bukankah patung itu bukan gambaran buda yang sebenarnya? tanpa patungpun seseorang bisa saja merenungkan sifat2 buda untuk direnungkan, sedangkan rasanya kebanyakan orang bukan merenungkan sifat buda deh,
Benar, Mr. Ryu, patung itu bukan gambaran Buddha yang sebenarnya, oleh karenanya ada yang beranggapan sebagai simbol. Dan selayaknya simbol, ia tidak harus sama dengan yang disimbolkannya.
Benar tanpa patungpun seseorang bisa merenungkan sifat-sifat Buddha, tapi lagi, saya pribadi belum bisa memukul rata semua orang bisa melakukannya secara langsung.
sepertinya malah meminta2 pada patung itu.pai2 sama patung apakah benar demikian yang diajarkan buda ?
Ya, memang ada yang demikian, oleh karena itu tugas mereka yang telah memahami untuk memberitahukan kepada yang belum memahami.
pai2 sama patung apakah benar demikian yang diajarkan buda ?
atau hanya untuk mempertahankan tradisi saja?
Jika mengacu pada literatur, saya belum pernah membaca Sang Buddha mengajarkan untuk pai-pai kepada patung dalam sutta, tetapi dalam sutra sepertinya pernah (saya tidak terlalu ingat di sutra mana, dan istilahnya bukan pai-pai).
Terlepas kontroversi di atas, saya pernah membaca Sang Buddha pernah menghormati “benda mati” dengan alasan tertentu. Hal ini tercantum dalam kisah setelah Pencerahan Sang Buddha (di RAPB), Ia menantap tanpa berkedip pohon Bodhi sebagai penghormatan, penghargaan atas manfaat yang diberikannya.
Dan menurut saya, pai-pai adalah salah satu bentuk cara seseorang memberikan penghormatan, penghargaan kepada sesuatu atas manfaat ataupun jasa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun saya pribadi tidak bisa menilai secara langsung alasan seseorang yang pai-pai kepada patung, apakah berdasarkan alasan penghormatan atau penghargaan atas manfaat, atau justru minta-minta hoki.
Dengan alasan di atas maka saya berpendapat bahwa ada kaitan nilai antara kisah Sang Buddha menatap pohon Bodhi sebagai penghargaan, dengan penghargaan seseorang terhadap sesuatu yang memang memberikan manfaat bagi dirinya dengan cara penghargaan yang berbeda-beda.
sedangkan pemberitahuan untuk merenungkan sifat2 buda apakah umat2 tahu sifat buda?
Ada yang tahu, ada yang tidak tau, ada juga yang lupa-lupa ingat
apa sajakah sifat buda yang perlu direnungkan?
Berdasarkan Buddhanusati, (saya copy paste): Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai penerangan Sempurna : Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya. Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana). Pengenal segenap alam. Pembimbing manusia yang tiada taranya. Guru para dewa dan manusia. Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.
dan apakah umat buda tahu semua sifat buda?
Ada yang tahu, ada yang tidak tau, ada juga yang lupa-lupa ingat (di atas saya copas karena lupa-lupa ingat susunannya
)
tahu darimanakah sifat buda sedangkan umat belum tentu tahu dan pernah membaca tipitaka/tripitaka yang menerangkan sifat2 buda yang perlu di renungkan?
Kalau memang itu terjadi, mungkin berasal dari mendengar ceramah, baca buku paritta, atau bertanya.
maaf jadi banyak pertanyaan nih om kelana
No problem, Mr. Ryu, asal tidak teori yang berat-berat, maklum sikon-nya tidak seperti dulu.