//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!  (Read 97500 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #75 on: 08 March 2011, 04:48:07 PM »
saya gak sependapat.
lagian si pecandu ini sembuh secara permanen.

iye juga ya, coba pas retreat dikasih drug juga sebagai "cobaan" =))

Ryu benar, coba saja selama retret 'sila' tidak dipaksakan, dalam arti bebaskan ia membawa heroin dan jarum suntiknya. Masih mampukah ia melihat 'apa adanya' sementara jarum suntik dan heroin menunggu disampingnya?

Mau tidak mau kita mesti mengakui bahwa 'paksaan kondisi' / moralitas tetap teraplikasikan bahkan dalam retret 'hanya memperhatikan' sekalipun...

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #76 on: 08 March 2011, 04:54:12 PM »
hal2 seperti pecandu itu hal yang biasa, bahkan kesaksian dalam ajaran lainpun bisa terjadi, ada yang mengatakan karena "kasih" mahluk tertentu.

pointnya adalah orang itu mau bener2 berhenti atau tidak.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #77 on: 08 March 2011, 04:57:04 PM »
Ryu benar, coba saja selama retret 'sila' tidak dipaksakan, dalam arti bebaskan ia membawa heroin dan jarum suntiknya. Masih mampukah ia melihat 'apa adanya' sementara jarum suntik dan heroin menunggu disampingnya?

Mau tidak mau kita mesti mengakui bahwa 'paksaan kondisi' / moralitas tetap teraplikasikan bahkan dalam retret 'hanya memperhatikan' sekalipun...

::


Tidak bisa disamakan antara gangguan yang sifatnya subjektif, dengan pengamalan sila.
Keadaan tanpa narkoba bagi si pecandu adalah sebagai kondisi penunjang saja, bukan masalah pengamalan sila. Ini sama saja seperti seandainya ada orang takut anjing lalu pada retret meditasi, dilepas Pitbull 10 ekor. Apakah dia bisa meditasi? Apakah penjauhan anjing dari tempat meditasi adalah pengamalan sila? Saya pikir tidak, itu hanya penunjang meditasi saja.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #78 on: 08 March 2011, 05:00:46 PM »
Tidak bisa disamakan antara gangguan yang sifatnya subjektif, dengan pengamalan sila.
Keadaan tanpa narkoba bagi si pecandu adalah sebagai kondisi penunjang saja, bukan masalah pengamalan sila. Ini sama saja seperti seandainya ada orang takut anjing lalu pada retret meditasi, dilepas Pitbull 10 ekor. Apakah dia bisa meditasi? Apakah penjauhan anjing dari tempat meditasi adalah pengamalan sila? Saya pikir tidak, itu hanya penunjang meditasi saja.

ya itulah ada suatu tekad, pengkondisian dll, kalau si orang itu misalnya tiba2 dipindahkan ke hutan di mana tidak ada drug sama sekali apakah dia bisa ketagihan?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #79 on: 08 March 2011, 05:07:51 PM »
ya itulah ada suatu tekad, pengkondisian dll, kalau si orang itu misalnya tiba2 dipindahkan ke hutan di mana tidak ada drug sama sekali apakah dia bisa ketagihan?
Sama saja. Jika diasingkan di hutan atau diborgol di ranjang, juga tetap tidak akan mengkonsumsi obat walaupun ketagihan luar biasa. Tapi itu tidak dinamakan menjaga sila.

Kadang jika kita bicara dalam lingkup meditasi, banyak hal yang relevansinya menjadi kabur. Jika kita bicara dalam kehidupan sehari-hari di luar meditasi, baru lebih jelas.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #80 on: 08 March 2011, 06:06:52 PM »
Tidak bisa disamakan antara gangguan yang sifatnya subjektif, dengan pengamalan sila.
Keadaan tanpa narkoba bagi si pecandu adalah sebagai kondisi penunjang saja, bukan masalah pengamalan sila. Ini sama saja seperti seandainya ada orang takut anjing lalu pada retret meditasi, dilepas Pitbull 10 ekor. Apakah dia bisa meditasi? Apakah penjauhan anjing dari tempat meditasi adalah pengamalan sila? Saya pikir tidak, itu hanya penunjang meditasi saja.


