//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: karma penyebab seseorang tidak memiliki jodoh dan karma yg menyebabkan prceraian  (Read 67265 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
yg menarik bagi saya adalah, siapakah bhikkhu yg menceritakan kisah itu dalam episode bungkus dan kubur mayat itu? apakah bhikkhu itu menceritakan kisah fiksi atau memory dari pengalaman yg ia alami langsung?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
yg menarik bagi saya adalah, siapakah bhikkhu yg menceritakan kisah itu dalam episode bungkus dan kubur mayat itu? apakah bhikkhu itu menceritakan kisah fiksi atau memory dari pengalaman yg ia alami langsung?
Untuk mencaritahu bhikkhunya, harus selidik dulu (atau bisa juga interogasi bro DragonHung langsung). Untuk mengetahui apakah fiksi atau kekuatan bathin, ini yang susah. Harus punya kemampuan lebih dari bhikkhu itu (atau pakai mesin tes kejujuran).

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Untuk mencaritahu bhikkhunya, harus selidik dulu (atau bisa juga interogasi bro DragonHung langsung). Untuk mengetahui apakah fiksi atau kekuatan bathin, ini yang susah. Harus punya kemampuan lebih dari bhikkhu itu (atau pakai mesin tes kejujuran).


bukan begitu, maksud saya, dalam kisah itu ada 3 orang pemeran, si mayat wanita, pria pembungkus, dan pria pengubur, ketiga orang ini sudah teridentifikasi, jadi apakah ada pemeran lain sebagai penonton yg lupa dimasukkan dalam script, yg kemudian pada kehidupan sekarang menjadi bhikkhu penutur?

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
bukan begitu, maksud saya, dalam kisah itu ada 3 orang pemeran, si mayat wanita, pria pembungkus, dan pria pengubur, ketiga orang ini sudah teridentifikasi, jadi apakah ada pemeran lain sebagai penonton yg lupa dimasukkan dalam script, yg kemudian pada kehidupan sekarang menjadi bhikkhu penutur?

saya jadi teringat saudari metta yang katanya indigo
beliau waktu di bandung (pada saat seminar) juga bisa "melihat" kehidupan lampau orang lain dan menceritakan kembali ke orang tersebut (dalam hal ini dia tidak terlibat dlm kisah lampau org tersebut)
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
saya jadi teringat saudari metta yang katanya indigo
beliau waktu di bandung (pada saat seminar) juga bisa "melihat" kehidupan lampau orang lain dan menceritakan kembali ke orang tersebut (dalam hal ini dia tidak terlibat dlm kisah lampau org tersebut)


yg jadi masalah, semua orang yg punya imajinasi bisa menceritakan hal tersebut dan tidak ada cara untuk membuktikannya

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Setuju dengan guyonan ini,
Tidak seharusnya kamma menjadi setan (seperti versi samawi)
Tidak seharusnya kamma menjadi tuhan
dan tidak seharusnya kamma definisi kamma melebar terlalu jauh sampai kekehidupan yang lalu.

Saya kira kamma juga termasuk apa yang terjadi pada saat ini.
Mengapa tidak memiliki jodoh ?
Mungkin, dikarenakan kurangnya teknik sosialisasi

Mengapa cerai ?
Mungkin, dikarenakan tidak ada lagi kecocokan antara keduanya.

Kenapa segala sesuatunya harus dikorelasikan ama yang lampau-lampau ?
Sehingga dengan gampangnya dijawab.... "kamma-nya ga nyambung" :hammer:

Setuju dengan bro Kemenyan, kalau semua di dunia ini adalah kamma maka mungkin kita sudah tak memiliki free choice, karena berbuat baik atau berbuat buruk adalah akibat kamma juga.

Jadi kita tak dapat mengatakan semua adalah kamma.
Umpamanya kita marah karena ditampar orang, lalu balas menampar. Balas menampar bukanlah kamma, tetapi akan menimbulkan kamma.

Ditampar orang mungkin saja akibat kamma, tapi respon kita terhadap tamparan tersebut adalah pilihan kita sendiri.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
bukan begitu, maksud saya, dalam kisah itu ada 3 orang pemeran, si mayat wanita, pria pembungkus, dan pria pengubur, ketiga orang ini sudah teridentifikasi, jadi apakah ada pemeran lain sebagai penonton yg lupa dimasukkan dalam script, yg kemudian pada kehidupan sekarang menjadi bhikkhu penutur?
Oh... ;D Mungkin di 'jaman dulu' juga jadi bhikkhu yang memimpin upacara penguburan?



yg jadi masalah, semua orang yg punya imajinasi bisa menceritakan hal tersebut dan tidak ada cara untuk membuktikannya
Cerita beginian memang tidak perlu ditanggapi dengan 'iman', tapi hanya sebagai gambaran saja. Yang saya prihatin, biasanya kalau 'Buddha' yang omong (tertulis di sutta), oleh Umat Buddha langsung dipercaya walau betapa anehnya pun cerita itu; tapi kalau orang lain omong (apalagi kalau bukan Buddhis), langsung berubah jadi skeptis. Padahal kalau balik lagi ke Kalama Sutta, kedua nilai tersebut sama. Sama-sama belum bisa diselidiki dan tidak boleh dipercaya begitu saja.

Yang bisa kita ambil adalah moral cerita, bukan kebenarannya.

« Last Edit: 28 March 2011, 10:07:29 AM by Kainyn_Kutho »

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Setuju dengan bro Kaynin, yang penting moral ceritanya.

Menurut teman sih, sumbernya dari  buku " Hidup senang Mati tenang " Ajahn Brahm halaman 20 ... mengingat kehidupan lampau
Saya sendiri belon konfirmasi karena bukunya masih diincar2 dari bursa vihara.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Oh... ;D Mungkin di 'jaman dulu' juga jadi bhikkhu yang memimpin upacara penguburan?


Cerita beginian memang tidak perlu ditanggapi dengan 'iman', tapi hanya sebagai gambaran saja. Yang saya prihatin, biasanya kalau 'Buddha' yang omong (tertulis di sutta), oleh Umat Buddha langsung dipercaya walau betapa anehnya pun cerita itu; tapi kalau orang lain omong (apalagi kalau bukan Buddhis), langsung berubah jadi skeptis. Padahal kalau balik lagi ke Kalama Sutta, kedua nilai tersebut sama. Sama-sama belum bisa diselidiki dan tidak boleh dipercaya begitu saja.

Yang bisa kita ambil adalah moral cerita, bukan kebenarannya.



ini yang perlu diwaspadai oleh kita semua
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Setuju dengan bro Kaynin, yang penting moral ceritanya.

Menurut teman sih, sumbernya dari  buku " Hidup senang Mati tenang " Ajahn Brahm halaman 20 ... mengingat kehidupan lampau
Saya sendiri belon konfirmasi karena bukunya masih diincar2 dari bursa vihara.

lebih tepatnya halaman 24, tp tak ada cerita di atas...hanya membahas bagaimana org bisa mengigat kehidupan lampau, dgn jhana2
...

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
lebih tepatnya halaman 24, tp tak ada cerita di atas...hanya membahas bagaimana org bisa mengigat kehidupan lampau, dgn jhana2

Thanks infonya, ntar saya beli bukunya dulu baru konfirmasi balik lagi ke sini
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Cerita beginian memang tidak perlu ditanggapi dengan 'iman', tapi hanya sebagai gambaran saja. Yang saya prihatin, biasanya kalau 'Buddha' yang omong (tertulis di sutta), oleh Umat Buddha langsung dipercaya walau betapa anehnya pun cerita itu; tapi kalau orang lain omong (apalagi kalau bukan Buddhis), langsung berubah jadi skeptis. Padahal kalau balik lagi ke Kalama Sutta, kedua nilai tersebut sama. Sama-sama belum bisa diselidiki dan tidak boleh dipercaya begitu saja.

