//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Musik Rohani Buddhis  (Read 59227 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #60 on: 30 April 2009, 12:43:46 PM »
next question.....

apa lagu rohani buddhis itu dalam sajaknya harus ada kata Buddha, dan jargon etc lainnya :-?
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #61 on: 30 April 2009, 12:44:46 PM »
berapa bayarannya kalau penyanyi top lagu Buddhist sekali manggung?

apakah juga banyak duitnya dari penjualan lagu2 Buddhist?

mohon infonya....(lagi pingin duit)!
hargai TS.. jangan semua thread dijadikan ajang pertanyaan yang useless dan OOT..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #62 on: 30 April 2009, 12:46:17 PM »
^
^
IMO.. tidak ada yang membuat sutta dalam bentuk musik.. tetapi me-musik-kan sutta..
beda lo..

sebelum dijawab bro pur.. coba lihat penjelasan sila.. gak ada kata larangan bukan ? intinya semua kembali ke manage batin.. jadi IMO jangan mengambil kesimpulan sendiri dan dijadikan sebagai suatu patokan pertanyaan..
hasilnya akan kacau balau, ibarat meneliti dengan konsep yang gak jelas.


Yupeee

berapa bayarannya kalau penyanyi top lagu Buddhist sekali manggung?

apakah juga banyak duitnya dari penjualan lagu2 Buddhist?

mohon infonya....(lagi pingin duit)!

:)) kita mau bikin DC band boleh ngak yah :P

Penyanyinya ci lily
Gitaris nya bang indra  :)) kalo ngak keberatan
U apanya, Boy band, Gitaris, drumer, pianis , atau penari latar nik :))

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #63 on: 30 April 2009, 12:49:27 PM »
ada lagi kalo ngak salah dulu whopie golberg pas bikin lagu untuk sister act. Sempet diprotes pihak gereja karena memberikan warna baru buat lagunya. Sempet ditentang abis abisan. Pas jadi tuh lagu jadi iconnya tiap gereja diseluruh dunia.

Masalahnya kita boleh gak ?, dan kita bisa ngak ?

kalo kita kreatif paling- paling dibilang jiplak sama tetangga sebelah :P

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #64 on: 30 April 2009, 12:51:28 PM »
just FYI... lagu dari band rock... "Somethin to believe in" dari Poison aja pernah di kumandangkan di gereja :P

dan lagu Queen yg mana ya yg ada "Bismillah" nya di putar di negara arab...... (katanya lagu barat di blok ma arab) eh arap apa irak ya :P
i'm just a mammal with troubled soul



Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #65 on: 30 April 2009, 12:53:53 PM »
Nah kalau lagu rohani (Buddhist) tetapi banyak mendatangkan DUIT..
bagi penyayinya gimana?

Bukankah dilihat ujung2nya banyak duit atau tidak?

kalau lagu rohani = banyak duitnya...
sedangkan lagu umum = kurang duitnya gimana?

Lagu rohani menurut penyanyinya ya pasti ada.
kalau menurut saya sih...itu utk amal atau utk mencari keuntungan...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #66 on: 30 April 2009, 12:57:37 PM »
Untuk Agama Buddha, bisa ada, tapi untuk ajaran Buddha Tidak ada :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #67 on: 30 April 2009, 01:08:59 PM »
Untuk Agama Buddha, bisa ada, tapi untuk ajaran Buddha Tidak ada :D

Yuppe, Sekarang pertanyaannya sebatas apa hayoo kriterianya tuh lagu dan tarian dipegelarkan sebgai kesenian Buddhis.
 
Boleh ngak kalo bikin konsep tarian tapi menaruh ajaran buddha didalamnya, walaupun tarian tersebut terdapat intisari ajaran Buddha, contoh ada pagelaran drama Raja asoka dulu di borobudur memasukan konteks ajaran, Diperbolehkan tidak ?.

Seberapa kontek's dibatasi dan tidaknya suatu kesenian Buddhis berkreasi itu semestinya dibahas disini ?.

