setelah beberapa lama bimbang, ketika mandi tadi saia mendapat sedikit inspirasi....
Hehe... mandi apa ya? mungkin mandinya mbil meditasi kali
masalahnya apakah logika yg benar + perasaan yg salah = kebijaksanaan?
gak juga kan?
makanya saia ingin mengubah sedikit rumus mengenai kebijaksanaan menjadi :
logika + pandangan benar = kebijaksanaan
nah yg ini lebih "buddhist" kan?
gimana?gimana?
hmmm..... kalo menurut saya, dalam mengenai kebijaksanaan ini,
saya menggunakan Logika dan Perasaan sebagai
pembangun dari sebuah kebijaksanaan.
dan dalam pelaksanaannya sudah tidak bisa dipisah lagi, bagaimana kebenaran Logika dan Perasaan.
karena yang dibutuhkan dalam kebijaksanaan, hanya butuh keseimbangan antar keduanya, bila salah satu mengandung ketidakbenaran. maka situasi ini belum dianggap bijaksana. karena belum seimbang
seperti reenzia katakan bila Logika benar tetapi perasaan salah maka ini mengandung ketidakseimbangan dan tidak dapat disebut kebijaksanaan.
lalu menanggapi om Upasaka dan Hendrako mengenai Kebijaksanaan adalah suatu
Hasil, yaitu dimana kebijaksanaan lahir dari suatu aksi.
kalau boleh saya menambahkan, disini diperlukan
Evaluasi, sehingga dapat
mengetahui apakah ini bijak atau tercela. seperti sutta yg om Hendrako katakan.
tetapi dalam mengevaluasi ini tentunya juga dapat salah. maka itu saya masih menekankan diperlukan suatu
Keseimbangan antara Logika dan Perasaan.
saya rasa disini modal dari kebijaksanaan adalah keseimbangan Logika dan Perasaan, lalu dimana seseorang bisa mengetahui seberapa bijak/memenuhi kebijakan diperlukan suatu Evaluasi yang benar dimana juga diperlukan keseimbangan Logika dan Perasaan dalam mengevaluasinya.