Jadi terlepas dari bermanfaat atau tidak (yang adalah tergantung dari pendengar), kriteria musik itu sendiri (apakah "religius" atau "duniawi") tidak menentukan apa pun juga, bukan?
Ya. Tapi setidaknya musik rohani diciptakan dan dimainkan dengan tujuan untuk mengkondisikan 'siraman rohani' kepada para pendengarnya.
Ya, kalau dilihat dari maksud dan tujuannya, pasti berbeda.
Nah, mengenai 'siraman rohani' ini, sebetulnya sama saja dengan ceramah dhamma. Berikut ini saya ada 3 statement (yang saya beri nomor), dan kalau ada tidak setuju, bisa ditunjuk yang nomor berapa. Kalau setuju yah ga apa, tentunya. (Ga harus ga setuju)
Pengetahuan akan dhamma itu memang diberikan, tetapi pemahaman akan dhamma itu sendiri tidak bisa diberikan, karena bagaimana pun, harus diri sendiri yang menyadarinya. (1)
Dengan begitu, maka apakah sebuah objek itu berupa "siraman rohani" atau bukan, adalah murni tergantung pada objek. (2) Bagi orang yang tidak paham, khotbah Buddha pun seandainya direkam, tidak lebih dari serangkaian kata-kata saja, tidak ada "kebenaran" sama sekali. Tetapi bagi orang-orang tertentu (dalam kisah di Kitab Pali, misalnya Bhikkhu muda yang jatuh cinta pada Sirima), bahkan mayat yang sudah membengkak adalah "siraman dhamma".
Oleh karena itu, kalau menurut dhamma, objek tidak bisa dibedakan sebagai "siraman rohani/dhamma" atau tidak, tetapi semua adalah pikiran seseorang yang timbul ketika persepsi terhadap objek terjadi. (3)