Sdr Kai betul, contoh diatas adalah pengkondisian khusus yg bersifat subjektif. Ini karena contoh yg disodorkan kasus khusus pula (berhasil berhenti dari drugs krn vipassana) dan bahasan saya menunjukkan bahwa pencandu tsb berhasil berhenti drugs tidak semata-mata krn 'mengamati' saja, namun ia berhasil karena ditunjang oleh pengondisian khusus pula (tentu saja disamping sila2 umum lainnya). Bagi seorang bukan pencandu dan hanya mempunyai kekotoran batin umum tentu sila2 umum cukup bagi dia untuk menunjang samadhi dan panna nya.

Pengkondisian khusus bagi pencandu adalah menghindari jarum suntik dan drugs, bagi saya ini merupakan sila bagi dia, seperti halnya sila2 umum yg merupakan pengkondisian untuk kekotoran batin yg bersifat umum pula.

Demikian juga bagi seorang pencandu seks, menghindari faktor2 yg dpt mengkondisikan kemelekatan seksualitasnya muncul harus dapat ia lakukan, misalnya: menghindari kawan2 genknya, menghindari pergi ke tempat2 dugem, menghindari membuka situs2 porn, menghindari riutal2 (drugs) yg biasanya memicu seksual berlebihannya itu, dsbnya. Usaha menghindari ini adalah sila khusus bagi dia untuk kebiasaan khususnya tsb.

Satu contoh lagi, bagi alcoholic, untuk berhenti ia harus menghindari teman2 tempat ia berkumpul biasanya minum, ia harus menghindari membeli botol2 minuman di duty-free, ia harus menghindari saat2 bermenung sendiri di malam hari, jadi ia harus tau sendiri sila khusus bagi kebiasaan buruk khusus dia.

Bagi saya, SILA berarti Usaha untuk menghindari faktor2 pemicu kebiasaan buruk kita yg telah kita sadari dan ingin kita kikis

Panna= mengetahui bahwa kebiasaannya tsb tidak bermanfaat/merugikan
Sila= berusaha menghindari faktor2 pemicunya kapan perlu mengekangnya
Samadhi= menyadari ketika keinginan itu muncul

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #81 on: 08 March 2011, 06:19:38 PM »
Jika seseorang memang terus-menerus dalam kondisi meditatif, maka tanpa perlu latihan sila pun ia tidak akan melanggar sila. Hal ini karena apa pun yang muncul di pikiran tetap disadari, maka pikiran itu tidak menghanyutkannya untuk memunculkan pikiran dan keinginan yang lebih jauh.


Justru itu, bagi sebagian besar umat awam, belum terlatih untuk terus menerus dalam kondisi meditatif. Jadi, sebelum ia piawai untuk terus menerus dalam kondisi sadar ini, apa yg harus ia lakukan? Pantaskah jika kita sarankan dia untuk "tidak perlu sila" "sadari sajalah"... menurut saya hal ini tidak akan berhasil.

Bagi seorang awam, ia tetap memerlukan Sila. Tentu saja bukan Sila asal Sila, seperti sepuluh perintah allah: melakukan Sila karena perintah Buddha. Melainkan menjalankan sila karena paham untuk tujuan apa ia melakukan itu dan sadar saat ia melakukannya.

Sila sy pahami sebagai Usaha untuk menghindari hal2 yg merugikan/yg dpt memicu/tidak bermanfaat bagi batin (yg sebelumnya telah disadari terlebih dahulu).

::
« Last Edit: 08 March 2011, 06:22:39 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #82 on: 08 March 2011, 06:52:59 PM »
Sdr Kai betul, contoh diatas adalah pengkondisian khusus yg bersifat subjektif. Ini karena contoh yg disodorkan kasus khusus pula (berhasil berhenti dari drugs krn vipassana) dan bahasan saya menunjukkan bahwa pencandu tsb berhasil berhenti drugs tidak semata-mata krn 'mengamati' saja, namun ia berhasil karena ditunjang oleh pengondisian khusus pula (tentu saja disamping sila2 umum lainnya). Bagi seorang bukan pencandu dan hanya mempunyai kekotoran batin umum tentu sila2 umum cukup bagi dia untuk menunjang samadhi dan panna nya.

Pengkondisian khusus bagi pencandu adalah menghindari jarum suntik dan drugs, bagi saya ini merupakan sila bagi dia, seperti halnya sila2 umum yg merupakan pengkondisian untuk kekotoran batin yg bersifat umum pula.

Demikian juga bagi seorang pencandu seks, menghindari faktor2 yg dpt mengkondisikan kemelekatan seksualitasnya muncul harus dapat ia lakukan, misalnya: menghindari kawan2 genknya, menghindari pergi ke tempat2 dugem, menghindari membuka situs2 porn, menghindari riutal2 (drugs) yg biasanya memicu seksual berlebihannya itu, dsbnya. Usaha menghindari ini adalah sila khusus bagi dia untuk kebiasaan khususnya tsb.

Satu contoh lagi, bagi alcoholic, untuk berhenti ia harus menghindari teman2 tempat ia berkumpul biasanya minum, ia harus menghindari membeli botol2 minuman di duty-free, ia harus menghindari saat2 bermenung sendiri di malam hari, jadi ia harus tau sendiri sila khusus bagi kebiasaan buruk khusus dia.

Bagi saya, SILA berarti Usaha untuk menghindari faktor2 pemicu kebiasaan buruk kita yg telah kita sadari dan ingin kita kikis

Panna= mengetahui bahwa kebiasaannya tsb tidak bermanfaat/merugikan
Sila= berusaha menghindari faktor2 pemicunya kapan perlu mengekangnya
Samadhi= menyadari ketika keinginan itu muncul

::
Kalau definisi sila, setahu saya masih terbatas pada aturan perilaku, sama seperti vinaya. Kadang arahat juga masih melanggar vinaya (karena tidak tahu) tetapi tidak dianggap apati karena memang bukan berdasarkan noda bathin. Jika sudah bermain di pikiran, maka kebanyakan sudah masuk dalam ranah samadhi. Misalnya dalam samatha menekan nafsu, ketakutan, kegelisahan, dll. Sementara kalau berkisar Satipatthana, ini menyangkut kebijaksanaan, pemahaman tentang kebenaran. Di sini kebenaran hanyalah kebenaran, sifatnya netral, tidak berpihak, tidak ada penilaian. Memahami kebenaran adalah demikian, maka tidak ada penolakan ataupun pengejaran seperti halnya dalam sila atau samadhi (jhana). Dengan tidak adanya lagi penolakan dan pengejaran, maka tidak ada kemelekatan. 

Dalam kasus pecandu itu, jika ia mengetahui dirinya masih melekat dan menghindari narkoba, maka itu adalah silanya. Mengatasi pikiran tentang narkoba yang mengganggu adalah samadhinya. Namun ketika dia telah menembus kebenaran tentang pikiran narkoba dan lepas dari kemelekatan itu, maka ia telah memiliki panna dan otomatis 'menghindari narkoba' tidak lagi menjadi silanya, sudah tidak relevan lagi.


Justru itu, bagi sebagian besar umat awam, belum terlatih untuk terus menerus dalam kondisi meditatif. Jadi, sebelum ia piawai untuk terus menerus dalam kondisi sadar ini, apa yg harus ia lakukan? Pantaskah jika kita sarankan dia untuk "tidak perlu sila" "sadari sajalah"... menurut saya hal ini tidak akan berhasil.

Bagi seorang awam, ia tetap memerlukan Sila. Tentu saja bukan Sila asal Sila, seperti sepuluh perintah allah: melakukan Sila karena perintah Buddha. Melainkan menjalankan sila karena paham untuk tujuan apa ia melakukan itu dan sadar saat ia melakukannya.

Sila sy pahami sebagai Usaha untuk menghindari hal2 yg merugikan/yg dpt memicu/tidak bermanfaat bagi batin (yg sebelumnya telah disadari terlebih dahulu).

::
Seperti selalu saya katakan, memang betul orang tidak perlu sila JIKA DAN HANYA JIKA dia bisa terus menerus dalam keadaan meditatif tanpa terputus.

Yang dibicarakan sebelumnya di sini adalah konteks seseorang menangguhkan latihan dan pelajaran karena alasan parami belum cukup. Jadi mesti sila dulu dipupuk walaupun entah siapa yang tahu sudah cukup atau belum. Menurut saya, ini adalah hal yang salah. Sila-Samadhi-Panna, ketiganya adalah untuk dipelajari dan dilakukan sekarang juga. Idealnya, ketiga hal ini saling mendukung dan berkembang bersamaan. 

Kisah pecandu yang lepas itu diangkat oleh bro morph dengan maksud seseorang bisa memperoleh manfaat Ajaran Buddha i.e. Satipatthana, tanpa perlu terlebih dahulu mengenal Agama Buddha secara keseluruhan (yang membahas sila, JMB 8, 31 alam, dsb).

Begitu menurut saya. :)
« Last Edit: 08 March 2011, 06:54:47 PM by Kainyn_Kutho »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #83 on: 08 March 2011, 08:55:47 PM »

nemu dari facebook:entah apa jadinya seandainya si pecandu musti mengikuti pelajaran berjenjang2 dulu, mulai dari tiratana, sila, karma, punarbhava, tilakkhana, dst.

Quote
YOE TJIARA
sekedar sharing....
 
ada seorang pecandu narkotika berat, menggunakan heroin dengan jarum suntik, setiap hari kerjanya hanya "teler", dan jika tidak ada uang maka dia mencuri, berbohong, merampok demi mendapatkan uang untuk membeli heroin supaya "teler" lagi.
seluruh perbuatan "Bejat" sudah dia lakukan..
jelas sekali orang ini tidak menjalankan sila, bahkan mungkin sudah melupakannya.
 
dalam kondisi kecanduan berat, sakit fisik dan sakit psikis, orang ini berhasil sampai ke Dhammadipa Arama Malang.
Heroin trakhirnya dia suntikkan sesaat sebelum memasuki halaman Dhammadipa Arama Malang dan menemui Bhante Khantidharo MT.
 
biasanya, seoarang pecandu heroin (putau) berat, akan merasa sakit yg luar biasa pada sekujur tubuhnya, kedinginan (meng-gigil ) tapi terus berkeringat jika tidak mengkonsumsi heroin lagi dalam waktu antara 3 s/d 6 jam
pada saat proses kecanduan ini muncul, pikiran nya pasti hanya tertuju pada "bagaimana saya mendapatkan heroin lagi"
pada saat seperti itu, tentunya "tidak mungkin" dapat menjalankan sila dengan baik.
 
tetapi pada saat bertemu bhante Khanti, beliau hanya meminta untuk "memperhatikan" semua kondisi itu, dan beberapa petunjuk Vipassana dengan metode Mahasi Sayadaw.
 
Ajaib tapi bukan magic, orang ini sembuh dari kecanduannya setelah mengikuti Vipassana selama 11 hari di Dhammadipa.
 
pada kasus ini, jelas sekali bahwa tidak diperlukan landasan sila untuk dapat melaksanakan Vipassana.
 
Justru pada saat melaksanakan Vipassana itulah kita sedang dan sudah melaksanakan Sila dan Samadhii yg benar...
 
diceritakan dengan sebenarnya, dari sumber yg dapat dipercaya
 
entah apa jadinya seandainya si pecandu musti mengikuti pelajaran berjenjang2

Mau memberi sekedar komentar, saya mengenal orang yang dimaksud dalam postingan bro Morpheus, artikel mengenai dia dulu pernah dimuat di majalah Dhammacakka. Saya bertemu secara langsung dengan dia di Jakarta.

Sekarang dia telah menjadi Bhikkhu selama beberapa tahun mungkin sudah Thera sekarang.
Yang saya dengar langsung dari dia rasanya tidak demikian. Ia menjadi pengedar obat bius di suatu kota besar di Indonesia. Sebelum masuk ke Dhammadipa Arama kalau tidak salah ia juga sudah berusaha berobat mengurangi kecanduannya, sehingga ketika masuk ke Dhammadipa tidak separah itu.

Setahu saya ia tidak pernah merampok atau perbuatan bejat lainnya, tetapi pernah memukul polisi. Sebagai pengedar yang cukup besar tentu saja ia punya cukup uang untuk memenuhi "kebutuhannya".

Ia memang pecandu juga, oleh Bhante Khanti ia diberi obat tradisional untuk detoksifikasi, saya lupa ketika itu ia pecandu putaw atau shabu-shabu, tetapi menurut yang saya dengar bukan heroin.

Terus terang saya agak meragukan seorang pecandu berat heroin bisa lepas begitu saja dengan Vipassana, karena seorang pecandu heroin yang berat harus tetap diberi obat bius, kalau langsung disetop bisa mati.
Jadi Mungkin ia harus mengurangi kecanduannya sehingga tidak terlalu berat baru bisa ber-Vipassana.

Demikian pendapat saya,

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #84 on: 08 March 2011, 09:55:54 PM »
Sama saja. Jika diasingkan di hutan atau diborgol di ranjang, juga tetap tidak akan mengkonsumsi obat walaupun ketagihan luar biasa. Tapi itu tidak dinamakan menjaga sila.

Kadang jika kita bicara dalam lingkup meditasi, banyak hal yang relevansinya menjadi kabur. Jika kita bicara dalam kehidupan sehari-hari di luar meditasi, baru lebih jelas.
seperti yang dikatakan om wili, sila itu sesuatu yang disadari/usaha untuk menghindari / mengkondisikan seseorang untuk tidak melanggar hal2 yang tidak diperbolehkan.

dalam lingkup meditasi seseorang otomatis tidak melakukan pelanggaran sila (entah kalau pikiran nya kemana2 maka dia mungkin saja khan melakukan pelanggaran).

ada orang yang mengagungkan tanpa landasan sila seseorang bisa melakukan vipasana (ya memang betul semua bisa saja tapi hasilnya khan berbeda2 tergantung orangnya tidak bisa dipukul rata)

intinya adalah dalam kehidupan sehari2 kalau memang seseorang "bisa" vipasana terus sepanjang hidupnya ya sila khan memang terjaga, sila bisa juga jadi penunjang seseorang maju dalam vipasana.

saya mau tanya, apakah hasil dari vipasana memang selalu baik hasilnya? silanya pasti benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #85 on: 08 March 2011, 11:21:26 PM »
Kisah pecandu yang lepas itu diangkat oleh bro morph dengan maksud seseorang bisa memperoleh manfaat Ajaran Buddha i.e. Satipatthana, tanpa perlu terlebih dahulu mengenal Agama Buddha secara keseluruhan (yang membahas sila, JMB 8, 31 alam, dsb).
wah, pembahasannya jadi kemana-mana...

benar. tujuan saya mengangkat kisah itu tidak lain untuk memberikan contoh bahwa ada orang bisa bisa menyentuh inti buddha dhamma dan langsung merasakan manfaatnya, tanpa perlu melalui sistematika doktrinal yg berjenjang-jenjang. dalam kasus ini, sistematika doktrinal itu tidak membantu..

sepertinya ada ketakutan kalo saya mengajak rame2 untuk meninggalkan sila, padahal tujuannya bukan itu...
untuk pembahasan sila dan samadhi, mungkin dibahas di thread terpisah saja (kayaknya pernah ada?).


Mau memberi sekedar komentar, saya mengenal orang yang dimaksud dalam postingan bro Morpheus, artikel mengenai dia dulu pernah dimuat di majalah Dhammacakka. Saya bertemu secara langsung dengan dia di Jakarta.

Sekarang dia telah menjadi Bhikkhu selama beberapa tahun mungkin sudah Thera sekarang.
...
Ia memang pecandu juga, oleh Bhante Khanti ia diberi obat tradisional untuk detoksifikasi, saya lupa ketika itu ia pecandu putaw atau shabu-shabu, tetapi menurut yang saya dengar bukan heroin.
...
sepertinya yg anda kenal itu orang yg berbeda.
setahu saya, dalam cerita di atas, si pelaku berumah tangga dan punya anak.

hasil googling dari orang yg sama:
Quote
Didalam kehidupan "saya" yang sekarang ini, saya pernah masuk dalam dunia
"bayang-bayang", selama hampir 5 tahun saya kecanduan Heroin ( Putaw )
dengan dosis yang sangat parah, segala cara dan upaya serta obat sudah
pernah dicoba untuk "penyembuhan" saya, tapi yang aneh (kata sebagian
orang) saya justru sembuh "hanya(?)" dengan mengikuti serangkaian kegiatan
Meditasi di sebuah padepokan di kota Malang, yang saya kenal sebagai
meditasi Vippasana Bhavana.

Pada 3 kali pertama saya mengikuti kegiatan ini, saya merasakan suatu
keadaan yang "luar biasa", sehingga sulit untuk saya gambarkan dengan
kata-kata, pada orang-orang yang sedang dalam keadaan kecanduan seperti
kondisi saya pada saat itu, kondisi fisik dan jiwa berada pada tahap "yang
terburuk" yang dapat dimiliki oleh orang normal, rasa sakit pada fisik dan
gelisah pada jiwa sangat sulit dihentikan dan di kontrol pada saat itu.
Tapi pada saat saya bermeditasi tak ada perasaan itu, semua "hilang(?)"
atau bahkan dianggap "biasa(?)" oleh kesadaran saya, menjadikan semua itu
sebagai "bukan apa-apa" atau "bukan suatu hal yang harus dikhawatirkan(?)",
pada saat itu saya melewati 3 bulan pertama saya "tanpa obat apapun" untuk
melewati hari-hari saya. mungkin ini kuncinya, ketika kesadaran kita
mengenal dengan benar "siapa dan bagaimana" keadaan fisik dan jiwa kita
yang sebenarnya, pada saat itulah kesadaran kita menolak untuk "memiliki"
keadaan itu lagi, sehingga kita mendapatkan suatu keadaan "tenang" yang
sulit untuk digambarkan, mungkin ada istilah-istilah lain pada tehnik
meditasi untuk menggambarkan keadaan ini, tapi saya tidak berani untuk
"mengklaim" kalau saya sudah melewati batasan itu, buat saya semua itu
hanyalah suatu proses yang tak perlu diberi nama.

Yang sangat berkesan justru pada saat itu instruktur saya mengatakan kalau
apa yang saya dapatkan belumlah apa-apa, melepaskan diri dari
ketergantungan pada obat-obatan bukanlah hal "besar", mendapatkan
ketenangan yang luar biasa bukanlah tujuan akhir dari tehnik meditasi ini,
masih banyak yang dapat kamu pelajari jika kamu bisa "melewati" dan
"melepaskan" ketenangan itu, begitu menurut instruktur saya, menarik bukan ?

saya merasa tertarik dengan perkataan itu, saya mencoba mengikuti latihan
itu lagi, mungkin sudah lebih dari 6 Kali saya mengikuti pelatihan di
padepokan itu dan ternyata perkataan instruktur saya itu benar, bahwa
sebagian besar dari kita yang pernah melakukan meditasi justru "melekat"
dan "kecanduan" pada "ketenangan" yang kita dapatkan pada saat bermeditasi
(dengan tehnik apaun), justru "kecanduan" pada "ketenangan" lebih
membutakan pikiran dari pada "kecanduan putau(?)". walaupun apa yang saya
dapat pada saat itu (sampai sekarang) menurut saya bukanlah suatu hal
"besar", karena sebenarnya itu sudah ada dan kita miliki sebelumnya, tapi
hal itu menjadi hal yang saya anggap "baik" untuk menghadapi berbagai
dualisme dalam kehidupan kita ini, tentu saja pengalaman saya dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi mereka yang sedang dalam usaha untuk
melepaskan diri dari segala jenis "kecanduan" akan segala hal.

Sekarang ini saya sudah melewati tahun ketiga tanpa "kecanduan" lagi akan
banyak hal, walaupun saya akui masih banyak hal lain yang belum dapat saya
lepaskan dari kehidupan saya. Apapun namanya yang saya dapatkan dari hasil
meditasi itu, saya lebih senang menamakan "Pengetahuan yang benar" tentang
"Hidup" dan "Kehidupan", karena dengan pengetahuan itu kita menjadi lebih
baik dan benar dalam berpikir dan bertindak, tapi terlepas dari apapun
namanya itu, saya yakin Bapak dan teman-teman yang lain mengetahui apa yang
saya maksudkan, untuk yang belum mengetahuinya, mengapa tidak mencoba ?!.
« Last Edit: 08 March 2011, 11:23:44 PM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #86 on: 09 March 2011, 12:08:58 AM »
Bro Landy yang baik, Ajaran Sang Buddha sangat dalam, jangankan umat Buddha yang baru mengenal, bahkan umat Buddha yang sudah banyak mengenal Ajaran Sang Buddha sekalipun terkadang masih perlu belajar.

Mettacittena,

Mbah Fabian yang baik, BRO harus ganti SIS :))

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #87 on: 09 March 2011, 07:50:25 AM »
Yang dibicarakan sebelumnya di sini adalah konteks seseorang menangguhkan latihan dan pelajaran karena alasan parami belum cukup. Jadi mesti sila dulu dipupuk walaupun entah siapa yang tahu sudah cukup atau belum. Menurut saya, ini adalah hal yang salah. Sila-Samadhi-Panna, ketiganya adalah untuk dipelajari dan dilakukan sekarang juga. Idealnya, ketiga hal ini saling mendukung dan berkembang bersamaan. 

Kisah pecandu yang lepas itu diangkat oleh bro morph dengan maksud seseorang bisa memperoleh manfaat Ajaran Buddha i.e. Satipatthana, tanpa perlu terlebih dahulu mengenal Agama Buddha secara keseluruhan (yang membahas sila, JMB 8, 31 alam, dsb).

Sepaham Bro. Saya setuju bahwa seseorang akan bisa mendapatkan manfaat Ajaran Buddha tanpa perlu melalui jenjang2 doktrinal.

Juga sepaham soal Sila-Samadhi-Panna adalah suatu kesatuan yg tidak bisa dibeda2kan mana yg lebih dahulu, dalam hitungan waktu permili detik ketiga2nya saling menunjang dan menguatkan, juga melemahkan salah satunya akan melemahkan dua yg lainnya. S.N. Geonka pernah mengatakan bahwa Sila-Samadhi-Panna ibarat tripod berkaki tiga.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #88 on: 09 March 2011, 07:58:54 AM »
saya kasih kasus lain, ini juga tanpa doktrin berjenjang :

Kisah Nyata Billy Glen – Artis Pecandu Narkoba

Saturday, 20 December 2008, 3:33 | Category : Pemulihan, Pertobatan
Tags : artis dan narkoba, Diskotik, kejamnya narkoba, Kesaksian, Kisah Nyata, Minuman Keras, Narkoba, Pertobatan, Seks Bebas

Aku lahir dari sebuah keluarga yang sangat taat pada Kristus. Sejak kecil aku rajin ke gereja dan ibuku selalu menanamkan dasar-dasar iman Kristus kepadaku.

Tahun 1995, pada suatu kesempatan yang luar biasa, aku mengikuti sebuah ajang pemilihan top model di Bandung.  Selama proses audisi, aku selalu berdoa pada Tuhan meminta agar aku keluar sebagai pemenangnya. Dan ternyata Tuhan memang baik, Ia menjawab doaku. Aku terpilih menjadi juara pertama. Setelah memenangkan ajang tersebut, kesempatanku untuk masuk ke dunia model semakin besar. Perjalanan karierku sebagai seorang model berjalan dengan sangat lancar. Aku percaya bahwa ini semua berkat pertolongan Tuhan dan aku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Karierku semakin berkembang, banyak job dari Jakarta. Situasi ini membuatku memutuskan untuk tinggal di sana saja.

Meraih Kesuksesan

Ternyata di Jakarta karierku berkembang dengan sangat baik. Bahkan aku mulai memasuki dunia akting sinetron. Dengan berbekal pengalaman di bidang taekwondo yang sejak kecil digeluti, aku berhasil menapaki dunia akting dengan peran pertamaku sebagai peran pembantu utama. Aku pun berhasil mendapatkan peran dalam film layar lebar yang sangat terkenal saat itu, Ca Bau Kan. Disaat teman-temanku harus berjuang keras dalam dunia entertainment ini, jalanku justru sangat mulus. Aku sangat merasakan kemurahan Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Tahun 2002, aku mendapat peran utama dalam sebuah sinetron yang terkenal. Saat itulah aku meraih titik puncak kesuksesanku dan mendapatkan kontrak yang bernilai sangat besar.

Melupakan Tuhan

Namun, kemurahan Tuhan dan kesuksesanku itu justru membuatku semakin menjauh dari Tuhan. Kesibukanku justru membuatku tidak memiliki waktu untuk berdoa dan mendekat padaNya. Aku mulai merasa mampu hidup tanpa Dia. Aku benar-benar membuang Tuhan jauh-jauh dari hidupku. Saat itulah, kuasa kegelapan mulai masuk dalam hidupku. Aku mulai terbawa arus pergaulan yang buruk. Diskotik, minuman keras, bahkan jenis narkoba seperti extacy, ganja, kokain, dan shabu-shabu selalu ada di setiap hari-hariku. Honor dari pekerjaanku itu kuhabiskan untuk berfoya-foya sehingga aku pun terjerumus dalam pergaulan seks bebas.

Tertangkap Polisi

September 2002, aku tertangkap polisi. Ketika baru saja pulang dari syuting sebuah sinetron, aku meminta temanku untuk membelikan sejenis narkoba. Polisi ternyata telah mengincar temanku itu sehingga ia tidak bisa melarikan diri lagi. Setelah ditangkap, atas pengakuannya polisi memintanya untuk menjebakku. Seperti yang telah mereka rencanakan, akhirnya aku pun ditangkap dan harus menjalani masa tahanan selama 8 bulan. Dalam situasi ini kesombongan masih kuat menguasaiku sehingga aku tidak menyadari kesalahan, sebaliknya malah selalu mempersalahkan Tuhan. Sebagai seorang artis yang sudah dikenal, aku sering menerima pujian. Tetapi semuanya berubah menjadi hinaan karena tindakan kriminalku ini. Walaupun aku tahu bahwa narkoba itu tidak baik bagi masa depanku, tetapi keterikatanku dengan obat jahat itu membuatku terus mengkonsumsinya sekalipun berada dalam penjara.

