- Ajaran Theravada
=> Kamma adalah cetana (niat). Si A yang membunuh hewan sudah melakukan kamma buruk; sebab dengan niat jahat. Si B yang hanya ingin makan daging tidak melakukan kamma buruk; sebab tidak ada niat jahat. - Ajaran Mahayana
=> Karma adalah sebab-akibat yang bertalian. Si B yang ingin memakan daging, memang tidak memiliki niat jahat untuk membunuh hewan. Namun karena ada si B yang ingin makan daging, maka si A pun membunuh hewan. Dalam kasus ini, si A dan si B sama-sama melakukan karma buruk.
Dalam Ajaran Theravada (terutama Abhidhamma), faktor-faktor batin dijelaskan secara terperinci. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Ajaran Theravada: "hanya memakan daging tanpa ikut menyetujui atau melakukan pembunuhan hewan, tidaklah melakukan kamma buruk." Sedangkan dalam Ajaran Mahayana, karma dijelaskan secara implisit sebagai sebab-akibat yang saling bertalian. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Ajaran Mahayana: "memakan daging tanpa ikut menyetujui atau melakukan pembunuhan hewan, tetap saja melakukan karma buruk".
Apa yang ditekankan oleh Ajaran Theravada adalah penjelasan dari aspek realistis. Yakni, seseorang yang makan hanyalah makan; seseorang yang membunuh hanyalah membunuh. Ajaran Theravada tidak menentang ataupun menyetujui vegetarian. