//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya ? Jawab untuk Pemula  (Read 627509 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #300 on: 27 July 2009, 07:54:32 AM »
apakah tepat/dan boleh umat wanita
mengagumin Biksu/Bante,
trus mengatakan :

"Bante kamu genteng lho"

Banyakkah hal2 pujian yg mungkin diberikan orang umum OK,
tapi tidak pas utk Biksu/Bante/Bikuni ?

trims sebelumnya.

Menimbang kita umat awam tidak pernah tahu kondisi batin seorang bhante, apakah batinnya masih tergoyahkan atau tidak, maka tidaklah tepat bagi kita untuk sengaja melakukan hal-hal yang menggoncangkan batin mereka yang sedang berlatih kemoralan.

Jika kita menghormati mereka yang sedang berlatih, jagalah sikap kita agar tidak mengganggu latihan mereka. Dan kurangilah tuntutan kita yang tidak-tidak terhadap mereka yang akhirnya mengganggu kualitas maupun kuantitas latihan mereka.

mao menambahkan saja .....  ;D
Jika suatu saat ... bro sacheng ingin berdana makanan dan langsung bertemu dengan Bhante
anda juga tidak bole mengatakan ..... Bhante " ini saya bawakan makanan yg paling enak, silakan dinikmati
makanan apapun yg dihidangkan ...... kita tidak layak mengatakan ini enak ato tidak enak ......
karna seorang Bhante selalu melatih diri untuk tidak serakah (lobha) termasuk pada makanan .....


Maklum deh, umat memang kurang tau (termasuk saya deh),
biasanya mereka bilang mau masakin makanan kesukaan bante....

Jadi berdana makanan spt : permen2, coklat (spt silverQ) dan
  manisan2 sejenisnya juga kurang tepat ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #301 on: 27 July 2009, 08:59:27 AM »
kalau terlalu sering di bicarakan,
assumsi saya banyak yg setuju menggunakan pujian tsb
(Bante itu ganteng lho.....
ya terutama umat wanita lah yg  senang memuji dgn begitu..)

kalau saya sih lebih cocok dgn wajah yg cerah begitu...atau bahagia...


Kalau ada kesempatan, berilah masukan pada mereka. Tetapi bagaimanapun juga kita tidak bisa memaksa orang mengikuti pola pikir kita, jadi kalaupun tidak diindahkan, biarkan saja.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #302 on: 27 July 2009, 09:02:52 AM »
Om mau minta pendapatnya..
Tadi melintas di pikiranku kalimat ini..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa sang buddha"
gimana om?menyesatkan ga?

Untuk menarik perhatian umat awam(buddhis ktp),gmn kalo diganti..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa tahtagata.." ;D

Mau ditujukan untuk siapa, bro? buddhist KTP, non buddhist, buddhist yg mau belajar, buddhist yg udah pengalaman, atau siapa?

krn utk setiap kalangan yg berbeda, kita juga hendaknya bisa menyesuaikan sehingga bisa diterima dengan baik

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #303 on: 27 July 2009, 09:13:27 AM »
Maklum deh, umat memang kurang tau (termasuk saya deh),
biasanya mereka bilang mau masakin makanan kesukaan bante....

Jadi berdana makanan spt : permen2, coklat (spt silverQ) dan
  manisan2 sejenisnya juga kurang tepat ?


dear bro

kebutuhan bhante hanyalah 4 (catupaccaya) yaitu :
- jubah
- pangan
- tempat tinggal
- obat2an

dalam memberikan 4 objek diatas, hendaknya kita berpegang pada tujuan menjadi Bhante yaitu agar ia dapat menjalankan ajaran Buddha secara lebih maksimal dibandingkan menjadi umat awam

itu kenapa, untuk makanan hendaknya diberikan yg bermanfaat dalam menunjang kebutuhan fisiknya, bukan yg enak tp kolesterol tinggi, atau camilan2 seperti biskuit, coklat

demikian juga dalam pemberian objek lainnya misal tempat tinggal jgn yg mewah, melainkan utk bernaung dr panas, dingin, hujan

semoga bermanfaat

metta

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #304 on: 27 July 2009, 10:33:41 AM »
Om mau minta pendapatnya..
Tadi melintas di pikiranku kalimat ini..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa sang buddha"
gimana om?menyesatkan ga?

Untuk menarik perhatian umat awam(buddhis ktp),gmn kalo diganti..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa tahtagata.." ;D

Mau ditujukan untuk siapa, bro? buddhist KTP, non buddhist, buddhist yg mau belajar, buddhist yg udah pengalaman, atau siapa?

krn utk setiap kalangan yg berbeda, kita juga hendaknya bisa menyesuaikan sehingga bisa diterima dengan baik
niatnya mau ditujukan untuk buddhis ktp dan orang yg menganggap umat buddha penyembah berhala..
Soalnya kalo sy lihat kondisi umat buddha ktp semakin memprihatinkan..masa mengatakan agama buddha berasal dari china..dan menganggap buddha sebagai dewa..
Dan parahnya!menyampaikannya kepada umat kr****n 
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #305 on: 27 July 2009, 12:51:21 PM »
Om mau minta pendapatnya..
Tadi melintas di pikiranku kalimat ini..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa sang buddha"
gimana om?menyesatkan ga?

Untuk menarik perhatian umat awam(buddhis ktp),gmn kalo diganti..
"jangan jadi umat buddha,tapi jadilah siswa tahtagata.." ;D

Mau ditujukan untuk siapa, bro? buddhist KTP, non buddhist, buddhist yg mau belajar, buddhist yg udah pengalaman, atau siapa?

krn utk setiap kalangan yg berbeda, kita juga hendaknya bisa menyesuaikan sehingga bisa diterima dengan baik
niatnya mau ditujukan untuk buddhis ktp dan orang yg menganggap umat buddha penyembah berhala..
Soalnya kalo sy lihat kondisi umat buddha ktp semakin memprihatinkan..masa mengatakan agama buddha berasal dari china..dan menganggap buddha sebagai dewa..
Dan parahnya!menyampaikannya kepada umat kr****n 

dear bro

sebenarnya keprihatinan sama terjadi pada banyak pihak, termasuk ada rekan di kelas abhidhamma yg saat ini sedang email2an dgn saya

kalo saya boleh rekomendasi, yang penting utk kita lakukan adalah pendekatan logis, tidak memaksa misal :
- menanyakan terlebih dahulu,apa dasar dia menyamakan buddha dengan dewa? bisa minta sutra atau dokumen tertulis lain.... disini bro udah mulai mengajari dia utk berpikir kritis, utk menganalisis konsep2 buddhism

- kalau dia ga bisa nunjukin (spt yg biasanya terjadi pada kebanyakan org), kita harus lihat, bagaimana "value" kita didepan dia? apakah kita sudah dianggap memadai utk "menasehati", ataukah kita masih sebagai org luar/anak kecil
kalau sudah bisa menasehati, bisa masukkan konsep bhw dewa itu sebenarnya sama aja ama alam manusia, hanya saja karena silanya lebih baik, maka terlahir di alam dewa
tapi kalau masih dianggap anak kecil, silahkan bro bawa buku yg menggambarkan posisi 31 alam kehidupan, yang bahkan menunjukkan bhw brahma yg di paham tertentu dianggap penguasa, ternyata ga beda banget juga ama manusia, hanya dia mempunyai konsentrasi yg lebih terpusat sehingga bisa masuk ke jhana

- kalau dia udah mulai ngeh, mulai lagi konsep mengenai inti ajaran buddha yang ada di ovada patimokkha yaitu kurangi akusala, perbanyak kusala dan sucikan batin
terangin juga mengapa akusala dan kusala, bukan jahat dan baik spt yg bnyk beredar....

- masukkan juga dhammapada ayat 1 dan 2 krn itu selaras dengan bunyi ovada diatas

- dst...dst.....

Dimana semakin lama kita akan memberikan buddhism yg "benar", yg membuat dia akan makin tahu yg selaras dan yang tidak selaras dengan buddhism

hal2 spt ini yg bisa kita lakukan sedikit demi sedikit krn sebagai putthujhana, kita tidak punya kemampuan spt sammasambuddha yg tahu mana yg cocok dan yg tidak cocok utk org tertentu

kecenderungan yg terjadi selama ini adl muncul dosa mula citta sehingga kita malahan ikutan "jengkel", ikut marah sehingga berbicara cukup keras dgn dia
krn marah dan memaksa, dia juga ikutan marah dan makin menjelekkan bhw "anda katanya buddhis, tp marah2 melulu"

nah semoga kondisi diatas tidak terjadi dan mari kita mulai dengan pendekatan yg "logis" dan terstruktur sehingga bisa sedikit membersihkan miccha ditthi pada org itu pun sekaligus tidak menambah akusala pada diri kita  ;D

semoga bermanfaat

metta

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #306 on: 30 July 2009, 09:36:42 AM »
Menurut cerita akhirnya Bhante Culapanthaka yg hanya sanggup
menghafal 4 bair syair mencapai pencerahan......

Nah apakah Bhante Culpanthaka juga boleh berkata :
bukan saja yg ini :
   1. jmb 8 dan 4 km tidak perlu
begitu juga yg ini :
   2. bahiya sutta yg sering dibicarakan oleh Master MMD
juga tidak perlu.

1. Bagaimana kebenaran dari statement tsb diatas ?
2. Bagaimana perasaan umat awam Buddhist yg
   mendengarkan statement spt ini ?

thanks sebelumnya.



soalnya paraminya lom cukup bro.......

sama ky anak TK, lom jalanin SD, SMP, SMA tapi mau ngerti aljabar........

maksudnya pendidikan di sekolah (s1, s2, s3)
lulusan psikolog sekalianpun tidak membantu dalam hal pencerahan ?
Jika patokan seorang yg amat pinter "otaknya" yg hanya dapat segera mencapai pencerahan
maka pencerahan hanya bisa dicapai oleh orang2 jenius saja ......

Ingat kisah seorang Bhikkhu yg tidak bisa menghapal 4 bait syair??
walau sudah berbulan-bulan menghapal, tetap saja Bhikkhu itu tidak mampu ....
Tetapi Bhikkhu itu bisa mencapai tingkat Arahat, karena Beliau bisa memahami Anicca, hanya dengan sebuah kain bersih yg digosok-gosok .......


ya kenapa ya Bhante Culapanthaka yg sulit menghafal syair 4 baris kalimat
bisa mencapai pencerahan..

Jadi tekat apa yg dibutuhkan utk mencapai pencerahan ya?

Dhammapada Atthakatha, Appamada Vagga, Syair 25.
(Bhikkhu yg tidak bisa menghapal 4 bait syair)
« Last Edit: 30 July 2009, 09:43:24 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #307 on: 30 July 2009, 10:31:22 AM »
kalau pada agama lain ada DOA dan komunikasi dgn yg diatas,
dalam versi Buddhism, bagaimana aktivitas tsb dilakukan ?

Bagaimana perbuatan baik yg diinginkan tsb,
diingatkan (didoakan), serta beriklar (berkomunikasi yg diatas)
utk mencapai hasil yg baik ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #308 on: 31 July 2009, 01:11:42 AM »
Menurut cerita akhirnya Bhante Culapanthaka yg hanya sanggup
menghafal 4 bair syair mencapai pencerahan......

Nah apakah Bhante Culpanthaka juga boleh berkata :
bukan saja yg ini :
   1. jmb 8 dan 4 km tidak perlu
begitu juga yg ini :
   2. bahiya sutta yg sering dibicarakan oleh Master MMD
juga tidak perlu.

1. Bagaimana kebenaran dari statement tsb diatas ?
2. Bagaimana perasaan umat awam Buddhist yg
   mendengarkan statement spt ini ?

thanks sebelumnya.

[at] Bro johan3000

Syair 25 (II-3. Kisah Culapanthaka): ShowHide
Bendahara Kerajaan di Rajagaha mempunyai dua orang cucu laki-laki bernama Mahapanthaka dan Culapanthaka. Mahapanthaka, yang tertua, selalu menemani kakeknya mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudian Mahapanthaka bergabung menjadi murid Sang Buddha.

Culapanthaka mengikuti jejak kakaknya menjadi bhikkhu pula. Tetapi, karena pada kehidupannya yang lampau pada masa keberadaan Buddha Kassapa, Culapanthaka telah menggoda seorang bhikkhu yang sangat bodoh, maka dia dilahirkan sebagai orang dungu pada kehidupannya saat ini. Dia tidak mampu mengingat meskipun hanya satu syair dalam empat bulan. Mahapanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan mengatakan bahwa adiknya tidak berguna.

Suatu waktu, Jivaka datang ke vihara mengundang Sang Buddha dan para bhikkhu yang ada, untuk berkunjung makan siang di rumahnya. Mahapanthaka, yang diberi tugas untuk memberitahu para bhikkhu tentang undangan akan siang tersebut, mencoret Culapanthaka dari daftar undangan. Ketika Culapanthaka mengetahui hal itu dia merasa sangat kecewa dan memutuskan untuk kembali hidup sebagai seorang perumah tangga.

Mengetahui keinginan tersebut, Sang Buddha membawanya dan menyuruhnya duduk di depan Gandhakuti. Kemudian Beliau memberikan selembar kain bersih kepada Culapanthaka dan menyuruhnya untuk duduk menghadap ke timur dan menggosok-gosok kain itu. Pada waktu bersamaan dia harus mengulang kata "Rajoharanam", yang berarti "kotor". Sang Buddha kemudian pergi ke tempat kediaman Jivaka, menemani para bhikkhu.

Culapanthaka mulai menggosok selembar kain tersebut, sambil mengucapkan "Rajoharanam". Berulang kali kain itu digosok dan berulang kali pula kata-kata rajoharanam meluncur dari mulutnya.

Berulang dan berulang kali.

Karena terus menerus digosok, kain tersebut menjadi kotor. Melihat perubahan yang terjadi pada kain tersebut, Culapanthaka tercenung. Ia segera menyadari ketidakkekalan segala sesuatu yang berkondisi.

Dari rumah Jivaka, Sang Buddha dengan kekuatan supranaturalnya mengetahui kemajuan Culapanthaka. Beliau dengan kekuatan supranaturalnya menemui Culapanthaka, sehingga seolah-olah Beliau tampak duduk di depan Culapanthaka, dan berkata :

"Tidak hanya selembar kain yang dikotori oleh debu; dalam diri seseorang ada debu hawa nafsu (raga), debu keinginan jahat (dosa), dan debu ketidaktahuan (moha), seperti ketidaktahuan akan Empat Kebenaran Mulia. Hanya dengan menghapuskan hal-hal tersebut seseorang dapat mencapai tujuannya dan mencapai arahat."

Culapanthaka mendengarkan pesan tersebut dan meneruskan bermeditasi. Dalam waktu yang singkat mata batinnya tebuka dan ia mencapai tingkat kesucian arahat, bersamaan dengan memiliki ‘Pandangan Terang Analitis? Maka Culapanthaka tidak lagi menjadi orang dungu.

Di rumah Jivaka, para umat akan menuang air sebagai tanda telah melakukan perbuatan dana; tetapi Sang Buddha menutup mangkoknya dengan tangan dan berkata bahwa masih ada bhikkhu yang ada di vihara. Semuanya mengatakan bahwa tidak ada bhikkhu yang tertinggal. Sang Buddha menjawab bahwa masih ada satu orang bhikkhu yang tertinggal dan memerintahkan untuk menjemput Culapanthaka di vihara.

Ketika pembawa pesan dari rumah Jivaka tiba di vihara, dia menemukan tidak hanya satu orang, tetapi ada seribu orang bhikkhu yang serupa. Mereka semua diciptakan oleh Culapanthaka, yang sekarang telah memiliki kekuatan supranatural. Utusan tersebut kagum dan dia pulang kembali dan melaporkan hal ini kepada Jivaka.

Utusan itu kembali diutus ke vihara untuk kedua kalinya dan diperintahkan untuk mengatakan bahwa Sang Buddha mengundang bhikkhu yang bernama Culapanthaka. Tetapi ketika dia menyampaikan pesan tersebut, seribu suara menjawab, " Saya adalah Culapanthaka." Dengan bingung, dia kembali ke rumah Jivaka untuk kedua kalinya.

Untuk ketiga kalinya dia disuruh kembali ke vihara. Kali ini, dia diperintahkan untuk menarik bhikkhu yang dilihatnya pertama kali mengatakan bahwa dia adalah Culapanthaka. Dengan cepat dia memegangnya dan semua bhikkhu yang lain menghilang, dan Culapanthaka menemani utusan tersebut ke rumah Jivaka.

Setelah makan siang, seperti yang diperintahkan oleh Sang Buddha, Culapanthaka menyampaikan khotbah Dhamma, khotbah tentang keyakinan dan keberanian, mengaum bagaikan raungan seekor singa muda. Ketika masalah Culapanthaka dibicarakan di antara para bhikkhu, Sang Buddha berkata bahwa seseorang yang rajin dan tetap pada perjuangannya akan mencapai tingkat kesucian arahat.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.


Dalam kisah itu, Bhikkhu Culapanthaka mengikuti intruksi Sang Buddha untuk menggosok kain bersih berulang kali sambil mengucapkan kata "rajoharanam". Kata rajoharanam (artinya = kotor) itu diucapkan dengan maksud agar Bhikkhu Culapanthaka memiliki gambaran yang akan terjadi pada kain bersih itu bila berulang kali digosokan. Karena Bhikkhu Culapanthaka pada saat itu adalah orang yang kurang memiliki kualitas intelektual yang baik, maka fenomena di mana kain itu berubah menjadi kotor pun terlihat begitu 'menakjubkan' bagi beliau. Sang Buddha rupanya sangat memahami metode yang tepat untuk membimbing Bhikkhu Culapanthaka ini. Alhasil dari pengalaman melihat karekteristik anicca ini, Bhikkhu Culapanthaka seolah mendapat satu tamparan keras akan realita dunia.

Sekali lagi mendapatkan bimbingan lanjut dari Sang Buddha, Bhikkhu Culapanthaka pun dengan sungguh-sungguh bermeditasi untuk menyelami hakikat dunia. Ini menunjukkan bahwa Bhikkhu Culapanthaka sudah memiliki saddha yang kuat pada Tiratana. Dan pada akhirnya, Bhikkhu Culapanthaka pun berhasil mencapai tataran kesucian Arahat. Dari kisah ini, kita mendapat gambaran jelas bahwa perealisasian tingkat Arahat tidaklah menjadi 'jatah' bagi orang-orang berintelektual tinggi.


Kalau kita jeli, di kisah itu sebenarnya secara implisit dideskripsikan bahwa dahulu Bhikkhu Culapanthaka adalah seorang dungu penurut yang baik hati. Di sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa Bhikkhu Culapanthaka seharusnya menuruti nasihat dan Ajaran Sang Buddha; yang secara ringkas mencakup pengembangan moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Bahkan pada syair tersebut, Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa ketidaktahuan (moha) akan Empat Kebenaran Mulia harus dihapuskan agar dapat merealisasi tingkat Arahat. Dan pada syair penutup, Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa pengendalian diri juga merupakan salah satu faktor yang menyokong seseorang dalam usahanya membuat pulau perlindungan bagi dirinya sendiri.

Jadi, dalam kisah ini pun sebenarnya Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan turut serta mengambil peran dalam perealisasian tingkat Arahat bagi Bhikkhu Culapanthaka.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #309 on: 31 July 2009, 01:11:55 AM »
kalau pada agama lain ada DOA dan komunikasi dgn yg diatas,
dalam versi Buddhism, bagaimana aktivitas tsb dilakukan ?

Bagaimana perbuatan baik yg diinginkan tsb,
diingatkan (didoakan), serta beriklar (berkomunikasi yg diatas)
utk mencapai hasil yg baik ?


Dalam Buddhisme, tentunya tidak relevan apabila kita membicarakan konteks "berkomunikasi dengan yang di atas". Sebagai Umat Buddha, kita tentunya dibekali wejangan akan Hukum Kamma dan Tilakkhana (anicca, dukkha dan anatta). Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita tumbuh menjadi orang-orang yang berjiwa besar untuk berani menghadapi dunia ini. Kita tidak memunculkan kebutuhan primer untuk berkomunikasi, curhat, memohon ataupun berterima kasih pada 'sosok' penyusun nasib kita sendiri.

Bila kita ingin berbuat kebaikan, kita bisa menanamkan tekad itu agar lebih kuat dengan beradhitana. Biasanya Umat Buddha beradhitana di depan Patung Sang Buddha. Tekad ini sebaiknya didasari atas pemahaman benar, bukan menjadi kaul ataupun 'sok berbakti' pada Tiratana.

Untuk mencapai hasil yang lebih baik, tentu kita harus berusaha lebih baik lagi. Kita perlu tekad yang kuat, kematangan rencana, kondisi fisik yang menunjang, dan belajar dari pengalaman. Kita sebaiknya menetapkan target-target pencapaian yang realistis. Terhadap target ini, kita tidak boleh lembek atau memanjakan diri. Karena sering kali kita cenderung lebih menyepelekan target yang kita buat sendiri. Seperti: "Nanti saya kerjakan... kalau sudah siang... setelah bangun tidur... kalau sudah tidak terlalu dingin... dsb". Kemalasan dan penundaan seperti inilah yang menjadi rintangan dalam mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, orang yang bijak akan membuat target yang lebih spesifik dalam usahanya. Seperti: "Hari ini saya harus bisa menyelesaikan ini... saya siap mengambil konsekuensi dari langkah ini... saya harus memastikan saat ini satu target telah tercapai... dsb".

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #310 on: 01 August 2009, 01:58:19 AM »
Tak tau nanya di sini tepat atau nggak ya, gini loh. Kalau atthasila kan sebaiknya cewek tidak bersentuhan dengan cowok. Oke, make sense banget. Tapi gimana kalau hubungannya anak-ortu. Apakah tidak boleh bersentuhan juga?
Apa om upasaka yang bijak bisa bahas? Xiexie
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #311 on: 01 August 2009, 03:07:51 AM »
Tak tau nanya di sini tepat atau nggak ya, gini loh. Kalau atthasila kan sebaiknya cewek tidak bersentuhan dengan cowok. Oke, make sense banget. Tapi gimana kalau hubungannya anak-ortu. Apakah tidak boleh bersentuhan juga?
Apa om upasaka yang bijak bisa bahas? Xiexie

Sila ke berapa tuh?

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #312 on: 01 August 2009, 08:19:07 AM »
Ah  dewa sakka ngetes ya :))
abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #313 on: 01 August 2009, 11:05:31 PM »
Tak tau nanya di sini tepat atau nggak ya, gini loh. Kalau atthasila kan sebaiknya cewek tidak bersentuhan dengan cowok. Oke, make sense banget. Tapi gimana kalau hubungannya anak-ortu. Apakah tidak boleh bersentuhan juga?
Apa om upasaka yang bijak bisa bahas? Xiexie

Ah  dewa sakka ngetes ya :))
abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami

[at] Sis Yuri-chan

Sila ketiga dalam atthangasila: "abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami"
...berarti "aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan hubungan seksual".

Abrahmacariya terdiri dari kata-kata dasar: "a" (tidak) + "brahma" (luhur atau mulia) + "cariya" (praktik; maknanya lebih spesifik pada suatu tindakan yang dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri dan orang lain).
Secara general, dapat diartikan sebagai "praktik / tindakan yang tidak luhur". Dan dalam konteks ini adalah "latihan pengendalian diri untuk tidak melakukan segala bentuk jenis hubungan seksual".

Tidak ada larangan ataupun latihan untuk tidak bersentuhan dengan lawan jenis di sila ketiga ini. Atthangasila dijalankan oleh para perumah-tangga. Maka tidak ada ketentuan yang mengharuskan seseorang untuk tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis. Perumah-tangga (gharavasa) tidak perlu menjalankan sila seketat para petapa (pabbajita).

Karena demikian, adalah lebih baik menjaga batin untuk tidak tercemar dari pikiran-pikiran kotor (dalam hal ini adalah pemikiran tentang aktivitas seksual). Karena latihan ini bisa menjadi bermanfaat apabila kita terus menjaga semua pikiran, ucapan dan perbuatan; bukan hanya sekedar menjaga ucapan dan perbuatan saja. Dengan terus melatih ketiganya, hal ini cenderung mengkondisikan batin menjadi lebih lunak untuk diasah lebih dalam lagi. Praktik atthangasila ini sangat bagus dijadikan sebagai batu loncatan bagi seseorang, sebelum ia mengikuti program samanera ataupun meninggalkan keduniawian.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #314 on: 02 August 2009, 12:44:00 AM »
Pelaksanaan sila ke-3 dalam Atthanga sila dijalankannya sesuai kapasitas orang masing-masing saja. Kalau sebagai bhikkhu/samanera ya memang bisa diartiin tidak bersentuhan dengan lawan jenis, sesuai dengan vinayanya. Tapi kalau sebagai orang biasa ya bersentuhan gpp tapi mengendalikan diri dari melakukan hubungan seksual saja. :)
appamadena sampadetha

 

anything