Bebas dan Tertangkap Lagi

Setelah masa 8 bulan tahanan itu selesai, aku kembali mulai merintis karierku di dunia sinetron. Namun kesombongan itu tetap mengendalikan pikiranku. Aku sama sekali tidak tergerak untuk bertobat, justru semakin kecanduan dengan obat-obatan. Akhirnya, aku boleh dikatakan menjadi lebih bodoh dari orang bodoh…karena orang bodoh pun tidak akan masuk ke lubang yang sama. Pukul 12 malam itu, ketika sedang berpesta drugs di sebuah tempat di kota Bekasi, bersama teman-teman pecandu, polisi pun mengetahui aksi kami ini dan kami pun digelandang ke tahanan setempat. Aku harus mendekam lagi selama 7 bulan di penjara Bulak Kapal Bekasi.

Ingat Tuhan?

Dalam penjara, pengalaman memalukan ini membuatku merenungkan kasih Tuhan yang besar dalam hidupku. Di saat aku meninggalkanNya, Ia tidak membiarkanku terjebak terus-menerus dalam jurang dosa, justru berusaha menegurku bahkan sampai 2 kali agar aku berbalik kembali kepada jalanNya. Akupun teringat tulisan dalam Wahyu 3: 9 yang mengatakan “Barangsiapa Kukasihi, ia kuhajar. Sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” Aku langsung menangis histeris dan menyadari bahwa Tuhan begitu baik bagiku. Walaupun aku telah menjauh dariNya, bahkan seringkali menyalahkanNya, namun Ia tidak pernah meninggalkanku dan tetap mengakuiku sebagai anakNya. Ia ingin agar aku bertobat sebelum semuanya terlambat. “Tuhan, Engkau sangat baik bagiku. Kau tidak membiarkanku tenggelam dalam lumpur dosa. Kau tidak membiarkan narkoba itu merenggut nyawaku dan membawaku ke dalam kematian. Terima kasih untuk kesempatan ini. Aku ingin menjadi hambaMu yang taat dan setia di dalam Engkau…” Saat itu aku benar-benar bertobat. Yang berbeda dalam masa tahananku kali ini ialah, sebelumnya aku ditahan dengan rasa kekuatiran dan kemarahan, namun kali ini aku lebih banyak mengucap syukur dan berusaha untuk menjalani dengan sukacita hari-hari dalam tahanan itu sampai akhirnya, 31 Desember 2005, aku selesai menjalani masa tahananku.

Titik balik kehidupanku

1 Januari 2006, hari yang paling bersejarah untukku karena hari itu aku memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan Tuhan Yesus yang akan terus menuntunku dalam tiap langkahku. “Tuhan, ajar aku melakukan segala yang Kau inginkan untuk aku jalani dalam hidupku ini…” pintaku kepadaNya.

Sebagai jawaban doaku, Ia menempatkanku dalam sebuah komunitas rohani di daerah Kelapa Gading. Dan aku juga kembali memulai karierku di dunia entertainment dengan cara hidupku yang baru dalam Kristus. Aku juga ambil bagian dalam pelayanan untuk menyaksikan betapa besar kasihNya bagiku karena Ia telah menghajar dan menegurku saat aku hampir tenggelam dalam lembah maut demi menyelamatkan hidupku. Lingkungan pergaulanku yang baru ini juga membuatku merasa sangat damai dan tentram. Ada sukacita yang kurasakan dalam hari-hariku, yang tidak pernah kurasakan sebelumnya ketika aku masih hidup dalam kenikmatan dunia. Hal yang membanggakan bagiku ialah, melalui pertobatan dan pemulihanku ini, ayahku yang dulu belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan kini mengambil keputusan untuk menjadi orang kr****n sejati.



vipasananya langsung praktek tanpa ajaran buda sama sekali.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #89 on: 09 March 2011, 08:15:28 AM »
vipasananya langsung praktek tanpa ajaran buda sama sekali.
vipassananya di mana?
hubungannya dengan topik thread ini apa?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything