buddhaya.
Namo Dhammaya.
Namo Sanghaya.
Semoga dengan "mengetahui, memaklumi dan melepas", semua makhluk berbahagia dan terbebas dari segala bentuk penderitaan, rintangan, dan hal-hal yang tidak perlu _/\_.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Quote
1. Dalam Mahavagga, Samyutta Nikaya di bagian tentang Empat Landasan Kesadaran, dapat disimpulkan bhw ANAPANASATI adalah fondasi, tulang punggung dan yang membawa latihan VIPASSANA menjadi sempurna. Di samping itu dengan sering berlatih ANAPANASATI, SATI akan menguat, dominan dalam keseharian, dan muncul tanpa usaha (kesadaran pasif). Bisa dibandingkan dengan bila kita tidak atau jarang berlatih ANAPANASATI.

Bro Utphala Dhamma yang baik, ada sedikit dilema dalam menyelami Mahasatipatthana sutta, karena ada bagian-bagian yang memerlukan penjelasan lebih lengkap. Memang Anapanasati bisa membantu latihan empat landasan perhatian (cattaro satipatthana), tetapi Dalam Mahasatipatthana sendiri tidak pernah dikatakan bahwa Anapanasati adalah tulang punggung dalam berlatih Satipatthana.

Sebaliknya, coba baca Anapanasati Sutta, kita tahu bahwa meditasi dengan objek Anapanasati dapat membawa pada pencapaian jhana (objek meditasi Anapanasati dikenal sebagai objek Samatha Bhavana), tetapi di Anapanasati Sutta sendiri tidak disinggung mengenai Jhana.

Sedangkan dalam Mahasatipathana Sutta yang dikenal sebagai pegangan mereka yang melatih pandangan terang disinggung mengenai Jhana (walaupun kita tahu Jhana bisa muncul tidak hanya dengan objek Anapanasati).

Tapi ada hal yang hampir sama di kedua sutta, yaitu: kedua Sutta mengajarkan perhatian berkenaan dengan tubuh/nafas sebagai berikut:

"[1] Breathing in long, he discerns, 'I am breathing in long'; or breathing out long, he discerns, 'I am breathing out long.' [2] Or breathing in short, he discerns, 'I am breathing in short'; or breathing out short, he discerns, 'I am breathing out short.' [3] He trains himself, 'I will breathe in sensitive to the entire body.'[2] He trains himself, 'I will breathe out sensitive to the entire body.' [4] He trains himself, 'I will breathe in calming bodily fabrication.'[3] He trains himself, 'I will breathe out calming bodily fabrication.'

Cuplikan ini nampaknya merupakan metode latihan meditasi yang paling dasar, yang dilakukan baik oleh praktisi Vipassana maupun praktisi Samatha. Tetapi kelanjutan dari cuplikan dasar ini, ada perbedaan antara mahasatipatthana Sutta dan Anapanasatti Sutta, karena Anapanasatti menjelaskan lebih jauh mengenai meditasi keluar-masuknya nafas, yaitu:

"[5] He trains himself, 'I will breathe in sensitive to rapture.' He trains himself, 'I will breathe out sensitive to rapture.' [6] He trains himself, 'I will breathe in sensitive to pleasure.' He trains himself, 'I will breathe out sensitive to pleasure.' [7] He trains himself, 'I will breathe in sensitive to mental fabrication.'[4] He trains himself, 'I will breathe out sensitive to mental fabrication.' [8] He trains himself, 'I will breathe in calming mental fabrication.' He trains himself, 'I will breathe out calming mental fabrication.'

"[9] He trains himself, 'I will breathe in sensitive to the mind.' He trains himself, 'I will breathe out sensitive to the mind.' [10] He trains himself, 'I will breathe in satisfying the mind.' He trains himself, 'I will breathe out satisfying the mind.' [11] He trains himself, 'I will breathe in steadying the mind.' He trains himself, 'I will breathe out steadying the mind.' [12] He trains himself, 'I will breathe in releasing the mind.' He trains himself, 'I will breathe out releasing the mind.'[5]


Perhatikan bahwa dalam Anapanasati Sutta selanjutnya dikembangkan faktor Jhana (piti dan sukha) Sekarang petanyaannya: mengapa demikian?
Coba lihat perbedaan dengan Mahasatipatthana Sutta yang langsung menuju pada Vipassana, dan tidak melewati pengembangan piti atau sukha .

Coba perhatikan lanjutan cuplikan mengenai kayanupassana dalam Mahasatipatthana Sutta berikut ini:

"In this way he remains focused internally on the body in & of itself, or externally on the body in & of itself, or both internally & externally on the body in & of itself. Or he remains focused on the phenomenon of origination with regard to the body, on the phenomenon of passing away with regard to the body, or on the phenomenon of origination & passing away with regard to the body. Or his mindfulness that 'There is a body' is maintained to the extent of knowledge & remembrance. And he remains independent, unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on the body in & of itself.

Nampak sekali bahwa Perhatian pada nafas yang termasuk kayanupassana ditujukan langsung pada melihat timbul dan tengggelamnya nama&rupa sejak awal.

Sedangkan pada Anapanasati Sutta dilanjutkan dengan mengembangkan piti, sukha (yang mengarah ke Jhana) baru kemudian dilanjutkan dengan melihat anicca.

Cukup membingungkan bukan? Tetapi untunglah Yuganadha sutta memberi penjelasan bahwa di jaman Sang Buddha dulu ada empat macam Arahat,
1.  Arahat yang mencapai kesucian dengan berlatih Vipassana didahului Samatha
2. Arahat yang mencapai kesucian dengan berlatih Samatha didahului Vipassana
3. Arahat yang mencapai kesucian dengan berlatih Vipassana bareng Samatha
4. Arahat yang mencapai kesucian karena berhasil mengendalikan kegelisahan batin berkaitan dengan Dhamma (menurut commentary termasuk Vipassanupakilesa - sepuluh kekotoran Vipassana)

 _/\_
« Last Edit: 10 July 2010, 11:43:09 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata