Kalau ada yg bertanya/bersharing dan kita bertujuan membuktikan melalui penjelasan dari bukti yg sederhana sehubungan pembuktian HK, apakah harus diam? kalau memang demikian jangan bertanya atau sharing . Memang jhana untuk menelusuri dan vipasana mengetahui dan membuktikan essensi hukum kamma. Biasanya kalo vipasannanya sukses dibarengi jhana maka penelusurannya bisa lebih jauh lagi. Dan banyak mereka juga bisa tahu kenapa dia lahir disini dan disitu, begitu dan begini. Demikian tentang org lain. Hanya penelusurannya tidak sejauh dan selengkap SB.Bukan demikian maksud saya, kan sudah saya post di atas, saya akan berterima kasih kalau ada yang mampu meluruskan pemahaman saya.
Imasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah ituDalam situasi persaingan, maka kutipan itu hanya menunjukkan adanya SEBAB AKIBAT. Karena di Konsep Tuhan Pencipta juga mengakui adanya SEBAB AKIBAT, maka adanya satu proses sebab akibat, belum bisa diakui sebagai kebenaran konsep Hk Karma.
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Coba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.QuoteBenar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Tau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.
Bro Ryu,Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.
Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he
Thanks
_/\_
To All....sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
maaf buat Pak Momod, saya merasa perlu menuliskan ini sedikit sebagai akhir.Quote from: BondTau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.
Pemahaman saya, bila kita SANGAT TAHU penyebabnya DENGAN JELAS TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN, barukah itu bisa disebut PASTI, alias BUKTI.
Tapi, kita memahami proses karma itu tidak simpel, justru berbelit-belit, tidak berdiri sendiri, tergantung pada situasi dan kondisi lain, tergantung karma lain(penguat, pelemah dlsb) saling kait, maka demi kejujuran, kita HANYA bisa mengatakan: "DUGAAN SAYA".
Karena hanya DUGAAN, maka sepatutnya jangan disebut sebagai BUKTI.
Dengan berani menyebutnya sebagai PASTI KARENA ini, menurut saya ini memaksakan diri dan menipu diri sendiri. Musavada lah. Ini yang saya maksud TERPEROSOK, TERPELESET.
_/\_
sy mengerti dan memahami akan hukum sebab akibat dalam kehidupan nyata saya, namun sy hanya seorang anak SD yg baru mempelajari kimia dasar dan ingin terus belajar hingga harapan sy, dapat mencapai tingkat yg lebih tinggi sehingga sy dapat membuktikan dengan jelas teknik tenaga nuklir... selama itu belum dapat tercapai, sy tidak akan berstatment bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan...
Hai Mr Bond,Quote from: Bond_post #172Kalau ada yg bertanya/bersharing dan kita bertujuan membuktikan melalui penjelasan dari bukti yg sederhana sehubungan pembuktian HK, apakah harus diam? kalau memang demikian jangan bertanya atau sharing . Memang jhana untuk menelusuri dan vipasana mengetahui dan membuktikan essensi hukum kamma. Biasanya kalo vipasannanya sukses dibarengi jhana maka penelusurannya bisa lebih jauh lagi. Dan banyak mereka juga bisa tahu kenapa dia lahir disini dan disitu, begitu dan begini. Demikian tentang org lain. Hanya penelusurannya tidak sejauh dan selengkap SB.Bukan demikian maksud saya, kan sudah saya post di atas, saya akan berterima kasih kalau ada yang mampu meluruskan pemahaman saya.
Kalau begitu selamat mencari... :whistle:
Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^
Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Tapi kalau Anda atau siapapun beranggapan, menyebut itu sebagai BUKTI. Yah, ngga ada yang melarang, lah. he he he
Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras menunjukkan kebenaran Hk Karma.
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan. ^-^ Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Dalam suasana persaingan konsep inilah, sebagian penganutnya berusaha menggungulkan konsep yang dianutnya. Salah satunya dengan berusaha MEMBUKTIKAN secara argumentasi.
Jangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.:))Quote from: BondImasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah ituDalam situasi persaingan, maka kutipan itu hanya menunjukkan adanya SEBAB AKIBAT. Karena di Konsep Tuhan Pencipta juga mengakui adanya SEBAB AKIBAT, maka adanya satu proses sebab akibat, belum bisa diakui sebagai kebenaran konsep Hk Karma.
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Lagi2 membandingkan dengan konsep Tuhan. Apakah Anda tidak bisa melihat korelasi sebab akibat dan hukum kamma.? koq jadi OOT :P
Coba cek post # 187, Bro Bond.Quote from: BondCoba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.QuoteBenar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Thanks Bro.
Mengena atau tidak mengena adalah tergantung bagaimana Anda memandang seperti yg pernah anda katakan sendiri sebelumnya. Bagi saya tidak ada masalah.
Mettacitena.
_/\_
To All....
maaf buat Pak Momod, saya merasa perlu menuliskan ini sedikit sebagai akhir.Quote from: BondTau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.
Pemahaman saya, bila kita SANGAT TAHU penyebabnya DENGAN JELAS TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN, barukah itu bisa disebut PASTI, alias BUKTI.
Tapi, kita memahami proses karma itu tidak simpel, justru berbelit-belit, tidak berdiri sendiri, tergantung pada situasi dan kondisi lain, tergantung karma lain(penguat, pelemah dlsb) saling kait, maka demi kejujuran, kita HANYA bisa mengatakan: "DUGAAN SAYA".
Karena hanya DUGAAN, maka sepatutnya jangan disebut sebagai BUKTI.
Dengan berani menyebutnya sebagai PASTI KARENA ini, menurut saya ini memaksakan diri dan menipu diri sendiri. Musavada lah. Ini yang saya maksud TERPEROSOK, TERPELESET.
_/\_
Permisiii....boleh ikutan ngisi ?
Saya ngikuti thread ini hanya muncul satu kalimat dalam benak saya "CAPE DEH"
Kenapa kalian meributkan sesuatu yang sudah jelas2 ada buktinya?
apa kalian melupakan kisah2 Theragatha dan Therigatha ? bukankah disana mereka memberikan kesaksian tentang betapa beratnya hukuman yg mereka tanggung akibat mereka melakukan pelanggaran...
Sering kita dengar ada yang bergurau mengatakan "darimana tahu kalo neraka itu ada? darimana tahu klo neraka sangat menyiksa ? karena yang masuk neraka tidak pernah laporan tuh ?"
Ato sebaliknya "darimana tahu bahwa surga itu ada? mereka tidak ada yang menelpon tuh setelah masuk surga bahwa disana enak?"
Namun sayang mereka melupakan kisah Theragatha dan Therigatha yang amat jelas2 memang ada semua itu, mereka telah menjalani siksaan akibat pelanggaran mereka, namun karena mereka memiliki tekad yang kuat untuk "menembus penerangan sempurna", memiliki timbunan parami yang cukup, memiliki sila yang tinggi, maka mereka dapat meraih tingkat kesucian Arahat, sehingga mereka mampu mengingat kelahiran masa lampau mereka dan menceritakan dlm kisah Theragatha dan Therigatha yang masih bisa kita baca hingga kini.
Kalau dibaca dari Thread awal dan lanjutan ini, maka kenapa masih juga ragu tentang "HUKUM KAMMA BISA DIBUKTIKAN" jelas2 sdh ada buktinya dari kisah mereka. Kalau kalian masih ingin mendesak lagi coba buktikan dlm kehidupan sekarang, apa hayo?
Saya ada cerita masa lalu (ini kisah nyata)
Sewkt sy kerja dlu, pagi itu ada intelejen mendatangi kepala cabang dan minta untuk menutup saat itu juga, karena kami akan dirampok, kami diminta segera menghitung uang dan memasukkan uang kedalam ruang tahan api (semua bank menyimpan uang didlm ruangan tahan api). Siang hari sy lapar dan keluar utk beli makan, semua teman menahan saya agar jangan keluar karena nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana? saya tetap keluar sambil berkata kepada teman2 siapa yang mau nitip ? kalau saya beli makan nanti ketembak perampok kalian harus ngirim makanan buat saya ya, karena sekarang saya membelikan kalian makanan. Disebelah kantor kami ada RM.Bakmi Gajah Mada yang enak, saya makan disana, ternyata bertemu teman SMA dan kami sempat ngobrol, saya juga udah lupa dengan dia krn wajahnya amat berbeda (lebih seram) tapi saya tetap baik dg dia, juga dlu di SMA sy juga baik dg dia sering bantu dia buat PR, sehingga kami bergurau masa2 SMA dlu, setelah selesai saya kembali kantor dan membagi pesanan yang dipesan teman2. Semua aman2 saja, ternyata di harian berita koran keesokannya ada berita BRI dirampok dengan korban ditembak dihalaman bank setelah mengambil uangnya dari counter bank, pelaku dlm pengejaran, selang beberapa hari terjadi lagi di BRI lagi, dg modus yang sama, setelah terjadi 3 kali kemudian pelaku dapat tertembak sewaktu melarikan diri dalam pengejaran polisi sehingga tewas. Yang membuat saya terkejut adalah dia teman SMA saya yg ketemu di sebelah kantor saya itu. Saya lemas dan tidak tahu harus ngomong apa waktu itu.
nah dari cerita saya ini bukankah sangat amat jelas sekali, bahwa HUKUM KAMMA dapat dibuktikan, bahkan sangat jelas, BARANG SIAPA YANG MENANAM METTA (saya selalu baik dengan dia) MAKA AKAN MENUAI METTA pula (saya selamat, serta berikut kantor saya, selanjutnya tidak pernah dijadikan target perampokan mereka). BARANG SIAPA YANG MENANAM KEJAHATAN (merampok, membunuh, dll) MAKA AKAN MENUAI HASIL nya berupa penembakan dari penegak hukum.
apakah kalian masih meragukan pembuktian hukum kamma yg sy coba sampaikan dengan cerita kisah nyata ini? apabila saya tidak menanam METTA begitu ketemu dia saya cuek (pura2 ga kenal, krn mukanya seram, ihhh sapa lu? lalu segera pergi) DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.
Semoga apa yg ingin saya sampaikan ini bisa ada yg mengerti, bukan maksud saya untuk mengganggu kalian diskusi, itu tidak, bukan maksud saya untuk mengkritik itu tidakk, justru saya mendapat banyak hal dari DC, saya hanya ingin sedikit ikutan menambahkan saja... semoga dapat diterima.
may all beings be happy
mettacittena,
sy mengerti dan memahami akan hukum sebab akibat dalam kehidupan nyata saya, namun sy hanya seorang anak SD yg baru mempelajari kimia dasar dan ingin terus belajar hingga harapan sy, dapat mencapai tingkat yg lebih tinggi sehingga sy dapat membuktikan dengan jelas teknik tenaga nuklir... selama itu belum dapat tercapai, sy tidak akan berstatment bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan...
gak salah ... gak juga betul ... jadi 'diam' memang terlihat diluar salah dan betul ... :))
Sekedar ngobrol yah bro ...
Kira-kira sampai seberapa paham seseorang akan baru memulai berstatement bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan ?
Contoh yg bagus :jempol:
Anumodana utk sharing kesaksian dari Samaneri. _/\_
<<Kita lapar kemudian kita berniat makan danYang bener...
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan,Akibat dari Pencurian adalah ada korban yang merasa kehilangan miliknya.
banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2
saya setuju dg anda bro Change...+GRP deh..
Seperti yang dikatakan Sang Buddha di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.
Jika masih ngotot bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, maka saya pikir Anda semua juga melihat bahwa anicca, dukkha, anatta, paticcasamuppada, punabbhava, juga tidak bisa dibuktikan. Apalagi Nibbana.mari kita renungkan, kenapa Tilakana, Punarbawa, Nibbana tidak dimasukkan dalam peringatan di sutta (A.N.4.77) ?
Percaya pada Hukum Kamma, tapi menganggap bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, adalah dua sikap yang tidak saling mendukung. Ibarat Anda percaya bahwa ada peraturan yang baik, tapi Anda tidak percaya bisa melihat kebaikan dari peraturan itu. Lalu percaya pada Hukum Kamma itu hanya sekadar pertimbangan rasional? Inilah yang sedikit saya tekankan, bahwa kita harus memiliki saddha (keyakinan setelah mempraktikkan).Saya tegaskan, kita (Puthujjana) yang BELUM, TIDAK bisa membuktikan kebenaran Hukum Karma. Karena saya yakini Samma Sambuddha, bisa.
Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...
Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...Point saya,
seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...Thanks atas dukungannya, Bro Dhanu. he he he he he
anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...
mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...
nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...
<del....>Nah, itulah,
ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
Forum gunanya buat tukar pikiran.Bro Ryu,Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.
Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he
Thanks
_/\_
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)
bukti sih gampang coba anda gampar si coecoe, tar anda tau kok kamma apa yang akan anda dapatkan ;DForum gunanya buat tukar pikiran.Bro Ryu,Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.
Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he
Thanks
_/\_
saling mengenal pendapat teman lain yang mungkin berbeda.
Tidak harus salah satu mengubah pendapatnya. Tidak harus disimpulkan.
kalau kita sama-sama tidak mampu mematahkan arguemn teman, biarkan tetap berbeda pendapat. Mungkin lain kali ada yang lebih mampu, menjabarkan.Quote from: Ryusebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?
Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Saya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)QuoteDan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras menunjukkan kebenaran Hk Karma.Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan. ^-^ Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Jangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.:))Pertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?
Lagi2 membandingkan dengan konsep Tuhan. Apakah Anda tidak bisa melihat korelasi sebab akibat dan hukum kamma.? koq jadi OOT :PDemi kejujuran, saya hanya mampu MENDUGA HK Karma benar. Korelasinya , jujur belum saya tahu.
Saya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"Quote from: BondCoba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.QuoteBenar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Thanks Bro.
Mengena atau tidak mengena adalah tergantung bagaimana Anda memandang seperti yg pernah anda katakan sendiri sebelumnya. Bagi saya tidak ada masalah.
Mettacitena.
Coba pukul kepala Anda dengan botol sekeras-kerasnya. Apakah sebab dan akibatnya adalah dugaan?Menarik!
ugh, orang sakti begitu sih gaswat. bisa pecah tujuh kepala orang yang menggamparnya =))=)) ga ada yang berani yak =)) takut kena hukum karma :))
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?
Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.
Quote from: G. CitraSejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...
Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...
Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Contohnya,Ketangkapnya seorang pencuri BELUM TENTU akibat buah pencurian terakhirnya. Yang bisa kita lakukan adalah PATUT DIDUGA, ketangkapnya ia karena KARMA mencurinya. Sebab, tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.
Demikian.
Quote from: G. CitraSaya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...
Point saya,
DUGAAN, sebut saja DUGAAN. Jangan memaksakan diri untuk menyebutnya sebagai KEPASTIAN, BUKTI.
Apa bisa bikin resah atau menyamankan, pahit, mengecewakan, kejujuran mesti kita praktekkan! Kalau mampu.... :-)
DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar.
by inJuliaOk dalam arti anda setuju bahwa hukum karma bisa dibuktikan.
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?
in julia
Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.
injuliaQuotebondSaya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan. chuckle Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Saya bold kalimat Bro, sebagai bukti dugaan saya soal persaingan itu. he he he
in juliaQuotebondJangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.laughPertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?
in JuliaSaya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"
Jawaban Anda 'YA" atau 'TIDAK"?
Anda kan tidak mengiyakan atau menidakkan pertanyaan saya, tapi ngeles dengan membuat statement baru yang sama sekali tidak berkaitan dg pertanyaan saya, gitu Bro Bond.
jangan buru-buru bro Ryu ... :)):))
Lagi nunggu jawaban nih ... :))
Dorrrrrrrmau di lock nih bentar lagi :P :whistle:
masih belom selesei yah?
Quote from: Dhanuttono, post #5seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...Thanks atas dukungannya, Bro Dhanu. he he he he he
anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...
mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...
nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...
Posisi saya, meyakini kebenaran konsep Bom Nuklirnya Sang Prof. Tapi saya tidak merasa malu mengakui: Saya belum, tidak mampu membuktikan kebenaran Bom Nuklir.
nah, kalau ada murid SD yang MENGAKU, MERASA BISA membuktikan sebagian kebenaran Bom Nuklir tersebut, gimana cara jelasin pada mereka2 ini, ya?
Quote from: Dhanuttono, post #11<del....>Nah, itulah,
ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
ketika seorang anak SD, membungkus pentol korek api dalam kertas timah, dipukul dan meledak, lalu ia merasa sudah mampu menunjukkan kebenaran Bom--micro--Nuklir.
Menurut saya, kita anak SD, Puthujjana, TIDAK PUNYA KEMAMPUAN MEMASTIKAN ITU BENAR2 LEDAKAN NUKLIR ATAU BUKAN. ITU BELUM TENTU BOM NUKLIR dalam bentuk micro; yang kita (anak SD, Puthujjana) bisa lakukan demi kejujuran adalah menyatakan: MUNGKIN ledakan itu memang micro nuklir.
Jangan PASTIKAN ledakan kecil itu sebagai ledakan nuklir, apalagi PEMBUKTIAN Bom Nuklir.
Demikian juga ketika satu vipaka muncul, kita TIDAK TAHU DENGAN PASTI Karma mana yang sedang masak, berbuah. Kita HANYA BISA MENDUGA, mungkin ini, kemungkinan besar ini. untuk MEMASTIKAN KARMA mana, itu di luar kemampuan kita puthujjana.
Saya mau tanya ke semua di sini yang menentang InJulia.
Seandainya ada orang etnis lain ingin memberikan "angpau" pada pasangan etnis Tionghoa yang menikah, namun ia tidak mengerti tradisinya. Ia hanya mengisi uang dengan jumlah lembaran ganjil dan dimasukkan ke dalam amplop putih. Ketika "angpau" itu diberikan, tentu saja yang menerimanya marah.
Yang saya tanyakan, bagaimana kamma & vipakanya?
Saya mau tanya ke semua di sini yang menentang InJulia.perasaan aye kaga marah ah :whistle:
Seandainya ada orang etnis lain ingin memberikan "angpau" pada pasangan etnis Tionghoa yang menikah, namun ia tidak mengerti tradisinya. Ia hanya mengisi uang dengan jumlah lembaran ganjil dan dimasukkan ke dalam amplop putih. Ketika "angpau" itu diberikan, tentu saja yang menerimanya marah.
Yang saya tanyakan, bagaimana kamma & vipakanya?
Kain mode on :
Saya juga mo nanya ke semua disini yg menentang InJulia :P
Kenapa bisa lahir di rumah sakit masing masing?
Apa sebab2, lahir di keluarga tersebut?
^-^
Hemat saya!Karena yang mendukung InJulia pasti mengatakan tidak tahu.
Kalau anda menanyakan hal ini kepada orang-orang yang anda anggap 'si penentang inJulia', saya balik bertanya:
Apa anda sudah membedakan orang-orang disini sebagai kubu-kubu ?
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...
Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)
Hemat saya!Karena yang mendukung InJulia pasti mengatakan tidak tahu.
Kalau anda menanyakan hal ini kepada orang-orang yang anda anggap 'si penentang inJulia', saya balik bertanya:
Apa anda sudah membedakan orang-orang disini sebagai kubu-kubu ?
QuoteTerlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...
Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)
Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?
soli OOT bentar..ngasih 300rb kali ;D
ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
soli OOT bentar..Biasanya untuk hal suka cita, diberikan lembaran berjumlah genap dan dengan amplop merah (ang). Untuk hal duka cita, berjumlah ganjil dengan amplop putih (pek).
ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?
QuoteTerlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...
Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)
Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?
Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana
inJulia ...ya, demikian, Bro.
Lihat lagi tulisan saya diatas!
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
contoh gampangnya:Saya mikir dulu..... ;-)
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya bertanya:Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?
Saya tunggu jawabannya!
Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?
QuoteQuoteTerlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...
Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)
Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?
Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana
Jadi seandainya orang yang ingin belajar tentang Buddha bertanya, anda jawab seperti itu?
inJulia ...ya, demikian, Bro.
Lihat lagi tulisan saya diatas!
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?contoh gampangnya:Saya mikir dulu..... ;-)
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
[A]
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.
Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.
***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).
Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.
Bila di peristiwa kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?
Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor lainnya?
Standard ganda alias kurang fair.
Saya bertanya:Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?
Saya tunggu jawabannya!
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.
Ketika pristiwa sederhana, seketika itu mendukung subyektivitas kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.
Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika yang tidak mendukung subyektivitas kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.
Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.
Silahkan dikomentari, Bro.
Thanks
_/\_
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Saya sudah menulisnya ... itu cetana yang sudah dilakukan oleh saya yang berakibat pikiran saya merasa telah mengerjakan sesuatu ...
Itu juga yang telah anda baca dan merupakan vipaka anda ... Anda puas ... itu hasilnya ... anda tidak puas, anda akan bertanya kembali, kembali dan kembali bertanya ... Namun kepuasan ataupun ketidak puasan, tetap akan menimbulkan cetana baru yang nantinya akan berakibat kembali ... demikian seolah-olah rangkaian kamma ini tak pernah habis ...
Mengapa begitu ?
Karena ini semua kita kerjakan dari ketidak tahuan kita, oleh ketidak tahuan kita dan untuk ketidak tahuan kita ... :)
Apa yang terjadi setelah kita telah mengetahui ? No comment! ... Rasakan sendiri aja ... :D
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Saya melihat anda terlalu serius dalam berdiskusi, anggap saja ini hanya lelucon dari saya bro ... :))
_/\_
inJulia ...ya, demikian, Bro.
Lihat lagi tulisan saya diatas!
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
contoh gampangnya:Saya mikir dulu..... ;-)
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya bertanya:Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?
Saya tunggu jawabannya!
Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))Sebagai Umat Buddha,
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ... ^-^
maaf, ada keliru simbol (B) sehingga post saya jadi kacau.
repost... ^:)^
contoh gampangnya:Saya mikir dulu..... ;-)
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
(A)
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.
Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
(B)Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).
Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.
Bila di peristiwa (B) kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?
Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di (B) kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor2 lainnya?
Standard ganda alias kurang fair.
Saya bertanya:Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?
Saya tunggu jawabannya!
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.
Ketika pristiwa sederhana, seketika, gamblang itu mendukung pendapat kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.
Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika, gamblang yang tidak mendukung pendapat kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.
Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.
Silahkan dikomentari, Bro.
Thanks
_/\_
Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))Sebagai Umat Buddha,
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ... ^-^
kita berusaha untuk menerapkan
Azas KONSISTENSI, KEJUJURAN, Bro.
dan
Menghindari otak atik gathuk.
Kebenaran, diputer kemanapun tetap bisa konsisten.
Tapi kalau otak atik gathuk, diputer dikit sudah berantakan....
_/\_
[at] Injulia
Banyak orang suka membicarakan perbuatan baik atau seakan-akan sebagai perbuatan baik, tetapi tidak dan enggan melakukan apapun , dan menjadikan wacana untuk didiskusikan, apakah ini termasuk orang yang menpunyai keyakinan terhadap Hukum Kamma ? Tentu sangat sukar untuk menjawabnya. Tetapi reaksi social bereaksi negatif terhadapnya, mungkin ditinjau dari segi manfaat, ini dapat dikatakan sebagai kamma yang berbuah.
Kadang keputusan selalu berada ditangan kita mendapatkan hasil yang baik ( kusala kamma ) atau hasil yang buruk ( akusala kamma ). Sama seperti kisah nyata dibawah ini. Kalau dilihat dan dievaluasi, kamma baik atau kamma buruk yang berbuah hanya beda waktu beberapa detik atau menit. Karena pembuat keputusan yang menentukannya hasil akhir.
Maka saya punya ungkapan :
LUPAKAN KEBAIKAN YANG PERNAH DILAKUKAN, TETAPI SELALU INGAT BAHWA KITA BELUM MELAKUKAN KEBAIKAN MELALUI PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN SAAT INI.
IMO, ini ajaran Buddha yang harus diingat selalu.
Saya sajikan 2 artikel yang hampir sama.
BUKTI dari HUKUM KAMMA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN adalah :
Anda tidak dapat mengetahui secara PASTI apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.
Apabila sesuatu terjadi persis sebagaimana yg anda perkirakan, hal tersebut hanya karena suatu kebetulan berdasarkan perhitungan, bukan karena pasti akan demikian (bandingkan dengan para pemain saham). Yang sebenarnya terjadi adalah begitu banyak variabel kemungkinan yg dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yg saling bertautan.
Kembali ke para pemain saham, apakah ada yg selalu dapat memprediksi apa yg akan terjadi di pasar saham secara tepat tanpa meleset? apakah apabila tepat itu dikarenakan kecermatan sang pemain, ataukah kemelesetannya dikarenakan kebodohan sang pemain?
Yang dapat dipahami dari hukum kamma adalah bahwa suatu perbuatan yg disertai niat akan berbuah, suatu perbuatan dengan niat tersebut membawa suatu POTENSI akibat, namun jangan lupa bahwa potensi inipun tidak PASTI berbuah, dikarenakan oleh karma lainnya karma tersebut dapat hancur dan dilain pihak vipaka suatu kamma dapat memiliki efek ganda disebabkan kamma pendukung lainnya, bahkan ADA kamma yg memang tidak berbuah karena kadaluarsa.
Sekali lagi,
Hukum kamma tidak dapat dibuktikan
Namun walau begitu
Hukum kamma dapat dimengerti
Karena Hukum kamma diajarkan dengan sempurna oleh Yang Telah Tercerahkan, Yang Sadar, Yang Melihat.
Apabila Hukum kamma diajarkan oleh bukan Yang Telah Tercerahkan, maka tidak perlu seorang Sammasambuddha yg menemukan dan mengajarkan hukum kamma (bedakan dengan hukum kamma dari ajaran lain), cukup seorang manusia biasa yg telah menyelidiki dan membuktikannya sendiri dan mengajarkannya kepada yg lain.
Pertanyaannya: Mengapa harus/hanya seorang Sammasambuddha yg dapat mengetahui dan mengajarkan hukum kamma? Mengapa tidak ada manusia lain yg dapat merumuskannya secara jelas sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha?
Terima kasih atas sharingnya Samaneri.:))
Sangat bagus kandungan moralnya.
tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN.
Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja.DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar.
Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."?
Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti.
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka.
Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
_/\_
=1= Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.Kalau Anda punya keyakinan =1=, silahkan.
=2=Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.
Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?Bro Citra memberi contoh yang menurutnya MUDAH, GAMBLANG, GAMPANG dipahami.
Ah... itukan pembenaran diri anda saja.. Baca yg jelas...cape deh...KEBANYAKAN =/= SEMUA.
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?
Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.Tujuan kita diskusi utk saling sharing, mengeluarkan pendapat pribadi yang kita anggap benar. kalo Anda pelit, menyimpan sendiri kebenaran Anda, yah belajarlah berbagi.... he he he
Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent ( Buddha way , mode on. ).
Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?Beliau tahu lebih baik diam, tdk menjawab.
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.
Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. . Simpanlah maksudmu itu bro.
Samaneri sudah cukup jelas dan clear utk menarik kesimpulan bahkan dg pemahaman seorang awam yg bodoh spt saya, apalagi Anda yg intelek. Tapi jika Anda masih terus menuntut bukti2 yg konkret, sementara Hukum Kamma itu sendiri bukan sesuatu yg konkret, saya rasa Anda seperti menuntut utk menunjukkan atom di depan mata kepala Anda baru Anda akan memercayainya. Padahal, ada atau tidak, teori ttg atom dan terapannya terbukti berguna dlm kehidupan kita. Demikian jg Hukum Kamma, terbukti membantu dalam menjalani hidup.Topiknya adalah apakah kita puthujjana bisa membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Saya ulangi:Teori Hk Karma memang menyatakan buah bisa seketika atau butuh proses. dan ini tidak berkaitan dengan kualitas batin. Puthujjana atau bukan.
Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...
Saya tambahkan:
Akibat yang dirasa oleh orang lain tidak semuanya diketahui oleh si pembuat sebab (seperti halnya anda tidak mengetahui dan mempertanyakan sebab anda saya tempeleng) ...
Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?Kenapa timbul, belum pernah saya pikirkan.
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!
Sudah saya akui, saya kesulitan merespon, kesulitan membantah point ini. :-)Quote from: injuliaApakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))Tepat Sekali!!!
baca nih :
Matius
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =)) carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D
Terima kasih atas sharingnya Samaneri. sama2...
Sangat bagus kandungan moralnya. semoga demikian adanya krn memang benar adanya BAGI SIAPA YG MENANAM METTA MAKA AKAN MENUAI METTA PULA
tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN. tidak apa2, anda bebas berpendapat, negara kita menjamin siapapun utk mengeluarkan pendapat.
Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja. iya, saya telah membuktikan adanya HUKUM KAMMA dalam kehidupan nyata oleh sebab itu saya bahagia sekali dapat mengenal dan mempelajari dhamma lebih mendalam saat iniDIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar. semoga benar adanya yg terlihat hanya bukti nyata saya selamat, jk dia dongkol sy pura2 tidak mengenal nya, pasti akan dilampiaskan dg peluru panas bersarang ditubuh saya duluan pd saat dia jika jadi menjalankan aksinya.
Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."? saya tidak pernah berpikiran buruk kepada orang lain bahkan dg yg penjahat sekalipun sejak dahulu kala sebelum saya berjubah, saya selalu bersahabat dg siapa saja, sehingga di kota saya, ada beberapa daerah rawan para premannya mengenal nama saya hingga saat ini, pdhal saya tidak mengenal mereka, sehingga yg merasakan anak saya, dg bercerita bila lewat daerah rawan tsb selalu dipanggil dg embel2 nama saya (ini tidak bohong, silahkan hubungi anak saya utk bercerita). itulah buah dari kalau kita menanam metta. masihkah anda tidak mempercayai hk.kamma SIAPA MENANAM METTA MAKA AKAN MENUAI METTA pula? hayooo...jangan lalu anda menambahkan JANGAN2 SAMANERI ANGGOTA MEREKA...
Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti. BETUL SEKALI, saya tidak pernah menyangsikan hal tsb, sy sedang menuju kepada kematian saya, demikian pula anda, sudah siapkah anda? sudahkah anda memperbaiki diri anda? sebelum anda mencela orang lain, sebelum anda mencaci orang lain, lihatlah diri anda sudah cukup baikkah anda? (maaf jika kurang berkenan) ini bukan berarti anda mencela saya, itu bukan demikian tp maksud saya dlm kehidupan sehari2 kita
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka. BETUL SEKALI
Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
_/\_
soli OOT bentar..
ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))
baca nih :
Matius
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =)) carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D
Hai Bro Bond,=1= Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.Kalau Anda punya keyakinan =1=, silahkan.
=2=Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.
Orang yang sudah sampai tidak butuh segala macam konsep, buku lagi. Bila fakta berbeda dengan kitab Suci, maka ia akan merevisi kitab Sucinya. Bagus, kalau mampu saya juga akan bertindak begini.
Pembuktian TIDAK LENGKAP, mau Anda ANGGAP cukup untuk disebut
sebagai BUKTI, silahkan.
Tapi bagi saya, pembuktian tidak lengkap belum cukup valid.
Silakan kalau anda nyaman dengan kesimpulan anda. ^-^Quote from: BondIbaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?Bro Citra memberi contoh yang menurutnya MUDAH, GAMBLANG, GAMPANG dipahami.
yang Anda, kita sebut "contoh GAMPANG, simpel" kan subyektivitas kita belaka. :-)Quote from: BondAh... itukan pembenaran diri anda saja.. Baca yg jelas...cape deh...KEBANYAKAN =/= SEMUA.
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?
Umat =/= Sang Buddha.
Tetap anda bermain kata lagi, yang saya tanya kata "kebanyakan" itu data dari mana?
Cape deh... :))Quote from: BondPertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.Tujuan kita diskusi utk saling sharing, mengeluarkan pendapat pribadi yang kita anggap benar. kalo Anda pelit, menyimpan sendiri kebenaran Anda, yah belajarlah berbagi.... he he he
Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent ( Buddha way , mode on. ).
Tuh kan anda menduga lagi bilang kalau saya pelit kan :)). Sepertinya memang suka menduga-duga ya..:))Quote from: BondCoba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?Beliau tahu lebih baik diam, tdk menjawab.
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.
Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. . Simpanlah maksudmu itu bro.
Tapi dalam forum mau memakai mode ini, yah... ngga nyambung lah. he he he
ngeles atau tidak, pembaca yang menilai. ;-)
Setuju biar pembaca menilai. Apapun nilai nya bagi saya tidak masalah. Dan saya konsisten. Nyambung atau tidak nyambung adalah bagaimana cara memandang seperti yang anda katakan, mengapa anda tidak konsisten :)). Mau jawaban koq ada unsur memaksa, Saran saya kalau mau tanya dan sudah tau jawabannya tidak perlu muter2 untuk menunjukan suatu pembenaran ide dengan dalih diskusi dan sharing. apapun yg anda inginkan dan sembunyikan nanti akan terlihat dengan sendirinya. Ah...menduga lagi saya :))
Bukan plintir, silahkan baca respon pada Bro Citra, argumen saya kenapa saya sebut bukti2 yang sebagian teman berikan saya nilai sebagai DUGAAN. Kalau itu belum jelas, saya ngga mampu menjelaskan lebih jauh. :)
Istirahat, kita renungkan.
Thanks Bro Bond.
OK lah , saya rasa cukup sampai disini, karena anda sendiri telah menyimpulkan jadi tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Smoga tiba dipantai seberang
_/\_
Bukan hanya saya yang tidak tahu sebab PASTInya, Anda juga hanya mengira tahu sebabnya. Saya paham, Anda merasa punya alasan buat menempeleng saya (seseorang), misalnya saja. Seolah-olah, tertempeleng atau tidak, ditentukan HANYA oleh niat Anda sendiri. Sebab TUNGGAL.
Padahal sesungguhnya, Untuk tercapainya proses penempelengan tersebut, tidak semata-mata tergantung Kehendak Anda.
Misalnya, adakah karma buruk saya yang siap matang, menerima tempelengan? kalau ini ngga ada, maka niat anda tak terlaksana. Waktu, tempat dan faktor lain, ini SEMUA harus sinkron, barulah kehendak Anda, seseorang bisa terlaksana.
Quote from: G. CitraPernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?Kenapa timbul, belum pernah saya pikirkan.
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!
Boleh coba kita bahas, sebaiknya buat thread baru.
Quote from: G. CitraSudah saya akui, saya kesulitan merespon, kesulitan membantah point ini. :-)Quote from: injuliaApakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...
sampai mikir lamaaaa, gimana mesti menjawab gitu. ;-)
Merasa argumen saya kedodoran...
Jelas, karena memang saya tidak punya kemampuan untuk MEMBANTAH ataupun MEMBENARKAN, secara PASTI. (teringat pada Post Bro Dhanu.)
Bukan muter2.
Di sinilah gunanya saya bertanya definisi HUKUM, pada Bro Kelana. Sepengetahuan saya, HUKUM Universal berlaku dimanapun, kapanpun, pada siapapun. Dalam sains, satu ketentuan baru bisa dikatagorikan sebagai HUKUM, setelah dibuktikan, tak terbantahkan oleh berbagai ujian. Kalau di proses ini benar, di proses lain tidak berlaku, maka ketentuan itu belum bisa disebut HUKUM.
Jadi kalau Anda menunjukkan satu proses sebagai bukti kebenaran Hk Karma, maka yang disebut HUKUM tersebut, harusnya bisa JUGA diterapkan di proses yang lain.
Ketika satu Hukum NAMPAK tidak sesuai dalam satu proses, maka ada dua kemungkinan:
=1= Hukum tersebut keliru, atau tidak universal
=2= Hukum itu benar, tapi masih ada parameter, faktor yang BELUM KITA IKUT SERATAKAN, atau belum kita ketahui.
Sebagai Buddhist, kita meyakini kebenaran Hukum Karma, maka mau tidak mau harus menerima yang =2=, bahwa masih ada parameter, faktor yang belum kita tahu dalam proses tersebut.
Nah, di proses yang Anda berikan, Anda merasa tahu parameternya sudah komplit. Kenapa di proses yang saya tunjukkan kita menyatakan =2=?
Apa yang kita gunakan untuk menyatakan: yang di contoh Anda parameternya sudah komplit sedang di proses contoh saya, belum komplit?
Anda TIDAK PUNYA KEMAMPUAN mengetahui mana yang parameternya sudah komplit mana yang belum. Di sinilah nampak SPEKULASI, DUGAAN lah yang Anda terapkan.
Lanjut, Apa yang Samaneri, Anda sebut sebagai BUKTI kebenaran HK Karma, sesungguhnya BERDIRI DIATAS FONDASI SPEKULASI, DUGAAN. Spekulasi, Dugaan dalam hal menentukan sudah komplit atau belumkah parameter2nya.
Bro Citra and All,
Wah saya ngga nyangka bisa sampai di sini.
Rasanya saya sudah mengeluarkan semua apa yang saya pahami.
Kalau ada teman lain hendak menambahkan, menyimpulkan silahkan.
Dalam artian kesimpulan masing-masing pribadi, bukan kesimpulan thread ini.
Selanjutnya mari kita semua saling merenungkan semua yang sudah diposting.
_/\_
[at] g. citra
IMO,
Saya sangat setuju bahwa semua berada disini menpunyai keyakinan ( saddha ) terhadap Buddha Dhamma, dan salah satunya adalah Hukum Kamma. Jika ditinjau dari segi MANFAAT, maka dapat dikatakan atau “ dibuktikan “ dengan pengalaman diri sendiri membuktikan kebenaran Hukum Kamma. Jadi semua kembali kepada kecocokan masing-masing.
Menurut saya, mungkin kita sendiri juga menpunyai andil yang sangat besar dengan dasar penilaian perilaku praktek Dhamma ( sebagai SEBAB ) dalam mengembangkan Buddha Dhamma ( sebagai AKIBAT ) yang baik dan benar.
Mungkin dibawah ini ada sebuah contoh yang baik dan yang patuh disimak.
KULIT PISANG
"Ingat! Sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) tidak bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, dimarahi ( mungkin didiskusikan ), Anda harus bertindak ( MEMPRAKTEKKAN BUDDHA DHAMMA ) yang baik dan benar ! Mulailah dari sekarang !"
Selesai sudah ceramah dari professor, di dalam ruang ceramah terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dengan perasaan hati yang ruwet.
Pesan Yang ingin disampaikan :
Kita belajar Buddha Dhamma, bukan untuk menjadi mahasiswa dan mahasiswi, tetapi jika kita belajar Buddha Dhamma secara baik dan benar, maka kita layak menyandang gelar “ PROFESSOR”
gak ngerti ane. sebenarnya kebenaran macam apa sich yang dicari atau sesungguhnya mempertahankan kebenaran apa/siapa?
jalan Buddha itu bukan itu. itu yang diributkan awam.
saya mencoba mengingatkan umat.
memang itu yang dimaksud guru Buddha mengajarkan sampai akhir kehidupannya?
makanya itu sering aku menyebutnya jalan sebelah luar (kesia-siaan seberapa tingginya kebijaksanaan anda mencapainya)?
loh koq dibilang putus asa dalam menyebar doktrin.
saya beri penjelasan kepada umat,
guru Buddha menjelaskan itu hanyalah sebagai proses (fenomena). tetapi apa yang sesungguhnya tujuan utama yang harus dicapai (yang diajarkan guru Buddha)?
saya beri perbandingan bedanya teman-teman sebagai umat yang merasa bijaksana,
klo anda hanya masih berkutat melihat proses ini dan proses itu sekitar itu, tetapi saya berusaha mengingatkan umat bahwa ada sesuatu yang lain lagi didepan anda, tetapi anda masih menyenangi/melekat kepada proses-proses ciri-ciri itu saja (masih seputar fenomena).
itulah bedanya jalan umum/theravada dan Zen (mahayana awal).
berbeda tidak.., kehidupan guru Buddha atau yang tercerahkan dengan awam yang belum tercerahkan telihat secara mata jasmani menjalani kehidupan jasmaniah masing-masing di didunia ini?
tetapi berbeda gak..., kondisi batin mereka yang tercerahkan dengan awam yang belum tercerahkan
memandang segala apa yang ada di dunia ini (fenomena)?
pengetahuan atau pengalaman apa yang membedakannya?
apakah semua sifat fenomena?
jawabannya itu sudah menunjukan kesia-siaan saat kita mempercayai atau mengejar atau terfokus atau bahkan menggenggam ciri-ciri (seolah-olah kebenaran)nya.
Kata penutup dari aye nih :Pembaca lain bisa terpeleset memahami postingan saya kalo baca tulisan Bro Ryu, ini. :))
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?
Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.
saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.
Seperti yang dikatakan Sang Buddha di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.
Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalamihaiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
akusala vipaka citta tuh ... :))
Gak perlu anda tulis juga, thread ini tak akan berkesudahan kalau saja anda selalu MUNGKIR bro ... :))Bukan nambah Argumen, mengclearkan dikit. Agar pembaca lain tidak terpeleset memahami. :))
Yang membedakan (seolah-olah thread ini selesai) adalah ANDA BERHENTI POST dan BERARGUMEN lagi di thread ini ...:))
secara jasmaniah atau kasat mata yah sama seperti biasa manusia melakukan kegiatan makan, minum berak dll. sama seperti anda, teman-teman yang berbeda pencapaian.
melekat kepada apa?
sifatnya ketidak-kekalan.
bukan karena kelekatannya seperti yang anda bilang (dari sudut pandang pikiran karena ada kelekatan) seolah-olah saya menyebar doktrin dan ngotot, tetapi saya hanya mengatakan (menyampaikan) kebenaran yang ada pada saya, hanya itu atas semua komentar-komentar tulisan teman-teman.
coba anda telusuri apa bedanya klo sampai menghapus-hapus tulisan atau timbul emosi, sedangkan ini topik umum dan masih berhubungannya juga pembahasannya?
menurut saya itu bukan kata2 dari Buddha ;D (mau ngomong apa lagi sekarang?)Kata penutup dari aye nih :Pembaca lain bisa terpeleset memahami postingan saya kalo baca tulisan Bro Ryu, ini. :))
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?
Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.
saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Pemahaman saya memakai Referensi:QuoteKata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.Quote from: ChangeSeperti yang dikatakan Sang Buddha di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.
Hanya 4 hal yang Acinteyya, ya. Agar pembaca tidak terpleset membaca postingan Anda.
Apa arti Acinteyya.
Apa arti SUDAH memBUKTIkan.
_/\_
secara jasmaniah atau kasat mata yah sama seperti biasa manusia melakukan kegiatan makan, minum berak dll. sama seperti anda, teman-teman yang berbeda pencapaian.
melekat kepada apa?
sifatnya ketidak-kekalan.
bukan karena kelekatannya seperti yang anda bilang (dari sudut pandang pikiran karena ada kelekatan) seolah-olah saya menyebar doktrin dan ngotot, tetapi saya hanya mengatakan (menyampaikan) kebenaran yang ada pada saya, hanya itu atas semua komentar-komentar tulisan teman-teman.
coba anda telusuri apa bedanya klo sampai menghapus-hapus tulisan atau timbul emosi, sedangkan ini topik umum dan masih berhubungannya juga pembahasannya?
Sepertinya pembahasan ini OOT terus, sebagai saran pribadi saja, apakah tidak sebaiknya di LOCK
Saya cuma sharing satu cerita yang juga OOT, saya rela postingan ini di hapus dari thread ini
CERITA OOT mengenai SOK TAHU
Banyak pengetahuan memang baik, lebih baik lagi banyak pemikiran...
Zaman pemberontakan. Seorang pendeta, ahli hukum, dan engineer ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine.
Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, si engineer harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si pendeta.
Si engineer meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau bergeming. Si engeneer berdiri dan mengatakan ia telah dibebaskan karena alat macet. Ia pun dibiarkan pergi ( karena sudah diakali oleh engineer ).
Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas. Tapi pisau masih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.
Terakhir, si pendeta meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata, "Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet, karena saya telah dibisiki oleh roh kudus ( mungkin iblis yang sedang menyamar )" Akhirnya pendeta tersebut mati penasaran dan masuk neraka.
Dengan putus asa, penasaran dan menderita, dia berteriak “ Kenapa Hal Ini terjadi ? “.
Jawaban dari Raja Neraka” Hanya sederhana jawabannya, JANGAN SOK TAHU, karena anda diam itu lebih Bijaksana, karena KEBODOHAN dan SOK TAHU kamu, sehingga anda berada dalam kesia-siaan yang terus berputar-putar tak ada habisnya (samsara).
_/\_
memang hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami secara detail seluk beluk Hukum Kamma secara jelas dan terperinci dan sempurna.. namun bukan berarti kita tdk mampu memahami sebagian atau setidak tidaknya yg lebih menonjol misalnya sebab ini menyebabkan akibat itu........
kalo hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami hukum Kamma, kenapa beliau mengajarkan kepada kita, jika hal itu tdk bisa membuat kita membuktikan kebenaran Hukum Kamma? Bukan kah sang Buddha tidak menghendaki kita percaya secara membuta suatu ajaran...coba pikir kembali..
_/\_
Namo Buddhaya,Buat Adek Ivanzius, ;)
Mohon maaf sebelumnya bila ada perkataan saya yang kurang berkenan dihati KK2.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus menyepakati apa kata arti Hukum Karma.
Yang saya baca dari buku, Kamma adalah Niat/Kehendak (Cetana dalam bahasa Pali), Vipaka adalah Hasil/Buah dari Niat/Kehendak yang dilalui pikiran, ucapan, maupun jasmani.
Hasil dari sebuah Niat bila dilihat dari sisi jangka waktu, dapat dibagi 2 bagian :
-Jangka Panjang
-Jangka Pendek
(mohon maaf bila ada yg kurang) :P
Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Yang ingin saya sampaikan dengan waktut berjangka panjang adalah bukan pada kehidupan sekarang. Melainkan adalah di Kehidupan yang akan datang. Begitu juga sebliknya dengan waktu jangka pendek.
Untuk Hasil dari Niat ( Kamma Vipaka ) untuk jangak waktu yang panjang sangat sulit untuk dibuktikan secara detail, karena sebagai siswa sang Buddha yang masih belajar (puthujjana) tidak memiliki abhinna untuk memastikan secara detail akan Hasil dari Niat tersebut.
Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :
1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
* Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
* Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
* Berapa ya kira2 banyak daunnya?
* Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst. ;D
Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.
Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.
Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2 ;D, seperti :
* Mendapat undian 100 M ^-^ (khan jadi hepi)
* Mendapat perhatian dari suster cantik... =P~ (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
Ini merupakan sebuah bukti kondisi dari proses Hukum Karma. Bila saya tidak memiliki Niat menusukan jarum ke kaki saya, maka tidak terjadi proses hukum karma (sebab akibat) tersebut.
_/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta.
Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.
1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
* Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
* Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
* Berapa ya kira2 banyak daunnya?
* Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst.
Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.
Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.
Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2 , seperti :kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.
* Mendapat undian 100 M (khan jadi hepi)
* Mendapat perhatian dari suster cantik... (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
menurut saya itu bukan kata2 dari Buddha ;D (mau ngomong apa lagi sekarang?)Nyerah.... ^:)^
Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalamihaiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
akusala vipaka citta tuh ... :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D
Buat Adek Ivanzius, ;)
Terima kasih sudah berkenan menjelaskan.
Seperti yang sudah saya post di posting saya #82 di atas.
Hukum yang Universal punya kriterianya. Hukum itu BISA menjelaskan semua proses, kejadian.
Anda boleh mengambil contoh buat menguatkan pendapat Anda, tapi bila Hukum itu Universal, maka Hukum tersebut harus juga bisa menjelaskan contoh, peristiwa, kejadian manapun.
Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.
Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)
Demikian dulu, Bro Ivanzius.
NB.Quote from: IvanziusJangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?
sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?
Quote from: IvanziusAmbil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.
1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
* Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
* Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
* Berapa ya kira2 banyak daunnya?
* Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst.
Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.
Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.
Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.
Quote from: IvanziusMohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2 , seperti :kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.
* Mendapat undian 100 M (khan jadi hepi)
* Mendapat perhatian dari suster cantik... (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.
Demikian Bro Ivan.
Thanks.
_/\_
[Bro panggil saya KK, saya anggap guyonan.
Goyon balas guyon, makanya saya panggil adek. :))
just for fun, :))]
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalamihaiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
akusala vipaka citta tuh ... :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D
Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_Setuju, Bro.
^harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_
Saya akan coba memberikan contoh lain KK.... ;DMaaf, dek ya :D :D :D
Saya berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam.
Bila saya mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..)
1. Apakah hasilnya menjadi berwarna hitam ? (menurut pengalaman saya sech menjadi hitam)
2. Jika saya mencelup kain tersebut besok, lusa, seminggu, sebulan, setaon, 100taon kedepan (udah pindah ke alam lain kali ya he..he.. :P) apakah hasilnya menjadi warna ungu..?
3. Jika saya mencelup kain tersebut di Indonesia, Israel, Arab, India, Thailand, apakah hasilnya menjadi merah..?
4. Jika selain saya, orang lain berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam dan mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..) apakah hasilnya kain tersebut menjadi warna kuning..?
Saya menyatakan PASTI warnanya hitam KK. :>-
Bukan itu pointnya, Bro.Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.
Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)
Demikian dulu, Bro Ivanzius.
Saya setuju dengan KK, bahwa yang dilakukan si X adalah keburukan yang didasari 4 macam alasan :
1. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Keserakahan.
2. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Kebencian.
3. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Tidak tahu (Moha)
4. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Ketakutan.
Kutipan Anda benar, tapi yang saya tanyakan adalah:Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKANWah.. Ini saya ambil referensi dari
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?
http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55
Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
So, pada titik tertinggi, yang kita sebut, kita bedakan sebagai vipaka baik dan vipaka buruk, karma baik dan karma buruk adalah SEKEDAR PELABELAN seorang puthujjana?sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....Mungkin saya berikan contoh lain :
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?
Bila saya bertemu gadis muda, cantik, kaya, pinter, ramah dan cinta sama saya...(wuih maunya tuch... 8->)
1. Bila kondisi mental saya belum melaksanakan Dasa Sila, bahkan masih melekat dengan LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BAIK.
2. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Dasa Sila, melemahnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BURUK.
3. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Patimokkha Sila, lenyapnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini bukan KARMA VIPAKA Baik maupun Buruk.
Hk Karma Buddhis tidak berbunyi,"Hutang mata bayar mata", nanam karma mencuri berbuah tercuri.Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.
Ketika saya menerima buah mangga...
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Pohon mangga.
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Bibit/Benih mangga.
Tapi kalo masalah Rasanya Asam / Manis tergantung selera.. :P
:))Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?Menusuk adalah perbuatan jasmani yang dipelopori oleh pikiran, jadi ada NIAT disitu.
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.
(1) Pikiran adalah pelopor
Jujurnya tidak ada motivasi yang terselubung atau tersembunyi dari saya. Saya hanya ingin Menyampaikan kebenaran hukum karma dengan memberikan contoh, itu saja. :>-
Tertusuk jarum adalah PASTI penderitaan fisik yang nyata (jangan bilang kalo kakinya sudah dibius duluan he..he..he.. :)) )
Seandainya tertusuk jarum tidak membawa penderitaan dan membawa kebahagiaan, maka saya PASTI setiap harinya menusuk kaki saya dan mengajak KK2 sekalian juga untuk melakukan hal tersebut. :P
Karena menusukkan jarum ke kaki adalah penderitaan dan bukan kebahagiaan, maka saya tidak melakukan dan menganjurkan KK2 untuk melakukannya.
kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.
jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.
Salam Metta untuk KK...
HUKUM KARMA adalah Netral...
HUKUM KARMA tidak bisa di Revisi...
HUKUM KARMA Seperti Cermin...
Yang bisa direvisi ato diperbaiki adalah KARMA=NIAT kita.
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalamihaiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
akusala vipaka citta tuh ... :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D
Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?
Maaf, Bro Citra. ^:)^
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Demikian pemahaman saya, Bro Citra.
_/\_
ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nyaSelidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.^harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nyaSelidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.^harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
don't jump to conclusion too fast. ;D
_/\_
Kemampuan bahasa memang terbatas, ya Bro.O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.Itu ASUMSI anda!
Maaf, Bro Citra. ^:)^
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan asumsi lainnya?
Dengan asumsi anda yang kayak begini, anda bilang saya akan mendistorsi hukum kamma ... Coba renungkan!
Apa anda gak malu kalau kenyataannya anda sendiri yang mendistorsi contoh simpel yang saya ajukan dengan asumsi anda ? :))
Disini yang kita bahas adalah membuktikan hukum kamma, oke ?
Lalu saya menuliskan sebuah contoh sederhana sebagai bahasan bahwa hukum kamma dapat dibuktikan, oke?
Saya tulis bahwa contoh itu cukup untuk membuktikan hukum kamma ...
Lalu anda mengembangkan kasus tersebut menjadi berkembang (ini jelas sebuah alasan dari anda untuk membuat hukum kamma itu tak terbukti) ...
Apakah dengan begini anda masih mau mungkir untuk mengelak sebuah contoh dari pembuktian hukum kamma ?
Soalnya saya berasumsi:Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
APA yang Bro gunakan buat membedakan,Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)
Disini hal yang mesti diakui adalah KETIDAK-TAHUAN KITA untuk menjelaskan semua sebab dan akibat yang timbul dari kehidupan bro ... Dan itu sudah saya tulis diatas sana ... :))
Tapi mengenai hal yang sederhana kan masih bisa dibuktikan toh ?
Dalam forum, berbeda pendapat, tukar pendapat adalah wajar, pihak lain akan berubah atau menerima pendapat kita, itu urusan lain. :)So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONGTuh kan ... :))
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Disini sangat jelas anda mencoba mempengaruhi yang lainnya untuk memasukkan pemahaman anda yang nyata TIDAK UNIVERSAL dan hanya BERSIFAT SEPIHAK ! (hanya pemahaman anda saja kan ... ^-^ )
Diputar-putar kemanapun kata-kata anda itu semua akan berbalik ke diri anda kembali bro !
Itu sebuah bukti lain dari hukum kamma ... :))
Agar"hampir mencapai penggelapan sempurna ;D "bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nyaSelidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.^harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
don't jump to conclusion too fast. ;D
_/\_
in Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh
Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he
Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?
Soal ASUMSI,
Dalam berdiskusi, kita terpaksa memakai asumsi. Kalau Anda Buddhist, maka saya memakai asumsi: Anda menerima anggapan HK Karma Universal, dlsb.
Kalau Anda Ryu, Kr***n, saya akan memakai asumsi, yang berbeda.
Kalau menurut Anda asumsi saya dibawah ini keliru, coba ajukan asumsi yang Bro gunakan.QuoteSoalnya saya berasumsi:Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?
Bisa jawab? :))
Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.
_/\_
he he heQuotein Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh
Penasaran banget bro ... :))
kalau Acinteya...koq masih dipikirkan... :))
Silakan dipolling...supaya anda bisa tidur tenang. ^-^
"Terlihat kasar" ini masih relatif sekali. Ketika seorang Bhante diberi anjali, dan tidak menghiraukan sedikitpun, sebagian akan berpendapat "Terlihat sombong sekali".Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he
Validitasnya ... Ada sebab yang anda timbulkan (walau gak anda sadari, obyek sebagai vipaka yang saya ketahui membuat pikiran saya berproses untuk mengambil tindakan yakni menempeleng anda ... itu cetana dan aksi saya ... vipaka buat saya ... saya terlihat kasar ... itu aja cukup!Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?
Gak ada reaksi apa-apa tuh .. biasa aja kaleee ... :whistle:
Oke bro ... :))Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
Asumsi saya, umat Buddha yang mau belajar mengerti akan selalu berusaha untuk BERPIKIR SAAT INI ... Tidak mengenai hal-hal lain yang tidak diketahuinya dan tidak perlu untuk diketahuinya ...
Bro Ivans terbirit-birit ( becanda, yah :)) ) ketika saya tanyakan apa yang ia pakai untuk mengetahui mana karma yg berbuah cepat, mana yang lambat. :))APA yang Bro gunakan buat membedakan,Ada hal yang kita ketahui dan bisa dibuktikan langsung, dan ada hal hal yang tidak kita ketahui karena bukti nyatanya kita masih diliputi AVIJJA ... tuh dah dijawab ... :P
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?
Bisa jawab? :))
Apa anda mau cari vijja dengan mengembangkan contoh sederhana yang saya tulis diatas sana bro ? [-XSaya hanya mempertanyakan VALIDITAS PEMBUKTIAN Anda. kalau Anda yang lain sudah merasa valid, silahkan tetap dipegang.
Anda AKAN TERSESAT bro ... :)) ... atau sebaiknya anda harus bertekad untuk dapat berjumpa dengan Samma Sam Buddha lain dimasa datang dan nanti anda pertanyakan hal itu kepada Beliau ... :))
Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.
Namo Buddhaya,Terbirit-birit ngga bisa menjawab,
Sepertinya memang gak bakalan nyambung..... :))
Yang 1 berusaha menjelaskan buah mangga...
Yang lainnya berusaha menjelaskan buah sukun...
Jadi saya ambil kesimpulan....
EHIPASSIKO ;D
Salam Metta
_/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta
Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
Bedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.
Ok Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.
Thanks sudah berkenan mengutipkan dari KBBI.QuoteMaaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.QuoteBedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".
Dari kbbi:
asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;
meng·a·sum·si·kan v menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan
Silahkan anda "asumsi" sendiri tentang makna kata "asumsi" ... :))
buk·ti n 1 sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan sudah meminjam uang saya; 2 hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh mencuri, tetapi tidak ada -- nya;QuoteMenurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.
Itu menurut anda kan bro ? :))
Silahkan ditinjau kembali hubungan, persamaan dan perbedaan antara kata 'asumsi' dan 'bukti' !QuoteOk Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.
Anda TS nya bro ! Silahkan saja ... Bebas koq ... :))
_/\_
^ Kalimat bermakna ganda ... :))Saya coba jelaskan, agar tidak membuat bimbang. :)
Perlu pemahaman "khusus" nih buat bisa menangkap makna sesungguhnya ... :))
_/\_
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.
Terima kasih sudah meluruskan, Bro.Di sini maksud saya meluruskan makna ASUMSI.
_/\_:))
Masih belum selesai diskusinya. hahahaha. padahal udh byk penjelasan tentang pemahaman Hukum Kamma. tp sptnya masih tdk ada titik temunya :))
_/\_
[at] injuliaBukan masalah maju atau mundur.
IMO
Anda telah melakuan " MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU ". ^:)^, ANUMODANA
_/\_
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.
_/\_
^
^
^
:o :o :o :o :o
hahaha :))
ayooo lakukan seperti yg dikatakan bro Kelana jika masih ada keraguan soal bukti hukum Kamma
_/\_
_/\_
wew.. kan diberi contoh oleh bro kelana.... bagi yg mao mencoba dipersilahkan dari pada ada yg blg hukum kamma bisa dibuktikan dan ada yg blg tidak tidak.. maka bro kelana memberikan instruksi nyata untuk membuktikan hukum Kamma... sebenarnya setiap org secara nyata sudah mengalami hukum Kamma cuma tdk mampu menyadarinya saja, maka dikatakan tiada bukti, dan saya sendiri juga telah menjelaskan di aatas, dr pada menjelaskan ulang, lebih baik langsung praktekkan saja. walaupun crnya terlalu ekstrim. :))
btw contoh praktek di atas tdk ada niat untuk mengharapkan orang lain celaka, cuma sekedar agar mereka membuktikan sendiri secara nyata apa itu sebab dan akibat.... so jika ada yg merasa bahwa pernyataan itu berarti ingin org lain celaka, maka sebenarnya pikiran sendiri lah yg memandang demikian, dan semua org berhak untuk menilai berdasarkan pemikirannya sendiri. tdk ada larangan... :))
Kebahagian di atas penderitaan org lain, ini jg terserah pada pemikiran yg bersangkutan, disini tdk ada kebahagian yg perlu dinikmati dan tdk ada pihak yg perlu dibuat menderita :)) ..
maaf jika ada kata kata yg salah
_/\_
[at] Bro inJulialock.......
Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.
Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.
Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.
Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.
Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.
_/\_
]QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Bro inJul ... :)
Tidak ada yang salah dengan asumsi anda ... itu wajar dan sangat alamiah ...
Semua tergantung anda saja... :)
Saya merasa bukti sebab-akibat sudah demikian jelas (bagi saya), dimana timbul cetana ada vipaka karena, mengalami vipaka timbul cetana (bagi para puthujjana) ... dan saya berusaha menghindari hal-hal tidak berguna ini dikembangkan terus (dimana dalam pembahasannya selalu menimbulkan cetana-cetana baru yang memungkinkan saya terus berputar-putar didalamnya) ... :)
Seperti halnya telah dituliskan bro xuvie di thread sebelah, hendaknya kita saling mengerti akan perbedaan yang ada ... Dan saya tambahkan : Karena dengan sesungguhnya berusaha mengoreksi keadaan apapun yang timbul, secara tidak sadar kita telah melibatkan diri kedalam putaran sebab-akibat yang dilandasi oleh sang AKU ... :)
Ini posting terakhir saya di thread ini, dan reaksi apapun yang timbul dari anda dan rekan-rekan sekalian, saya akan belajar untuk melihat apa adanya tanpa ingin bereaksi kembali didalam thread ini ... :)
Kalau saja ada tulisan saya selama ini yang menyinggung anda, dengan penuh kesadaran saya minta maaf ... ^:)^ ... (saya pikir, ini salah satu penyebab timbulnya kata maaf >>> kesadaran setelah membuktikan) ...
_/\_
Pertama, pernyataan anda bahwa: “Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma” membuktikan keraguan anda dalam masalah ini. Kata “tidak” tidaklah sama dengan kata ”belum”. Jadi tentukan sikap anda dengan jelas. Jika “tidak” maka berarti buah karma tidak ditentukan oleh 1 karma. Jika “belum tentu” berarti dalam hal tertentu bisa ya bisa tidakBukan keraguan, tapi KETIDAK TAHUAN, KETIDAKMAMPUAN saya. :))
Menduga tidaklah sama dengan simplifikasi. Ketika saya membantu orang lain kemudian saat itu juga muncul perasaan bahagia karena perbuatan itu, itu bukanlah dugaan, ia muncul saat saya melakukan hal itu, dan saya tidak melihat ada penyebab dominan lain yang menyebabkan perasaan bahagia selain perbuatan yang saya lakukan. Dan ketika banyak orang (saya yakin) merasakan dan melihat hal yang sama, itu bukan lagi menjadi suatu dugaan, tapi bukti, apalagi jika dilakukan berulang-ulang dan hasilnya sama.Pada Bro Citra sudah saya jawab, saya tidak mampu membantah. tapi Dutiyampi:
Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.
Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
Dan ini bukan juga simplifikasi, tapi ini sebuah sample. Setahu saya sample itu bisa digunakan sebagai pembuktian.He he he jelas tak ada yang melarang. tapi dari sini orang bisa menilai kekritisan dan kevalidan pembuktian Anda.
Sekarang saya ingin anda buktikan sendiri bahwa NIAT anda membenturkan kepala anda ke monitor komputer anda dengan keras mengakibatkan kepala anda sakit. Coba sakit tidak? Coba sampai 4 kali sebagai pembuktian. Kalau percobaan ini agak sadis, ya coba diganti dengan NIAT mencubit lengan anda dengan keras mengakibatkan lengan anda sakitDutiyampi, yah.
Saya berpendapat bahwa kita tidak bisa memukul rata semua kasus. Ada kasus yang simpel dan ada kasus yang komplek (saya rasa semua menyetujuinya). Satu hal yang saya ingat, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak semua yang terjadi disebabkan oleh karma masa lalu, ini berarti tidak semua penyebab berperan sebagai hal yang penting di dalam suatu peristiwa. Jadi di dalam membuktikan Hukum Karma tidak perlu pengusutan jauh terhadap suatu peristiwa yang memang sederhana, karena tidak ada penyebab yang lebih dominan selain penyebab langsung tersebut, seperti kasus membenturkan kepala yang bisa diterapkan langsung, dianalisa, bisa dilihat penyebab dominannya, dan hasilnya bukan lagi berupa dugaan atau anggapan.
Sedangkan kasus kisah Kisa-Vaccha yang disampaikan oleh Sdr. Kainyn_Kutho, jelas merupakan kasus yang diakibatkan dari suatu ANGGAPAN tanpa analisa, penyelidikan, tidak melihatnya penyebab dominan. Kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi pemahaman yang salah.
Intinya, kita perlu melihat sampai pada keberadaan penyebab dominan. Dan penyebab domain ini bisa kita lihat pada kasus-kasus yang sederhana.
[at] Bro inJuliaThanks Bro Kainyn, Contoh yang sangat bagus.
Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.
Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.
Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.
Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.
Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.
_/\_
[at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor. semuanya dah sepakat mau di lock yak.Ryu,
wew ini versi lanjutan setelah diskusi panjang antara Bro Injulia dgn Bro G. Citra dan yg lainnya. :))Thanks Bro.
seperti yg pernah saya katakan sebelumnnya, cape ulang ulang , bahwa hukum kamma secara kompleks hanya dapat dilihat sendiri oleh Buddha, sedangkan kita bisa melihat secara umum atau secara simple.. berdasarkan pertanyaan yg ada
tentu saja karena niat dan isi thread ini sudah diketahui oleh masing2 pihak. soal revisi tipitaka ataupun apapun itu mah terserah anda, apakah anda memandang isi tipitaka itu harus di imani selalu benar dan pasti ucapan Buddha langsung ya silahkan saja karena saya tidak mengimani tipitaka, sudut pandang saya terhadap tipitaka berbeda dengan anda yang mengimaninya jadi masing2 silahkan memilih yang paling cocok untuk dirinya sendiri demi kebaikan diri sendiri khususnya dan kebaikan semua umumnya. pembahasan di thread ini anda khan sudah merasa mempunyai jawaban sendiri yang bagi anda jawaban yang menentang isi tipitaka pasti tidak mungkin ya sudah mau diapakan lagi?[at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor. semuanya dah sepakat mau di lock yak.Ryu,
Tatiyampi yah, cek jawaban ke Bro kelana, di point ini.
Saya sudah sampaikan apa yang saya tahu.
Sepertinya respon yang lain tidak ada perubahan.
jadi kalau Bro Ryu mau ngelock, silahkan no problem.
Yang saya herankan, apakah satu thread HARUS di locked? :))
_/\_