//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!  (Read 97507 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #30 on: 08 March 2011, 10:40:28 AM »
Oh, justru pandangan saya itu 'un-orthodox' yah? :D Saya pikir justru sebaliknya termasuk 'kolot' karena berdasarkan sutta.
orthodoxy tidak berarti ketat berdasarkan sutta. kadang menggali sutta2 tua itu justru menjadi "baru".

nemu dari facebook:
Quote
YOE TJIARA
sekedar sharing....
 
ada seorang pecandu narkotika berat, menggunakan heroin dengan jarum suntik, setiap hari kerjanya hanya "teler", dan jika tidak ada uang maka dia mencuri, berbohong, merampok demi mendapatkan uang untuk membeli heroin supaya "teler" lagi.
seluruh perbuatan "Bejat" sudah dia lakukan..
jelas sekali orang ini tidak menjalankan sila, bahkan mungkin sudah melupakannya.
 
dalam kondisi kecanduan berat, sakit fisik dan sakit psikis, orang ini berhasil sampai ke Dhammadipa Arama Malang.
Heroin trakhirnya dia suntikkan sesaat sebelum memasuki halaman Dhammadipa Arama Malang dan menemui Bhante Khantidharo MT.
 
biasanya, seoarang pecandu heroin (putau) berat, akan merasa sakit yg luar biasa pada sekujur tubuhnya, kedinginan (meng-gigil ) tapi terus berkeringat jika tidak mengkonsumsi heroin lagi dalam waktu antara 3 s/d 6 jam
pada saat proses kecanduan ini muncul, pikiran nya pasti hanya tertuju pada "bagaimana saya mendapatkan heroin lagi"
pada saat seperti itu, tentunya "tidak mungkin" dapat menjalankan sila dengan baik.
 
tetapi pada saat bertemu bhante Khanti, beliau hanya meminta untuk "memperhatikan" semua kondisi itu, dan beberapa petunjuk Vipassana dengan metode Mahasi Sayadaw.
 
Ajaib tapi bukan magic, orang ini sembuh dari kecanduannya setelah mengikuti Vipassana selama 11 hari di Dhammadipa.
 
pada kasus ini, jelas sekali bahwa tidak diperlukan landasan sila untuk dapat melaksanakan Vipassana.
 
Justru pada saat melaksanakan Vipassana itulah kita sedang dan sudah melaksanakan Sila dan Samadhii yg benar...
 
diceritakan dengan sebenarnya, dari sumber yg dapat dipercaya
 
entah apa jadinya seandainya si pecandu musti mengikuti pelajaran berjenjang2 dulu, mulai dari tiratana, sila, karma, punarbhava, tilakkhana, dst.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #31 on: 08 March 2011, 10:48:10 AM »
Kenapa rasanya makin lama makin banyak yang anti tradisi ? Sepertinya ada usaha pemisahan antara Buddhisme dengan akar sejarahnya. Sikap seperti ini saya liat sebagai suatu bentuk kekerasan (dalam arti yang berbeda) dan sikap arogan karena berpikir hal itu akan bisa dilakukan.

Apakah ada rasa malu dengan aturan moral yang ketat, supranatural dan mitos tentang kosmologi Budhis, pencerahan, metafisikal, dll, oleh karena itu kita perlu membuangnya jauh-jauh ? ataukah lebih baik kita menerima rasa tidak menyenangkan bahwa ajaran Buddha yang sangat mengagumkan yang datang dari tradisi-tradisi Buddhis, juga datang dengan hal-hal yang tidak kita sukai atau tidak kita mengerti ? Jika hal tersebut diterima, maka mungkin setiap dari kita harus berjuang dengan masa lalu, masa sekarang dan masa depan (btw, ada 2 versi  ;D) dan hubungannya dengan kehidupan kita.

Saya sangat menghargai tradisi dan inovasi. Tetapi tidaklah tepat jika salah satu ditempatkan nilainya lebih dari yang lain...
« Last Edit: 08 March 2011, 10:55:16 AM by rooney »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #32 on: 08 March 2011, 11:00:36 AM »
Kenapa rasanya makin lama makin banyak yang anti tradisi ? Sepertinya ada usaha pemisahan antara Buddhisme dengan akar sejarahnya. Sikap seperti ini saya liat sebagai suatu bentuk kekerasan (dalam arti yang berbeda) dan sikap arogan karena berpikir hal itu akan bisa dilakukan.

