"diam"=tidak berbuat apa2,hanya sebatas "mengamati" apa yang terjadi...
Salam,
Riky
Kita telah terbiasa untuk 'terlarut' dalam setiap gejolak batin kita. Ketika marah, kita tidak sadar dan menuruti hawa nafsu amarah. Ketika lahan parkir di mall penuh dan pas ada space kosong, kita buru2 'ingin' merebut space tsb sebelum didahului mobil lainnya, pada saat itu kita tidak 'menyadari' hawa nafsu kita.
Untuk bisa 'sadar' kita melatih diri sedikit demi sedikit. Mula2 lewat meditasi duduk, mengamati -hanya mengamati- setiap reaksi batin yg timbul. Sembari itu kita bisa mulai menerapkan dalam kehidupan keseharian kita. Mula2 kita bisa 'sadar' hanya sekali atau dua kali sehari. Itu sudah bagus. Selanjutnya bisa ditingkatkan.
[at] Riky Dave,
Bro Riky menulis:
"bagaimana dengan Diam (tidak berbuat apa2, hanya sebatas mengamati apa yg terjadi)"
Sy pikir tindakan 'diam' (tidak berbuat apa2) yg dimaksud diatas tidak bermanfaat.
Sebagai Buddhis, kita perlu aktif dalam keseharian kita. Kita perlu aktif berbuat kebaikan, menjalankan peranan kita sebaik2nya. Misalnya: segbagai ahli meditasi akan melatih meditasi, sebagai guru akan mengajar dengan aktif, sebagai polisi akan menjalankan tugas dengan baik, jika sebagai pemimpin perusahaan maka akan memimpin dengan bijaksana, dll.
Tapi 'diam' dalam arti: "batin yg diam, tidak bereaksi terhadap keadaan yg timbul", maka pengertian 'diam' ini masih dapat dimengerti. "Diam" ini artinya batin kita tidak terlarut dalam suasana, batin kita tenang, seimbang, tidak gampang dipengaruhi, tidak mudah dirangsang.
"Diam" tanpa melakukan apa2 dan mengamati peristiwa yg sedang terjadi, bukanlah suatu tindakan yg bagus. Sikap demikian disebut "tidak mau tau" / "masa bodoh".
Inti ajaran para Buddha adalah:
"Perbanyak kebaikan,
Kurangi kejahatan,
Sucikan pikiran"
Salam,
willi
::