//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Aduh.... embel2 Buddha nya nggak ketinggalan... ( Dee menggugat cerai Marcell ? )  (Read 19269 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Quote
Sebab / Reaksi / Kamma, mutlak ditentukan oleh diri kita sendiri, berada sepenuhnya dibawah kontrol kita
Kalau kita diam?

Salam,
Riky


diam banyak artinya, 'diam' yg mana dulu...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
"diam"=tidak berbuat apa2,hanya sebatas "mengamati" apa yang terjadi...

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Apakah klo pake embel2x agama Buddha, beritanya bisa lebih laku ya???

be happy ^^

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Mana ada hubungannya.....Namanya juga artis cerai ya wajar saja kalau banyak yang cari kabarnya....
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Point yg terpenting bagi seorang Buddhis adalah menjaga / memanage reaksi (kamma) atas akibat (vipaka) yg menimpa kita.



Thanks  ..... ko willi   _/\_

Kita memang berputar di roda samsara selama tak terhitung ber-kalpa2, tidak mengetahui kapan kamma baik/buruk akan berbuah sewaktu-waktu.
Dihidupan saat ini kita bisa mengenal Buddha Dhamma adalah Berkah Utama.
Dikehidupan ini ada kesempatan berbuat kebajikan harus segera di lakukan, tidak peduli luasanya lautan tapi bila tiap hari ditetesan air garam, lautpun akan asin juga  ;D ( eeh ... laut khan udah asin  :hammer: mao puitis malah jd janggal  :)), tapi gpp daaahh .....  ;) )

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Apa gara2nya Dee sudah mencapai Nibana nich :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
"diam"=tidak berbuat apa2,hanya sebatas "mengamati" apa yang terjadi...

Salam,
Riky

Kita telah terbiasa untuk 'terlarut' dalam setiap gejolak batin kita. Ketika marah, kita tidak sadar dan menuruti hawa nafsu amarah. Ketika lahan parkir di mall penuh dan pas ada space kosong, kita buru2 'ingin' merebut space tsb sebelum didahului mobil lainnya, pada saat itu kita tidak 'menyadari' hawa nafsu kita.

Untuk bisa 'sadar' kita melatih diri sedikit demi sedikit. Mula2 lewat meditasi duduk, mengamati -hanya mengamati- setiap reaksi batin yg timbul. Sembari itu kita bisa mulai menerapkan dalam kehidupan keseharian kita. Mula2 kita bisa 'sadar' hanya sekali atau dua kali sehari. Itu sudah bagus. Selanjutnya bisa ditingkatkan.

 [at]  Riky Dave,
Bro Riky menulis:

"bagaimana dengan Diam (tidak berbuat apa2, hanya sebatas mengamati apa yg terjadi)"

Sy pikir tindakan 'diam' (tidak berbuat apa2) yg dimaksud diatas tidak bermanfaat.
Sebagai Buddhis, kita perlu aktif dalam keseharian kita. Kita perlu aktif berbuat kebaikan, menjalankan peranan kita sebaik2nya. Misalnya: segbagai ahli meditasi akan melatih meditasi, sebagai guru akan mengajar dengan aktif, sebagai polisi akan menjalankan tugas dengan baik, jika sebagai pemimpin perusahaan maka akan memimpin dengan bijaksana, dll.

Tapi 'diam' dalam arti: "batin yg diam, tidak bereaksi terhadap keadaan yg timbul", maka pengertian 'diam' ini masih dapat dimengerti. "Diam" ini artinya batin kita tidak terlarut dalam suasana, batin kita tenang, seimbang, tidak gampang dipengaruhi, tidak mudah dirangsang.

"Diam" tanpa melakukan apa2 dan mengamati peristiwa yg sedang terjadi, bukanlah suatu tindakan yg bagus. Sikap demikian disebut "tidak mau tau" / "masa bodoh".

Inti ajaran para Buddha adalah:

"Perbanyak kebaikan,
Kurangi kejahatan,
Sucikan pikiran"

Salam,
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Sy pikir tindakan 'diam' (tidak berbuat apa2) yg dimaksud diatas tidak bermanfaat.
Sebagai Buddhis, kita perlu aktif dalam keseharian kita. Kita perlu aktif berbuat kebaikan, menjalankan peranan kita sebaik2nya. Misalnya: segbagai ahli meditasi akan melatih meditasi, sebagai guru akan mengajar dengan aktif, sebagai polisi akan menjalankan tugas dengan baik, jika sebagai pemimpin perusahaan maka akan memimpin dengan bijaksana, dll
"diam"="tidak berbuat apa2"="mengamati/menyadari batin"="batin tenang" itu maksud saya,bukan "diam"=zombie :)
"Aktif berbuat kebaikan" = Pertanyaan saya,siapa yang aktif ingin berbuat baik?
"Menjalankan peranan kita sebaik2nya" = Apakah manusia itu adalah robot?Misalnya seorang ibu "mengurus anak",jadi kerjanya "seumur hidup" hanya "mengurus anak" karena itu adalah "peranannya" sebagai seorang ibu?

Quote
Tapi 'diam' dalam arti: "batin yg diam, tidak bereaksi terhadap keadaan yg timbul", maka pengertian 'diam' ini masih dapat dimengerti. "Diam" ini artinya batin kita tidak terlarut dalam suasana, batin kita tenang, seimbang, tidak gampang dipengaruhi, tidak mudah dirangsang.
"diam" saya hampir seperti difenisi anda,tapi "berbeda" jauh...Serupa tapi tak sama :)
"diam" artian saya adalah "mengamati/menyadari" gejolak "batin" yang tidak bisa "diam" dan selalu tidak "tenang" dan "mudah dirangsang/memberi respon" seperti bau,tubuh akan "menutup hidung" karena bau...

Quote
"Diam" tanpa melakukan apa2 dan mengamati peristiwa yg sedang terjadi, bukanlah suatu tindakan yg bagus. Sikap demikian disebut "tidak mau tau" / "masa bodoh".
"tidak mau tau" atau "masa bodoh" adalah berbeda dengan "diam" dari maksud saya...
"diam" definisi saya adalah "mengamati/menyadari" apapun yang terjadi baik "didalam" maupun "diluar" diri tanpa "mencekcokinya"...
Cthnya: Jika ada obrolan antara 3orang teman dan anda berada disana,anda hanya "diam"("mengamati/menyadari" tanpa berbuat apa2),disana anda bukan hanya "mengamati/menyadari" "dalam" diri anda sendiri tetapi juga "diluar" diri...
So kembali ke pertanyaan saya yang pertama,"Bagaimana jika "diam"? "

Salam,
Riky


Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
duh riky, semakin lama, semakin berputar2...
diam menyadari baik di dalam maupun di luar, tanpa melakukan apa2...==> mksd 'diam'?

Seorang Sidharta yang sudah "diam" , sepanjang hidupnya sampai akhir hayat membabarkan dhamma, apakah dia 'diam'?
« Last Edit: 14 July 2008, 12:51:47 AM by Edward »
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline CengHauNan

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
weleh....jadi beneran mau cerai yah? *kirain cuma gosip* :hammer:

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
duh riky, semakin lama, semakin berputar2...
diam menyadari baik di dalam maupun di luar, tanpa melakukan apa2...==> mksd 'diam'?
Seorang Sidharta yang sudah "diam" , sepanjang hidupnya sampai akhir hayat membabarkan dhamma, apakah dia 'diam'?
SB menyempurnakan paraminya(Setahu saya),dan SB sudah SADAR SECARA SEMPURNA,"diamnya" SB itu adalah "padamnya atta" dan yang pasti saya tidak mengetahui batin seorang Buddha,apakah anda mengetahuinya?Sekarang saya mungkin sedang berlatih "diam" dan "menyadari" secara pasif "aku" ini,sedangkan SB itu sudah "diam"(Jika mau diibaratkan maka ,"SB sudah lama berhenti,saya yang masih berlari")...Jadi perbandingannya sangat jauh berbeda,berputar 180 derajat :) ,ketika SB melihat Batin di seluruh dunia utk melihat siapa yang mungkin dapat tercerahkan, apakah SB bergerak kesana kemari?(Mencarinya secara aktif?)Bukankah SB "diam" di tempat dan melihat "batin" orang lain yang ada kemungkinan tercerahkan=melihat secara luar bukan?(Dengan "sesuatu"nya yang tidak mungkin kita bahas bukan?Karena saya sendiri belum mencapai sampai tahap tersebut,dan yang pasti lagi itu termasuk 4hal yang tidak usah dipikir2kan...) :)
Kalau "diam"nya SB itu sudah padam attanya,kalau "diam" yang saya maksud attanya belum padam masih sangat halus sehingga konteks "diam" saya saat ini adalah "menyadarinya/mengamati" secara pasif gerak gerik dr batin itu sendiri...(Dan lama kelamaan,jika kita sudah terbiasa "diam" secara penuh,atta kita pun akan padam,seperti lilin yang ditutupi oleh gelas yang apinya lama kelama2an akan padam juga)
Saya rasa tidak perlu dilanjutkan lagi,karena kita sudah berbeda arah pengertian dan saya mau menjelaskannya pun susah sekali karena keterbatasan kata2 dr saya dan saya jarang membaca buku2 Buddhis yang bisa mempermudah ketika menjelaskan sesuatu :),so back to the topic saja,"Bagaimana jika saya diam?"

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
masih simpang siur sih.. di infotainment td siang sih kaga da konfirmasi dari yang bersangkutan langsung...(jd ngegossip) ^-^

 [at]  riky, sayang sekali, memank masih terbatas jg sih, kemampuan ane untuk menjelaskan...Y udh lha, nyelem masing aj dah
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Jargon Ego Arahat bakalan muncul lage negh...

Kira-kira apa ya reaksi seorang arahat ngeliad bangkai dijalan ?
« Last Edit: 14 July 2008, 10:48:07 PM by Kemenyan »

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Code: [Select]
http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=11952
Quote
Pernikahan Hanya Batasi Kebahagiaan
Dewi Lestari-Marcell Bicara Perceraian

BEKASI - Detail penyebab retaknya rumah tangga musisi Dewi Lestari dan Marcell tidak bisa diungkapkan. Hanya, mereka menjelaskan, jika dilanjutkan, pernikahan itu hanya akan membatasi kebahagiaan.

Menurut Dewi, tidak ada pihak ketiga, unsur kekerasan, maupun lain sebagainya. "Semua itu kami jalankan dengan baik-baik, dengan dialog. Karena itu, sekarang pun kami bisa masih rukun dan damai dalam menjalani proses perpisahan," ungkapnya saat jumpa pers bersama Marcell di Jati Bening, Bekasi, kemarin (14/7).

Mereka memang masih akrab. Selain sering bercanda, saat mempersilakan wartawan untuk mengambil foto, mereka berpelukan. Lantas, apa yang membuat keduanya sepakat berpisah? "Semuanya sudah masuk dalam pertimbangan kami. Termasuk, anak, keluarga, juga karir. Segala aspek sudah menjadi pertimbangan. Kalau kami jelaskan secara detail, kami nggak yakin akan dipahami," ujar Dewi. "Alasan paling mendasar, pertumbuhan kami secara pribadi membuat kami berada di dua jalur berbeda," paparnya.

Marcell menambahkan, jika rumah tangga tersebut dilanjutkan, bisa timbul konflik dan berdampak kepada keluarga besar. "Mungkin sudah dua tahun (mempertimbangkan untuk berpisah dengan Dewi, Red)," imbuhnya.

Soal perbedaan tersebut, lanjut Dewi, jika dijelaskan bisa menghabiskan waktu sehari semalam. "Pasang lagu Titanic dan kami curhat, mungkin harus begitu," timpal Marcell. Dia mengaku dalam hatinya tidak ingin berpisah.

Selama dua tahun yang tidak nyaman itu, Dewi menganggap masalah tersebut sebagai PR batin yang harus dibenahi. "Jangankan pernikahan, dalam sebuah hubungan, pasti selalu berusaha untuk terus bersama," ucapnya.

Tapi, tutur Dewi, itulah hidup. Meski ingin selalu bersama, kenyataan menuju ke arah berbeda. "Justru, PR kami adalah menerima kenyataan tersebut dulu. Bukannya kami tidak menghargai janji, komitmen. Tapi, semua orang akan berusaha untuk itu walaupun akhirnya berserah pada arus hidup," ujarnya.

Marcell mengatakan, untuk sementara biarlah sidang perceraiannya berlanjut. Yang terpenting, antara dirinya dengan Dewi sudah dapat menerima kenyataan dan berpisah baik-baik.

Pengasuhan anak otomatis jatuh ke tangan Dewi. Sebab, anak mereka masih di bawah umur dewasa. "Bagaimanapun, kami sudah seperti keluarga besar. Yang pisah hanya status. Tapi, keluarga tidak bisa diputuskan. Orang tua saya, juga orang tua dia," tegas Marcell. (gen/tia)