Apakah ada rasa malu dengan aturan moral yang ketat, supranatural dan mitos tentang kosmologi Budhis, pencerahan, metafisikal, dll, oleh karena itu kita perlu membuangnya jauh-jauh ? ataukah lebih baik kita menerima rasa tidak menyenangkan bahwa ajaran Buddha yang sangat mengagumkan yang datang dari tradisi-tradisi Buddhis, juga datang dengan hal-hal yang tidak kita sukai atau tidak kita mengerti ? Jika hal tersebut diterima, maka mungkin setiap dari kita harus berjuang dengan masa lalu, masa sekarang dan masa depan (btw, ada 2 versi  ;D) dan hubungannya dengan kehidupan kita.

Saya sangat menghargai tradisi dan inovasi. Tetapi tidaklah tepat jika salah satu ditempatkan nilainya lebih dari yang lain...
Maksudnya bro rooney, Buddha Gotama adalah seorang yang anti-tradisi 'Buddhis' karena pernah mengajarkan banyak orang secara langsung pada akhir dukkha tanpa pakai kurikulum?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #33 on: 08 March 2011, 11:07:41 AM »
orthodoxy tidak berarti ketat berdasarkan sutta. kadang menggali sutta2 tua itu justru menjadi "baru".

nemu dari facebook:
Quote
YOE TJIARA
sekedar sharing....
 
ada seorang pecandu narkotika berat, menggunakan heroin dengan jarum suntik, setiap hari kerjanya hanya "teler", dan jika tidak ada uang maka dia mencuri, berbohong, merampok demi mendapatkan uang untuk membeli heroin supaya "teler" lagi.
seluruh perbuatan "Bejat" sudah dia lakukan..
jelas sekali orang ini tidak menjalankan sila, bahkan mungkin sudah melupakannya.
 
dalam kondisi kecanduan berat, sakit fisik dan sakit psikis, orang ini berhasil sampai ke Dhammadipa Arama Malang.
Heroin trakhirnya dia suntikkan sesaat sebelum memasuki halaman Dhammadipa Arama Malang dan menemui Bhante Khantidharo MT.
 
biasanya, seoarang pecandu heroin (putau) berat, akan merasa sakit yg luar biasa pada sekujur tubuhnya, kedinginan (meng-gigil ) tapi terus berkeringat jika tidak mengkonsumsi heroin lagi dalam waktu antara 3 s/d 6 jam
pada saat proses kecanduan ini muncul, pikiran nya pasti hanya tertuju pada "bagaimana saya mendapatkan heroin lagi"
pada saat seperti itu, tentunya "tidak mungkin" dapat menjalankan sila dengan baik.
 
tetapi pada saat bertemu bhante Khanti, beliau hanya meminta untuk "memperhatikan" semua kondisi itu, dan beberapa petunjuk Vipassana dengan metode Mahasi Sayadaw.
 
Ajaib tapi bukan magic, orang ini sembuh dari kecanduannya setelah mengikuti Vipassana selama 11 hari di Dhammadipa.
 
pada kasus ini, jelas sekali bahwa tidak diperlukan landasan sila untuk dapat melaksanakan Vipassana.
 
Justru pada saat melaksanakan Vipassana itulah kita sedang dan sudah melaksanakan Sila dan Samadhii yg benar...
 
diceritakan dengan sebenarnya, dari sumber yg dapat dipercaya
 
Saya menemukan sedikit janggal.
Seorang pecandu berat berarti tidak konsumsi dalam jumlah dikit. Jika konsumsi dalam jumlah banyak, berarti ia teler. Jika baru suntik langsung masuk vihara, tentu dia masuk sambil teler, entah merangkak atau ngesot, yang pasti sudah sulit untuk berlaku normal karena kesadarannya hilang. Yang paling membingungkan, bagaimana seseorang yang kesadarannya mulai hilang, melakukan Vipassana?


Quote
entah apa jadinya seandainya si pecandu musti mengikuti pelajaran berjenjang2 dulu, mulai dari tiratana, sila, karma, punarbhava, tilakkhana, dst.
Sama saja seperti Bahiya kalau disuruh hafal macam-macam dulu baru diajarkan intinya: keburu diseruduk sapi.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #34 on: 08 March 2011, 11:08:06 AM »
Maksudnya bro rooney, Buddha Gotama adalah seorang yang anti-tradisi 'Buddhis' karena pernah mengajarkan banyak orang secara langsung pada akhir dukkha tanpa pakai kurikulum?

Gak semua langsung kan, ada yang pake kurikulum juga. Jadi Buddha tidak anti tradisi juga bukanlah pembenci inovasi. Maksud saya keduanya OK, tetapi saya liat ada kecenderungan untung mengagungkan inovasi dan mencoba memisahkannya dari tradisi yang dianggap sebagai sesuatu yang non esensial...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #35 on: 08 March 2011, 11:37:30 AM »
Gak semua langsung kan, ada yang pake kurikulum juga. Jadi Buddha tidak anti tradisi juga bukanlah pembenci inovasi. Maksud saya keduanya OK, tetapi saya liat ada kecenderungan untung mengagungkan inovasi dan mencoba memisahkannya dari tradisi yang dianggap sebagai sesuatu yang non esensial...
Oh, begitu.
Betul, tidak semuanya langsung, ada banyak juga yang bertahap. Misalnya kepada ayahnya, Suddhodana, diajarkan bertahap. Pertama diajarkan bahwa pindapata adalah tradisi dari semua Buddha (karena Suddhodana yang adalah raja, malu melihat anaknya yang dulu pangeran malah 'mengemis'), dan menjadi Sotapanna. Kemudian, diajarkan lagi khotbah lain dan secara bertingkat menembus kesucian lebih tinggi pula, sampai akhirnya ketika akan meninggal, diberi pengarahan lagi dan menjadi Arahat.

Kalau saya pribadi, terserah saja orang mau pakai tradisi+non-tradisi atau mau pakai salah satu saja selama dia merasa itu bermanfaat. Tapi paling baik jangan fanatik pada pandangan sendiri karena diri sendiri juga bisa salah.

Saya lebih cocok pada non-tradisi, tapi saya juga belajar secara tradisi karena ada kalanya orang bertanya mengenai konsep dan kepercayaan. Bayangkan jika terjadi percakapan (lucu) begini:
A: Apa sih Agama Buddha?
B: Intinya vipassana.
A: Buddha siapa?
B: Orang yang vipassananya nomor wahid.
A: Kalau menurut Buddha, boleh punya bini banyak ga?
B: Ga penting, yang penting vipassana.
A: Kenapa orang dilahirkan berbeda?
B: Ga perlu tahu masa lalu, yang penting vipassana.
A: Setelah mati, orang bisa terlahir di mana saja?
B: Ga perlu spekulasi masa depan, yang penting vipassana yang adalah di sini & sekarang.
A: Perlu berbuat baik?
B: Ga perlu, yang penting vipassana.
A: Kalau saya lagi takut/benci/serakah, mesti gimana?
B: Vipassana aja.

Kalau saya belum kenal Buddhisme, dari perbincangan itu saya akan pikir Buddha adalah sebuah robot dengan tape recorder rusak yang setiap hari memutar "Vipassana!" x 84,000. 

Tapi juga sebaliknya kalau orang ditanyakan tentang inti Ajaran Buddha dan berputar pada Tiratana, hukum kamma, 31 alam, dan sebagainya, maka itu seperti membahas daun seluruh hutan, namun justru melewatkan sehelai daun simsapa yang dipegang oleh Buddha (padamnya dukkha). Dalam kasus yang sangat-sangat ringan, seperti Sariputta yang ditegur oleh Buddha karena 'hanya' mengajarkan sampai Alam Brahma pada Brahmana Dhananjani tapi tidak mengajarkan sampai terhentinya kelahiran kembali.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #36 on: 08 March 2011, 11:52:30 AM »
Oh, begitu.
Betul, tidak semuanya langsung, ada banyak juga yang bertahap. Misalnya kepada ayahnya, Suddhodana, diajarkan bertahap. Pertama diajarkan bahwa pindapata adalah tradisi dari semua Buddha (karena Suddhodana yang adalah raja, malu melihat anaknya yang dulu pangeran malah 'mengemis'), dan menjadi Sotapanna. Kemudian, diajarkan lagi khotbah lain dan secara bertingkat menembus kesucian lebih tinggi pula, sampai akhirnya ketika akan meninggal, diberi pengarahan lagi dan menjadi Arahat.

Kalau saya pribadi, terserah saja orang mau pakai tradisi+non-tradisi atau mau pakai salah satu saja selama dia merasa itu bermanfaat. Tapi paling baik jangan fanatik pada pandangan sendiri karena diri sendiri juga bisa salah.