Yang bisa kita ambil adalah moral cerita, bukan kebenarannya.



ketika ingin membeli buku, saya dan ternyata banyak orang lain juga punya kebiasaan untuk melihat siapa penulis buku itu. jika ada buku komputer yg ditulis oleh seorang ahli komputer, dan ada buku komputer yg ditulis oleh seorang insinyur pertanian, maka saya tentu memilih yg pertama.

saya tidak bisa menangkap suatu moral cerita dari cerita yg tidak benar. sehubungan dengan kisah di atas, apakah benar bahwa orang itu adalah si pembungkus mayat wanita itu 'dulu'? kalau ternyata kenyataannya tidak demikian, moral apa yg didapat dari cerita itu?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
ketika ingin membeli buku, saya dan ternyata banyak orang lain juga punya kebiasaan untuk melihat siapa penulis buku itu. jika ada buku komputer yg ditulis oleh seorang ahli komputer, dan ada buku komputer yg ditulis oleh seorang insinyur pertanian, maka saya tentu memilih yg pertama.
Jika berkenaan dengan yang ilmiah, saya lebih memilih melihat isi bukunya apakah dalam hal yang saya ketahui sebagai benar, buku itu menulis dengan benar. Jika ya, berarti buku itu cukup terpercaya tanpa peduli siapa pengarangnya.

Jika berkenaan dengan yang tidak ilmiah, maka saya menilainya semua sama rata. Yang saya pilih tentu yang pola pikirnya sesuai dengan pola pikir saya juga.


Quote
saya tidak bisa menangkap suatu moral cerita dari cerita yg tidak benar. sehubungan dengan kisah di atas, apakah benar bahwa orang itu adalah si pembungkus mayat wanita itu 'dulu'? kalau ternyata kenyataannya tidak demikian, moral apa yg didapat dari cerita itu?
Kisah (penutupan & penguburan jasad) di atas, dari segi nilai 'kebenaran' tidak ada bedanya dengan kisah di Jataka, karena tidak bisa kita buktikan. Yang saya maksud adalah kisah tersebut adalah sebuah penyampaian 'pelajaran kamma' dalam format cerita. Tidak semua orang cocok dengan 'pelajaran kamma' dalam struktur seperti: 'berdasarkan waktu berbuah ada 4... berdasarkan berat-ringan...' tapi lebih cocok dengan suatu pengandaian atau lewat cerita.

Saya cerita sedikit. Ada seorang teman kantor yang mirip dengan anak kecil dalam artian negatif*. Suatu ketika ia komplain pada saya karena mentraktir teman lain dua kali di depan mata dia, sementara tidak pernah memberikan 'oleh-oleh' apapun ke dia. Kalau saya ngoceh hubungan sebab-akibat, apalagi sampai hukum kamma, saya tahu dia tidak akan paham. Paham secara bahasa, tapi tidak secara maknanya. Maka saya bilang bahwa traktir yang satu untuk balasan kripik yang diberikan, lalu traktir yang satu lagi balasan kwetiau yang ia (yang saya traktir) berikan untuk saya juga. Otomatis dia sadar bahwa memang hubungan manusia itu sebab dan akibat, dan dia sadar bahwa memang dia sendiri dalam hal kecil tidak pernah 'berdana' pada saya.

Di sini apakah betul saya dulu ditraktir oleh teman lain itu ataukah cuma "cerita bo'ongan", siapapun juga tidak ada yang tahu, kecuali saya dan orang yang traktir (itupun kalau dia ingat). Terlepas dari benar/tidaknya, suatu 'makna' yang mau saya sampaikan itu akhirnya bisa tersampaikan.

Dalam kisah penutupan & penguburan jasad, juga tidak diketahui apakah benar atau fiksi, tapi itu mengingatkan satu hal bahwa akibat dari masa lampau berpengaruh juga pada masa sekarang. Bisa juga kita sekarang telah melakukan hal yang benar, namun tetap tidak bisa menghindari akibat buruk dari masa lampau (seperti kisah Isidasi Theri), jadi tidak perlu mencari kesalahan atau menyalahkan diri sendiri. Dari pandangan saya, si bhikkhu ini hanya menyampaikan pelajaran kamma lewat format cerita saja. Tidak lebih, tidak kurang.

Spoiler: ShowHide
*Seperti anak kecil yang tidak punya kedewasaan menempatkan diri secara benar di lingkungan. Istilah Bahasa Inggrisnya 'childish'. Untuk istilah polos seperti anak kecil, digunakan 'childlike'.



Spoiler: ShowHide
Cerita alternatif:
...
Orang itu bertanya pada saya mengapa ditinggalkan pacarnya. Maka saya jawab,
1. itu karena setoran kamu ke Dewi Aphrodite kemarin kurang banyak, jadi ini adalah pelajaran buatmu.
2. itu karena Zeus punya rencana yang lebih indah buatmu.
3. itu karena kamu dikutuk Hera gara-gara doyan lihat cewek lain.
-----

Pilih sendiri sesuai kecocokan. Yang pasti dalam kisah alternatif, tidak diajarkan sebab-akibat berdasarkan hukum kamma.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Jika berkenaan dengan yang ilmiah, saya lebih memilih melihat isi bukunya apakah dalam hal yang saya ketahui sebagai benar, buku itu menulis dengan benar. Jika ya, berarti buku itu cukup terpercaya tanpa peduli siapa pengarangnya.

Jika berkenaan dengan yang tidak ilmiah, maka saya menilainya semua sama rata. Yang saya pilih tentu yang pola pikirnya sesuai dengan pola pikir saya juga.


dalam hal membeli buku tentu kita cuma bisa melihat cover depan dan belakang buku itu, kecuali anda punya kebiasaan nongkrong sepanjang hari di toko buku untuk numpang baca.

Quote
Kisah (penutupan & penguburan jasad) di atas, dari segi nilai 'kebenaran' tidak ada bedanya dengan kisah di Jataka, karena tidak bisa kita buktikan. Yang saya maksud adalah kisah tersebut adalah sebuah penyampaian 'pelajaran kamma' dalam format cerita. Tidak semua orang cocok dengan 'pelajaran kamma' dalam struktur seperti: 'berdasarkan waktu berbuah ada 4... berdasarkan berat-ringan...' tapi lebih cocok dengan suatu pengandaian atau lewat cerita.

Saya cerita sedikit. Ada seorang teman kantor yang mirip dengan anak kecil dalam artian negatif*. Suatu ketika ia komplain pada saya karena mentraktir teman lain dua kali di depan mata dia, sementara tidak pernah memberikan 'oleh-oleh' apapun ke dia. Kalau saya ngoceh hubungan sebab-akibat, apalagi sampai hukum kamma, saya tahu dia tidak akan paham. Paham secara bahasa, tapi tidak secara maknanya. Maka saya bilang bahwa traktir yang satu untuk balasan kripik yang diberikan, lalu traktir yang satu lagi balasan kwetiau yang ia (yang saya traktir) berikan untuk saya juga. Otomatis dia sadar bahwa memang hubungan manusia itu sebab dan akibat, dan dia sadar bahwa memang dia sendiri dalam hal kecil tidak pernah 'berdana' pada saya.

Di sini apakah betul saya dulu ditraktir oleh teman lain itu ataukah cuma "cerita bo'ongan", siapapun juga tidak ada yang tahu, kecuali saya dan orang yang traktir (itupun kalau dia ingat). Terlepas dari benar/tidaknya, suatu 'makna' yang mau saya sampaikan itu akhirnya bisa tersampaikan.

Dalam kisah penutupan & penguburan jasad, juga tidak diketahui apakah benar atau fiksi, tapi itu mengingatkan satu hal bahwa akibat dari masa lampau berpengaruh juga pada masa sekarang. Bisa juga kita sekarang telah melakukan hal yang benar, namun tetap tidak bisa menghindari akibat buruk dari masa lampau (seperti kisah Isidasi Theri), jadi tidak perlu mencari kesalahan atau menyalahkan diri sendiri. Dari pandangan saya, si bhikkhu ini hanya menyampaikan pelajaran kamma lewat format cerita saja. Tidak lebih, tidak kurang.


menyampaikan pelajaran kamma berjodoh dan cerai dengan cerita membungkus dan menguburkan mayat, yg agak kribo menurut saya, tentu akan lebih aman jika didahului dengan " ini kisah fiktif ...."

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
tanya nh,,,kira2 karma apa yg menyebabkan seseorang tidak memiliki jodoh dan karma apa yg menyebabkan prceraian?  :) sie2

Berjodoh sama siapa ? Kalau gak "milih-milih", kayaknya mudah dapat "jodooh"... kalau mau berjodoh sama artis sinetron, ini yang susah saya jawab-nya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything