//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menari di tengah hujan  (Read 6096 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Menari di tengah hujan
« on: 25 November 2009, 12:56:38 AM »
Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga tanpa persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak tergesa-gesa.
Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.
Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir.
Aku sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?”

Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, khan?”

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku.”

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagiku pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting: Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.”

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #1 on: 25 November 2009, 12:58:52 AM »
 ;D
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #2 on: 25 November 2009, 01:26:42 AM »
yaaaah, .... susah nieee untuk membuktikan cinta sejati harus di uji sampe umur 70 thn sampe salah satu pasangan sakit dan pembuktiannya merawat se umur hidup  ::)
apakah yg masih muda tidak bisa membuktikan cinta sejati??
aaaauuh aakhh lap  8)

mana enak sick menari ditengah hujan  :hammer:
udah basah kuyup, gak ada kerjaan, masuk angin pulaak  ^-^
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #3 on: 25 November 2009, 05:40:24 AM »
menari di tengah hujan dgn jas hujan yg spt astronout gitu....

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #4 on: 25 November 2009, 10:33:48 AM »
gw pernah degar istilah
seorang istri atau suami akan benar2 menjadi suami/ istri kita setelah death :))
korban keganasan

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #5 on: 25 November 2009, 10:06:54 PM »
yaaaah, .... susah nieee untuk membuktikan cinta sejati harus di uji sampe umur 70 thn sampe salah satu pasangan sakit dan pembuktiannya merawat se umur hidup  ::)
apakah yg masih muda tidak bisa membuktikan cinta sejati??
aaaauuh aakhh lap  8)

mana enak sick menari ditengah hujan  :hammer:
udah basah kuyup, gak ada kerjaan, masuk angin pulaak  ^-^

Kalau yg mau kerokin cantik pula..... :-[ :-[
bro jadi masuk angin gak ??? =))
« Last Edit: 25 November 2009, 10:10:10 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #6 on: 26 November 2009, 05:49:15 AM »
kemelekatan memang kuatan yg luar biasa...
There is no place like 127.0.0.1

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #7 on: 26 November 2009, 09:03:46 AM »
Sis Elin, menyajikan artikel yang sangat bagus yang dilihat dari sudut pandang cinta sejati seorang lelaki. Sangat menarik. Sis izinkan saya untuk menyajikan artikel cinta sejati dari sudut pandang seorang wanita.

Selama 17 tahun, Seorang Istri Guru Menggendong Suami Pergi Mengajar


Di kampung Nancao, Provinsi Henan, ada seorang guru bernama Du Chanyun. 17 tahun lalu, karena memperbaiki sekolah jatuh lantas lumpuh, namun semangat mengajarnya tidak luntur. Selama 17 tahun, isterinya dengan tubuh yang kokoh menggendong suaminya pergi mengajar, hari demi hari dari rumah ke sekolah berjalan ke atas gunung sepanjang 3 mil.

Menurut laporan dari website Dahe, Du Chanyun mengajar di kampung Dakou kota Liushan, tempatnya dipedalaman pegunungan Tuniu, dia menjadi tumpuan harapan dari 500 KK yang tersebar di kampung Dakou.

Tahun 1981 Du Chanyun tamat SMA pada umur 19 tahun, dia lantas menjadi seorang di kampung Dakou. Sepuluh tahun setelah itu, setiap bulan dia hanya memperoleh gaji guru sebesar RB. 6.5 (Kira-kira Rp. 7.000,-).

Bencana itu datang pada tahun 1990. Musim Panas tahun itu, hujan badai membasahi ruangan kelas sekolahnya. Ketika liburan musim panas, orang-orang di kampung itu mengumpulkan uang memperbaiki sekolah, Du Chanyun begitu bersemangat bekerja, kehujanan pun tetap kerja memindahkan batu, seluruh badan basah kuyup. Akhirnya pada suatu hari, dia jatuh sakit, sakit berat karena kehujanan dan capek.
Setelah sembuh dia mendapatkan, bahwa dia sudah tidak dapat berdiri lagi, tubuhnya sisi kiri tidak dapat bergerak. Dia khawatir, mengajar akan menjadi sebuah mimpi yang jauh.

Istrinya Li Zhengjie melihat apa isi hatinya, lantas menentramkannya, "Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan, sampai panggung pun saya akan menggendongmu." Istri seorang penduduk di kampung yang buta huruf, akhir memikul tanggung jawab menggendong suaminya yang menjadi guru, dari rumah sampai sekolah, setiap hari 6 mil.

Menggunakan tubuhnya menopang suami

Sejak 1 September 1990, hidup mereka setiap hari adalah seperti ini: pagi-pagi, istrinya Li Zhengjie bangun menanak nasi, membangunkan 4 anggota keluarganya, setelah makan menggendong suaminya berangkat.
Sepanjang jalan, meraba, merangkak jatuh bangun sampai tiba di sekolah, setelah istri menempatkan suaminya, kemudian menitip pesan ke beberapa murid yang agak besar, lantas bergesa-gesa pulang, di rumah masih ada 2 ... sawah yang menunggunya.

Sejak memikul tanggung jawab mengendong suaminya, dua hal yang paling dia takuti adalah musim panas dan musim dingin.

Rumah Du Chanyun berada pada Barat Selatan sekolah, walaupun jarak dari rumahnya ke sekolah hanya 3 mil, namun tidak ada jalan lain, selain dari jalan tikus, dengan batu-batuan yang berserakan, ranting-ranting pohon, sungai kecil.

Pada suatu hari di musim panas, baru saja turun hujan lebat, Li Zhengjie seperti hari biasa menggendong suaminya berangkat. Air sungai yang melimpah menutup batu injakkan kakinya. Li Zhengjie sudah hati-hati meraba-raba batu pijakan, namun tidak disangka tergelincir. Arus sungai yang deras menghanyutkan mereka sampai 10 meter lebih, untung tertahan oleh ranting pohon yang melintang di hulu sungai. Setelah lebih kurang setengah jam, ayahnya yang merasa khawatir akhirnya datang, mereka ditarik, anak dan menantunya baru berhasil diselamatkan, lolos dari ancaman maut.

Dalam beberapa tahun ini, Li Zhengjie terus menggendong suaminya, entah sudah berapa kali jatuh bangun. Pada mulainya, kadang-kadang suaminya jatuh di bawah, kadang-kadang Li Zhengjie jatuh di bawah. Akhirnya Li Zhengjie timbul akal, asal jatuh dia berusaha duluan jatuh dibawah, menggunakan tubuhnya yang kekar menahan batu yang mengganjal.

Walaupun nanti kamu tidak bisa bangun lagi, saya juga akan menggendong kamu sampai tua.
Li Zhengjie siang malam kerja keras dan capek, suaminya melihat dengan jelas, hatinya merasa iba.

Pada tahun 1993, dia mulai merencana agar istrinya meninggalkan dia, agar tak lagi melihatnya menderita. Untuk mencapai tujuan ini, dia mengubah karakternya, sengaja cari gara-gara untuk bertengkar, dia yang mulai memakinya. Li Zhengjie yang tidak memahami merasa tertekan, setelah 2 kali ribut besar, mereka sungguh-sungguh mau bercerai.

Pada hari perceraian, Li Zhengjie menggendong suaminya naik sepeda, hati-hati mendorong suaminya ke lurah setempat. Pekerja di sana sangat mengenal sepasang suami istri yang akrab ini, begitu melihat tampang kedua orang tersebut makin gembira, lantas dia katakan: "Saya tidak pernah lihat wanita menggendong suaminya ke lurah minta cerai, kalian pulang saja."

Setelah keributan minta perceraian tenang kembali, Li Zhengjie hanya mengucapkan sepatah kata ke suaminya: "Walaupun nanti kamu tidak bisa bangun lagi, saya juga akan menggendong kamu sampai tua."
Tidak sekalipun bolos mengajar

Kondisi di sekolah sangat parah, namun kedua pasang suami istri bisa memberikan pendidikan yang baik buat anak-anak, kondisi guru kurang baik, bu guru bawa anak-anak tamasya, olah raga. Tidak ada alat musik, Du Guangyun menggunakan daun membuat irama musik buat anak2, tidak ada poliklinik, Li Zhengjie naik ke gunung memcari obat ramuan, pada musim panas dia memasak obat pendingin buat anak-anak, pada musim dingin masak obat anti flu buat anak-anak.

Di bawah bantuan istri, dalam 17 tahun, hari demi hari, tidak terhalangi oleh angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun.

Data yang terkumpul dari kepala sekolah tentang hasil ujian negeri: bulan April, tingkat siswa yang lulus dari sekolah SD tsb mencapai 100 %. Tahun lalu ketika ujian masuk perguruan tinggi, ada 4 orang siswa yang dulu pernah diajari dia masuk ke perguruan tinggi, tahun ini ada 4 lagi ynag lulus masuk ke spesialis.

Kini, setiap hari raya Imlek, murid-muridnya sengaja pulang ke kampung menjengut bapak dan ibu gurunya, masalah tersebut menjadi peristiwa yang sangat menggembirakan bagi sepasang suami istri guru ini.

(Sumber: Dajiyuan)

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #8 on: 26 November 2009, 09:45:02 AM »
wah, cinta sejati begitu indah..

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #9 on: 26 November 2009, 10:07:44 AM »
Sis Elin, menyajikan artikel yang sangat bagus yang dilihat dari sudut pandang cinta sejati seorang lelaki. Sangat menarik. Sis izinkan saya untuk menyajikan artikel cinta sejati dari sudut pandang seorang wanita.

Selama 17 tahun, Seorang Istri Guru Menggendong Suami Pergi Mengajar

it's my pleasure bro :)

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #10 on: 03 February 2010, 12:33:46 PM »
Cinta sejati dilihat dari sisi suami dan isteri yang melakukan hal yang sama.

MELEPAS ORANG TERCINTA


 
Dia baru saja pulang dari luar negeri, pulang dari perjalanan tugas bersama suami keduanya. Perasaan pulang ke kampung halaman sungguh sangat nyaman, sayang di dalam hatinya masih tersirat sedikit kepedihan. Meskipun telah lewat dua tahun lamanya, dia masih menyimpan seribu, sepuluh ribu pertanyaan. Dia pergi menemui orang yang pernah mengkhianati cintanya.

"Apakah sudah terbiasa hidup di luar negeri?"

"Biasa saja. Bagaimana dengan dirimu?"

"Hm.... tak banyak berbeda."

Tegur sapa yang sangat hambar sekali, dua insan itu sama-sama tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

Dia adalah mantan suaminya, hari-hari dimana mereka berdua sedang jatuh cinta, tidak ada gejolak yang bergelora, tetapi sangat hangat dan mesra. Mereka adalah teman kuliah, setelah lulus langsung menuju ke pelaminan. Dengan beginilah hari demi hari mereka lewati. Ketika mereka berdua sama-sama menganggap hidup ini adalah demikian dan tidak akan ada perubahan lagi, mendadak suatu peristiwa terjadi.

Sang suami didianogsa oleh dokter telah mengidap penyakit kanker, dengan sekejab saja dia merasakan dunia sepertinya telah berubah. Suaminya berhenti bekerja dan harus masuk rumah sakit. Dengan begitu sang istri menjadi tulang punggung keluarga, dia merangkap beberapa pekerjaan sekaligus. Setiap hari sibuk berputar-putar bagaikan gasing, masih harus menjenguk suaminya yang terbaring sakit.

Tepat pada saat dia sedang mati-matian mencari uang untuk biaya pengobatan, di dalam rumah sakit tersebar isu perselingkuhan suaminya dengan seorang pasien perempuan penderita penyakit kanker yang telah bersuami.

Bagaimana mungkin hal ini terjadi setelah menikah selama beberapa tahun? Meski dia bukanlah tipe seorang pria yang sempurna, namun perilaku dan sikapnya sangatlah elegan, membuat banyak perempuan mengagumi dirinya. Selama ini dia sama sekali tidak pernah berbuat hal-hal yang tidak pantas terhadap dirinya, apa lagi pada saat-saat seperti ini, lebih-lebih tidak mungkin.

Namun kenyataan lebih meyakinkan daripada kata-kata. Perempuan yang mengidap penyakit kanker itu sungguh tergila-gila pada suaminya. Dalam waktu singkat dia bercerai dengan suaminya.  Dan perempuan yang menderita kanker itu juga telah bercerai dengan suaminya.

Setelah bercerai, dia menerima tawaran dari perusahaannya untuk bekerja di cabang perusahaan yang berada di luar negeri.

"Ini..... hadiah untuk isterimu?" Dia menunjuk ke arah seikat bunga Lily yang berada dalam genggaman tangan mantan suaminya.

"Dia memang sangat menyukai bunga Lily," katanya lirih sambil menganggukkan kepala. Wajahnya tersirat sebuah senyuman kebahagiaan.

Melihat ekspresi wajah mantan suaminya itu, hatinya mendadak merasakan suatu kepedihan yang sangat mendalam.

Kata-kata yang tersimpan selama dua tahun itu dengan spontan tercetus pada mantan suaminya, "Apakah kau tahu mengapa waktu itu aku setuju untuk bercerai denganmu? Karena kisah yang kau ceritakan itu pada saat baru masuk rumah sakit: Dahulu kala ada dua orang ibu sedang memperebutkan seorang anak, pejabat setempat membiarkan mereka bertengkar, akhirnya anak tersebut menangis kesakitan karena ditarik oleh kedua ibu itu. Melihat anak kecil itu menangis, ibu kandungnya merasa tak tega, dia lalu melepaskan tarikannya itu....."

Dia memalingkan wajahnya, sudut mata mereka berdua berlinang dengan air mata.....

Setelah mengantar mantan isterinya pulang, seorang diri ia membawa seikat bunga Lily itu pergi ke pemakaman perempuan lain... yakni perempuan yang dia sebut sebagai "isteri", perempuan yang sangat menyukai bunga Lily.

Selama kurun waktu dua tahun ini dia jarang sekali keluar dari rumah, rambut kepalanya juga rontok semua.

"Waktu saya juga tidak lama lagi, sahabatku, hari ini mungkin merupakan hari yang terakhir saya datang untuk menjengukmu, terima kasih pula telah bercerita tentang kisah itu kepada saya...." Dia bergumam lirih pada pusara  perempuan itu.

Kisah itu sebenarnya diceritakan oleh perempuan yang bersemayam dalam makam itu kepada dirinya, tidak lama setelah dia masuk ke rumah sakit. Ketika itu mereka berdua sama-sama tahu diri mereka mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Perempuan itu tidak mau memberatkan beban suami yang sangat dia cintai, begitu pula dia juga tidak ingin menjadi beban berat bagi isteri tercintanya, karenanya, mereka berdua memutuskan untuk melepaskannya terlebih dulu.

Oleh : Zhang Juan

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #11 on: 03 February 2010, 02:05:52 PM »
kemelekatan memang kuatan yg luar biasa...

*melihat dari sisi yg berbeda*

sayangnya... memang benar sekali.

::

 

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #12 on: 03 February 2010, 02:14:32 PM »
Cinta sejati dilihat dari sisi suami dan isteri yang melakukan hal yang sama.

MELEPAS ORANG TERCINTA

Oleh : Zhang Juan

bro CHANGE, itu cerita fiksi / non fiksi yah..
andaikan terjadi pada kehidupan di lingkungan sekitar kita, keknya gak ada deh yg bersikap seperti suami tersebut...
::)
« Last Edit: 03 February 2010, 02:16:20 PM by Elin »

Offline exam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 533
  • Reputasi: 9
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #13 on: 03 February 2010, 02:31:01 PM »
gw percaya hal itu bisa terjadi
semua krn cinta, kalau sudah cinta, apapun di lakukan
kalian cowo-cowo juga pernah kan begitu ?

sewaktu baru pacaran
biar udah malam hujan2, rela naik motor buat ketemu (buat yg gak punya mobil,hehe)
atau naik bus bawa payung

atau merawat ortu yg sudah tua (mengingat kasih dan perjuangan hidupya waktu kita kecil)
membersihkan kotoran

pengalaman pribadi

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Menari di tengah hujan
« Reply #14 on: 03 February 2010, 03:22:50 PM »
Cinta sejati dilihat dari sisi suami dan isteri yang melakukan hal yang sama.

MELEPAS ORANG TERCINTA

Oleh : Zhang Juan

bro CHANGE, itu cerita fiksi / non fiksi yah..
andaikan terjadi pada kehidupan di lingkungan sekitar kita, keknya gak ada deh yg bersikap seperti suami tersebut...
::)

Tentu kita mengharapkan bahwa cerita tersebut adalah non fiksi ( maaf, saya juga tidak tahu ), berarti didunia ini ada yang memberikan contoh keteladanan mengenai cinta sejati.  Karena cinta sejati tidak mengenal waktu yang berjalan, dan selalu sama sepanjang masa, dan rela berkorban apapun untuk kebahagiaan pasangannya. Saya setuju dengan sis Elin, bahwa sangat susah menemukan pasangan hidup yang demikian. Mungkin sangat langka bahkan sudah punah. Jika ada yang menemukan hari ini, mungkin besok telah berubah menjadi sesuatu yang berbeda.

Cerita ini sebenarnya bertujuan sebagai bahan untuk  mengintropeksi diri sendiri dengan sebuah pertanyaan :

“ Apakah saya bisa mencontoh tokoh dalam cerita tersebut yang rela berkorban sepenuhnya untuk kebahagiaan pasangan hidup kita ?”

Jika jawaban adalah YA, berarti keluarga anda akan sangat bahagia, karena anda tidak ada TUNTUTAN apapun, yang ada hanya PEMBERIAN secara tulus kepada pasangan hidup sepanjang masa ( berkorban ), dan ini dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun.
 
Jika jawaban adalah TIDAK, berarti menjadi pertanyaan berikutnya, jika diri sendiri tidak mampu melakukan, mengapa kita selalu menuntut pasangan hidup untuk menjadi sempurna dalam segalanya ? Karena inilah awal ketidakbahagiaan dalam rumah tangga yang kita lakukan terhadap pasangan hidup. Kebahagiaan dalam rumah tangga selalu dimulai dari diri sendiri yang selalu beritikad baik dalam “memberi” keteladanan.


 
Mungkin cinta sejati dapat dimulai dengan percobaan seperti yang dikutip dari buku Ajahn Brahm

Kembali kepada cerita tentang pasangan hidup, cinta jenis apa yang mengalir di antara anda dan pasangan anda? Anda bisa melakukan suatu ujicoba untuk menemukan jawabannya.

Bayangkanlah pasangan anda. Apakah anda benar-benar mencintai mereka? Apakah anda menginginkan mereka berbahagia? Apakah anda benar-benar peduli pada kesejahteraan mereka? Apakah kebahagiaan mereka adalah hal yang paling penting bagi anda di dunia ini?

Sekarang, bayangkan bahwa setelah menghadiri konferensi ini, anda pulang ke rumah dan menemukan bahwa pasangan anda telah berselingkuh dan melarikan diri ke Paris dengan sahabat karib anda sendiri. Bagaimana perasaan anda?

Jika anda benar-benar peduli pada kebahagiaan mereka, maka anda akan terharu ketika mendengar betapa bahagianya mereka berdua sekarang. Jika anda benar-benar mencintai pasangan anda, anda akan bergembira ketika mengetahui bahwa pasangan anda sekarang menjadi lebih berbahagia dengan sahabat karib anda dibandingkan dengan ketika dia masih bersama-sama dengan anda. Jika kebahagiaan orang yang anda cintai adalah begitu penting bagi anda, maka anda akan bersuka cita - Oh, betapa senangnya! -- setelah mendengar berita bahwa mereka berdua sedang menikmati masa-masa indah mereka di bawah terang rembulan di Seine. Anda selalu menginginkan agar pasangan anda berbahagia, dan sekarang mereka sudah bahagia.

APA MASALAHNYA ?


Ujicoba ini menunjukkan bahwa cinta di dalam kebanyakan hubungan asmara adalah cinta yang egois, cinta dengan syarat. Ia bersumber dari kemelekatan dan akan bercabang, cepat atau lambat, menuju penderitaan. Mereka bilang ada tiga jenis cincin (ring) di dalam sebuah pernikahan:
- Cincin pertunangan (Engagement ring)
- Cincin pernikahan (Wedding ring)
- dan penderitaan (Suffer-ring)