Apakah Buddha pernah menghukum orang lain ?
Bagaimanakah hukuman yg layak/adil/sepantasnya?
Bagaimanakah contoh2 hukuman tsb?
soalnya baru2 ini ada berita tentang :
cambuk dg rotan 6 kali, dan denda 5.000 ringgit (rp 13jt) bagi yg minum beberapa gelas bir (bukan vodka atau wisky lho).
apa hukuman bagi orang Buddhist kalau mabuk ?
apa hukuman bagi orang Buddhist kalau mabuk ?
kehilangan kesadaran sementara...
Saya pernah kumpul orang2 dari Taiwan, dan malam minggu mereka sering
mengkabiskan 1 krat (peti) bir. Dan kalau ditanya mereka apakah mabuk?
jawaban mereka selalu... ahhh seperti minum air aja. Mana mungkin minum
bir bisa mabuk!.......
jadi masalah mabuk juga tergantung orangnya!
Kalau selama bir tidak mempengaruhin kesadaran seseorang,
apakah merupakan kegiatan yg boleh dilakukan ?
Ya, Sang Buddha pernah memberi hukuman kepada murid-Nya. Salah satu hukuman yang terkenal adalah hukuman kepada Bhikkhu Channa. Bhikkhu Channa dahulunya adalah teman main sekaligus kusir dari Pangeran Siddhattha Gotama. Channa berkontribusi besar dalam usaha Pangeran Siddhattha meninggalkan istana untuk pergi betapa. Setelah Pangeran Siddhattha mencapai Pencerahan dan menjadi Sang Buddha, Beliau banyak menahbiskan orang-orang untuk memasuki persamuhan bhikkhu. Salah satunya adalah Channa. Bhikkhu Channa berpikir bahwa ia turut berjasa, karena berkat beliaulah maka Pangeran Siddhattha bisa menjadi Sang Buddha dan mengajarkan Dhamma untuk kebahagiaan banyak makhluk. Karena itulah Bhikkhu Channa menjadi congkak dan sulit dinasihati. Melihat hal itu, sebelum Sang Buddha memasuki Parinibbana, Beliau memberi hukuman kepada Bhikkhu Channa. Bhikkhu Channa dipersilakan untuk berkata apapun kepada semua bhikkhu, namun semua bhikkhu yang lain dilarang untuk berbicara maupun berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan Bhikkhu Channa. Hal ini membuat Bhikkhu Channa menyadari kesombongannya karena selama ini beliau telah sering menyepelekan perkataan bhikkhu lain. Sehingga ketika Sang Buddha sudah Parinibbana (mangkat), tidak ada seorang pun yang mau diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran. Menyadari hal itu, Bhikkhu Channa pun giat berlatih seorang diri hingga akhirnya beliau mampu mencapai tingkat kesucian Arahat.
Hukuman yang layak adalah hukuman yang tidak bertentangan dengan moralitas, dan dapat mendorong orang yang dihukum itu untuk menyadari kesalahannya. Sebuah hukuman dibuat untuk menyadarkan kesalahan, bukannya sebagai pembalasan dendam maupun pelunasan hutang.
Orang mabuk akan memberi dua dampak:
- mengganggu kesehatan dan keselamatan diri sendiri
- mengganggu kenyamanan dan keselamatan orang lain
Dalam Ajaran Sang Buddha, tidak ada hukuman untuk seorang perumah-tangga yang mabuk. Tapi ada hukuman yang dijatuhkan untuk seorang bhikkhu yang mabuk. Hukuman yang dijatuhkan akan diputuskan sesuai dengan vinaya setelah sebelumnya kasus tersebut dianalisa dengan jelas. Namun bukan berarti seorang perumah-tangga bisa mabuk-mabukan seenaknya. Seorang perumah-tangga seharusnya melihat bahwa mabuk lebih banyak membawa penderitaan daripada kebahagiaan berhalusinasi. Dengan pengertian benar akan hal ini, ia seharusnya mencegah dirinya untuk mabuk-mabukan, sebelum ia mengganggu kehidupan orang lain yang bisa mengakibatkannya dihukum sesuai dengan peraturan dan norma setempat.