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #68 on: 30 April 2009, 01:58:34 PM »
Yuppe, Sekarang pertanyaannya sebatas apa hayoo kriterianya tuh lagu dan tarian dipegelarkan sebgai kesenian Buddhis.
 
Boleh ngak kalo bikin konsep tarian tapi menaruh ajaran buddha didalamnya, walaupun tarian tersebut terdapat intisari ajaran Buddha, contoh ada pagelaran drama Raja asoka dulu di borobudur memasukan konteks ajaran, Diperbolehkan tidak ?.

Seberapa kontek's dibatasi dan tidaknya suatu kesenian Buddhis berkreasi itu semestinya dibahas disini ?.

bro, kok pertanyaan nya jadi banyak?
Kalo pertanyaan ini ada yg jawab, trus mau kasih pertanyaan lain nya lagi gak?

Menurut bro, pertanyaan TS uda terjawab kah??
Apakah TS uda puas dgn jawaban2 yg diberi?

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #69 on: 30 April 2009, 02:20:01 PM »
Yuppe, Sekarang pertanyaannya sebatas apa hayoo kriterianya tuh lagu dan tarian dipegelarkan sebgai kesenian Buddhis.
 
Boleh ngak kalo bikin konsep tarian tapi menaruh ajaran buddha didalamnya, walaupun tarian tersebut terdapat intisari ajaran Buddha, contoh ada pagelaran drama Raja asoka dulu di borobudur memasukan konteks ajaran, Diperbolehkan tidak ?.

Seberapa kontek's dibatasi dan tidaknya suatu kesenian Buddhis berkreasi itu semestinya dibahas disini ?.

bro, kok pertanyaan nya jadi banyak?
Kalo pertanyaan ini ada yg jawab, trus mau kasih pertanyaan lain nya lagi gak?

Menurut bro, pertanyaan TS uda terjawab kah??
Apakah TS uda puas dgn jawaban2 yg diberi?

Namanya diskusi elin kan pertanyaan kan bisa aja berkembang ^-^

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #70 on: 30 April 2009, 02:29:24 PM »
Namanya diskusi elin kan pertanyaan kan bisa aja berkembang ^-^

up to u then...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #71 on: 30 April 2009, 03:15:24 PM »
Untuk Agama Buddha, bisa ada, tapi untuk ajaran Buddha Tidak ada :D

Yuppe, Sekarang pertanyaannya sebatas apa hayoo kriterianya tuh lagu dan tarian dipegelarkan sebgai kesenian Buddhis.
 
Boleh ngak kalo bikin konsep tarian tapi menaruh ajaran buddha didalamnya, walaupun tarian tersebut terdapat intisari ajaran Buddha, contoh ada pagelaran drama Raja asoka dulu di borobudur memasukan konteks ajaran, Diperbolehkan tidak ?.

Seberapa kontek's dibatasi dan tidaknya suatu kesenian Buddhis berkreasi itu semestinya dibahas disini ?.
Soal menari :
Kisah Lima Ratus Bhikkhu
 
 
 DHAMMAPADA VI, 8
 

        Atas permintaan seorang brahmana dari Veranja, Sang Buddha pada suatu sat tinggal di Veranja bersama lima ratus orang bhikkhu. Ketika berada di Veranja sang brahmana lalai untuk memperlihatkan kebutuhan hidup mereka. Penduduk Veranja yangkemudian menghadapi kelaparan, hanya dapat mempersembahkan sangat sedikit dana pada saat para bhikkhu berpindapatta. Kendatipun mengalami penderitaan, para bhikkhu tidak berputus asa. Mereka hanya cukup mendapatkan para penjual kuda setiap hari. Saat akhir masa vassa tiba, setelah memberitahu sang brahmana, Sang Buddha pulang ke Vihara Jetavana beserta lima ratus bhikkhu. Masyarakat Savatthi menyambut kedatangan mereka dengan bermacam-macam pilihan makanan.

        Sekelompok orang yang hidup bersama para bhikkhu, memakan makanan yang tak dimakan oleh para bhikkhu. Mereka makan dengan rakus seperti orang yang benar-benar lapar, dan pergi tidur setelah mereka makan. Setelah bangun tidur mereka bersiul, bernyanyi dan menari, mereka membuat suatu keributan.

        Ketika Sang Buddha datang sore hari di tengah-tengah para bhikkhu, para bhikkhu melaporkan hal itu kepada Beliau, perilaku orang-orang yang tidak dapat dikendalikan, dan berkata "Orang-orang ini hidup dengan sisa makanan, bersikap sopan dan berperilaku baik ketika kita semua menghadapi penderitaan dan kelaparan di Veranja. Sekarang mereka cukup mendapat makanan yang baik, mereka bersiul, menyanyi, dan menari, serta membuat keributan di antara mereka sendiri. Berbeda dengan para bhikkhu. Para bhikkhu bagaimanapun juga keadaannya memiliki perilaku yang sama, baik di sini maupun di Veranja".

        Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Itu merupakan sifat alamiah dari orang bodoh, penuh dengan duka cita dan merasa tertekan ketika mereka gembira ketika sesuatu berjalan lancar. Orang bijaksana bagaimanapun keadaannya dapat bertahan dalam gelombang kehidupan baik naik maupun turun".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 83 berikut:

Orang bajik membuang kemelekatan terhadap segala sesuatu; orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan. Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan, orang bijaksana tidak menjadi gembira amaupun kecewa.

***



Kisah Nataputtaka Thera
 
 
 DHAMMAPADA XXVI, 36
 

        Suatu ketika, Nataputtaka, anak laki-laki dari seorang penari yang sedang pergi berkeliling menyanyi dan menari, memiliki kesempatan untuk mendengarkan khotbah yang diberikan oleh Sang Buddha. Setelah mendengarkan khotbah tersebut, ia masuk dalam pasamuan dan mencapai tingkat kesucian arahat tidak lama kemudian.

        Suatu hari, ketika Sang Buddha dan para bhikkhu termasuk Nataputtaka sedang berjalan untuk menerima dana makanan, mereka menjumpai anak laki-laki dari penari lain yang sedang menari di jalanan. Melihat anak muda yang sedang menari, para bhikkhu bertanya kepada Nataputtaka apakah ia masih suka menari.

        Dan Nataputtaka menjawab, "Tidak, aku tidak".

        Para bhikkhu kemudian pergi menemui Sang Buddha dan menceritakan bahwa Nataputtaka dengan cara seperti itu ingin menegaskan bahwa dirinya telah mencapai tingkat kesucian arahat.

        Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu! Nataputtaka telah meninggalkan semua ikatan kemelekatan; ia telah menjadi seorang arahat".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 417 berikut:

Seseorang yang telah menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi dan juga telah mengatasi ikatan-ikatan surgawi, yang benar-benar telah bebas dari semua ikatan, maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

***


Kisah Teman-teman Visakha
 
 
 DHAMMAPADA XI, 1
 

        Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada pesta Bacchanalian yang berlangsung salama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan kemudian meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada keajadian lainnya, dikatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

        Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita menjadi mabuk, bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut.

        Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan".

        Oleh karena itu, tubuh Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap yang menyebabkan wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri diatas Gunung Meru, dari tempat itu Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan.

        Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Sebagai wanita, kalian tidak seharusnya datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 146 berikut:

Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau dunia ini selalu terbakar? Dalam kegelapan, tidakkah engkau ingin mencari terang?

        Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.


   ***



Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #72 on: 30 April 2009, 03:55:00 PM »
tapi keknya yang tanpa ada elemen agama ga bs membuat menyadari kesalahan yang pernah dilakukan de,...
tapi klo ada, ya menurut saya bermuatan religius...

Berarti menurut Chandra Rasmi, tetap pengaruh terhadap seseorang itu yang menentukan itu "religius" atau tidak, bukan content atau label agamanya, betul?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #73 on: 30 April 2009, 03:55:41 PM »
Nah itu dia dibahas menurut apa nih hinaya teravada atau apa ?.


Kalo dibilang melekat selama didunia tuh melekatlar. tidak ada yang tidak melekat. tegantung kemelekatan kita terhadap musik. Kalo di Mahayana Kesenian itu masuh diperbolehkan selama ada kontek - kontek tertentu. Kgk semua lokh musik itu mengutamakan estetika atau keindahan.

Pembahasannya kayak lagu karaniya metta sutta, tyus, Sebagainya dijadikan musik bermasalah ngak ?.

Kalo bermasalah kenapa ngak pada protes sama yang bikin sutta dalam bentuk musik.  Hayooo.
Gimana pembahasannya?

kalo gitu yang sabtu kemarin bikin buddhis band juga bermasalah dong ?. Kenapa ngak protes dibubarkan hayoo ?

kan makanya saya tanya boleh ngak mengembangkan kreatifitas kesenian dalam bentuk agama ?

Bahas bahas mangkin panas mangkin asik ?
:))
Memangnya ada aliran Buddha (entah Mahayana, Hinayana, Majjhimayana, x-yana) yang tujuan akhirnya adalah menggenggam kesenangan indriah?

Saya secara pribadi, memang "bermasalah" dengan semua itu, maka saya buat thread ini. Tapi saya tidak punya keinginan untuk mengatur orang lain. Kalau tidak, saya akan jadi ekstremis seperti sebagian orang yang protes Buddha Bar.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #74 on: 30 April 2009, 03:55:59 PM »
Musik rohani Buddhis identik dengan alunan musik yang lembut dan tenang. Namun tidak ada jaminan bahwa semua orang akan menjadi tenang ketika mendengarkannya.

Kita harus mengerti ketika suatu pendidikan / wejangan diaplikasikan dalam aspek bidang seni, maka secara kasat mata nilai pendidikan / wejangan itu tidak bisa tampil optimal. Ini sifat yang alami sekali. Karena misalnya : ketika wejangan Buddhisme diterapkan dalam aspek musik, maka orang awam cenderung akan lebih fokus pada segi musikalitasnya. Amanat pendidikan agamanya sedikit-banyak tertutupi oleh kulit luar dari musik itu sendiri.

Ketika seorang Umat Buddha menyatakan bahwa musik rohani Buddhis bisa membuatnya tenang, itu pun kemungkinan besar merupakan permainan pikiran. Yang terjadi mungkin adalah :
- Umat Buddha itu mencintai Buddhisme. Jadi musik rohani Buddhis secara tidak langsung akan turut dihargai olehnya.
- Umat Buddha itu menikmati alunan musik yang tenang itu.
- Umat Buddha itu mengambil musik sebagai objek pikiran dan melupakan masalah untuk sejenak. Sehingga yang muncul adalah kesan bahwa musik itu menenangkan batinnya.
- Mungkin ada beberapa Umat Buddha yang masih melekat pada ritual; menganggap musik rohani Buddhis adalah musik suci.
- Mungkin selagi mendengar musik, Umat Buddha itu berimajinasi tentang keindahan Dhamma. Sehingga yang terjadi adalah membuai pikiran dengan kemelekatan dan fanatisme dasar pada Buddhisme.

Kalau dilihat dari kriteria-kriteria di atas, artinya apakah musik rohani Buddhis itu bisa menenangkan batin atau tidak itu bersifat subjektif sekali. Bagi orang yang tidak memenuhi kriteria-kriteria di atas, maka mungkin tidak ada muatan bermanfaat yang dapat dipetik dari musik tersebut.

Karena itu, bermanfaat atau tidak sebenarnya kembali pada batin masing-masing pendengar.

Jadi terlepas dari bermanfaat atau tidak (yang adalah tergantung dari pendengar), kriteria musik itu sendiri (apakah "religius" atau "duniawi") tidak menentukan apa pun juga, bukan?