Saya lebih cocok pada non-tradisi, tapi saya juga belajar secara tradisi karena ada kalanya orang bertanya mengenai konsep dan kepercayaan. Bayangkan jika terjadi percakapan (lucu) begini:
A: Apa sih Agama Buddha?
B: Intinya vipassana.
A: Buddha siapa?
B: Orang yang vipassananya nomor wahid.
A: Kalau menurut Buddha, boleh punya bini banyak ga?
B: Ga penting, yang penting vipassana.
A: Kenapa orang dilahirkan berbeda?
B: Ga perlu tahu masa lalu, yang penting vipassana.
A: Setelah mati, orang bisa terlahir di mana saja?
B: Ga perlu spekulasi masa depan, yang penting vipassana yang adalah di sini & sekarang.
A: Perlu berbuat baik?
B: Ga perlu, yang penting vipassana.
A: Kalau saya lagi takut/benci/serakah, mesti gimana?
B: Vipassana aja.

Kalau saya belum kenal Buddhisme, dari perbincangan itu saya akan pikir Buddha adalah sebuah robot dengan tape recorder rusak yang setiap hari memutar "Vipassana!" x 84,000. 

Tapi juga sebaliknya kalau orang ditanyakan tentang inti Ajaran Buddha dan berputar pada Tiratana, hukum kamma, 31 alam, dan sebagainya, maka itu seperti membahas daun seluruh hutan, namun justru melewatkan sehelai daun simsapa yang dipegang oleh Buddha (padamnya dukkha). Dalam kasus yang sangat-sangat ringan, seperti Sariputta yang ditegur oleh Buddha karena 'hanya' mengajarkan sampai Alam Brahma pada Brahmana Dhananjani tapi tidak mengajarkan sampai terhentinya kelahiran kembali.

Setuju, tiap orang tentu punya kecenderungan ada yang suka langsung ke pusat sasaran, juga ada yang tertarik untuk berputar-putar dulu di tepi sebelum masuk ke pusatnya. Dari 2 kasus yang bro ceritakan sudah cukup menyiratkan 2 macam tipe itu dengan contoh respon yang terbalik hahaha...

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #37 on: 08 March 2011, 11:53:59 AM »
Kalau dilihat dari sutta-sutta, yang diajarkan Buddha berkisar dukkha dan lenyapnya dukkha. Hal-hal demikian tidak selalu harus melalui fase 'berkeyakinan pada Tiratana'. Contoh paling gampang, Sariputta melihat perilaku Thera Assaji dan menjadi kagum, lalu ditanya sedikit tentang ajarannya, Assaji mengucapkan dua bait syair yang membuat Sariputta menembus Sotapatti. Dari dua bait syair tersebut, tidak ada disebutkan 'Tiratana'. Kebenaran itu bisa diselidiki dan dimengerti seseorang tanpa perlu mengetahui kredibilitas orang yang bicara. Terlebih lagi, bahkan justru banyak yang mencari Buddha untuk 'ngajak ribut' tapi diberi kebenaran, malah merealisasinya. Ini contoh manfaat yang didapat tanpa perlu berkeyakinan lebih dahulu. Ada juga contoh lain di mana seseorang memang berkeyakinan dulu untuk mendapatkan manfaatnya.

Keyakinan pada Tiratana sendiri bisa menghambat kemajuan seseorang, jika hanya yakin tanpa disertai kebijaksanaan. Misalnya begitu yakin pada merk "Buddha", maka langsung percaya buta, seperti kasus 'cult' dengan merk 'Buddha'. Pada kenyataan sebenarnya, kita juga tidak tahu 'Tiratana' sesungguhnya seperti apa, hanya berdasarkan literatur (yang notabene hasil pencatatan ulang juga) dan tradisi. Bahkan tradisinya saja sudah bercabang banyak sekali.


parami milik calon Arahat masa dulu tentulah beda dengan manusia kini.
ditambah faktor batin setiap manusia juga berbeda.
memang kalau dibahas tidaklah segampang dengan teori.

semoga bermanfaat  _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #38 on: 08 March 2011, 11:55:41 AM »
parami milik calon Arahat masa dulu tentulah beda dengan manusia kini.
ditambah faktor batin setiap manusia juga berbeda.
memang kalau dibahas tidaklah segampang dengan teori.

semoga bermanfaat  _/\_
Parami memang berbeda, namun aneka kecenderungan tetap sama.
Ada orang yang cenderung cocok pada non-tradisi, ada yang cocok pada tradisi. Keduanya memang bisa saja tidak punya parami cukup untuk menembusnya, tetapi keduanya BUKAN tidak bisa mendapatkan manfaat dari Ajaran Buddha.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #39 on: 08 March 2011, 11:59:51 AM »
berapa banyak umat budis yang telah mencapai kesucian, dan berapa banyak umat non budis yang mencapai kesucaian
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #40 on: 08 March 2011, 12:01:22 PM »
berapa banyak umat budis yang telah mencapai kesucian, dan berapa banyak umat non budis yang mencapai kesucaian

That's a good question.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #41 on: 08 March 2011, 12:05:06 PM »
berapa banyak umat budis yang telah mencapai kesucian, dan berapa banyak umat non budis yang mencapai kesucaian
Sama seperti jika ditanyakan: "berapa banyak Savaka-Buddha dan berapa banyak Pacceka-buddha?"

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #42 on: 08 March 2011, 01:00:29 PM »
Saya menemukan sedikit janggal.
Seorang pecandu berat berarti tidak konsumsi dalam jumlah dikit. Jika konsumsi dalam jumlah banyak, berarti ia teler. Jika baru suntik langsung masuk vihara, tentu dia masuk sambil teler, entah merangkak atau ngesot, yang pasti sudah sulit untuk berlaku normal karena kesadarannya hilang. Yang paling membingungkan, bagaimana seseorang yang kesadarannya mulai hilang, melakukan Vipassana?
gak tau. berhubung ini cerita orang pertama, bisa ditanyakan langsung ke si penutur.

setahu saya sih, obat2an itu ada macem2 sifatnya. kalo heroin itu mungkin ngefly dan after effectnya ketagihan kelas berat. jadi gak mungkin abis disuntik langsung duduk sungkem ke bhante dan bersila meditasi. pasti setelah ditenangkan dan mulai hilang "ngefly"nya dan mulai merasakan ketagihan hebat, baru menjalankan vipassana...

Sama saja seperti Bahiya kalau disuruh hafal macam-macam dulu baru diajarkan intinya: keburu diseruduk sapi.
untungnya juga bhante khanti dan si pecandu gak menunggu paraminya cukup...
« Last Edit: 08 March 2011, 01:03:05 PM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #43 on: 08 March 2011, 01:12:59 PM »
Kenapa rasanya makin lama makin banyak yang anti tradisi ? Sepertinya ada usaha pemisahan antara Buddhisme dengan akar sejarahnya. Sikap seperti ini saya liat sebagai suatu bentuk kekerasan (dalam arti yang berbeda) dan sikap arogan karena berpikir hal itu akan bisa dilakukan.

Apakah ada rasa malu dengan aturan moral yang ketat, supranatural dan mitos tentang kosmologi Budhis, pencerahan, metafisikal, dll, oleh karena itu kita perlu membuangnya jauh-jauh ? ataukah lebih baik kita menerima rasa tidak menyenangkan bahwa ajaran Buddha yang sangat mengagumkan yang datang dari tradisi-tradisi Buddhis, juga datang dengan hal-hal yang tidak kita sukai atau tidak kita mengerti ? Jika hal tersebut diterima, maka mungkin setiap dari kita harus berjuang dengan masa lalu, masa sekarang dan masa depan (btw, ada 2 versi  ;D) dan hubungannya dengan kehidupan kita.

Saya sangat menghargai tradisi dan inovasi. Tetapi tidaklah tepat jika salah satu ditempatkan nilainya lebih dari yang lain...
apa ini tanggapan atas post saya?
kalo iya, berarti salah nangkep maksud saya.
di atas saya menjelaskan perbedaan sudut pandangnya. gak pernah bilang yg ini cool, yg itu bad.
pointnya adalah gak bisa pukul rata harus seperti "ini", ada orang yg cocok dengan yg "itu" seperti si pecandu di atas.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #44 on: 08 March 2011, 01:17:03 PM »
apa ini tanggapan atas post saya?
kalo iya, berarti salah nangkep maksud saya.
di atas saya menjelaskan perbedaan sudut pandangnya. gak pernah bilang yg ini cool, yg itu bad.
pointnya adalah gak bisa pukul rata harus seperti "ini", ada orang yg cocok dengan yg "itu" seperti si pecandu di atas.

Iya, maksud saya sama dengan bro morph cuma agak saya tambahkan sedikit kecenderungan yang berkembang pada paham sekuler yang anti tradisi...

 

anything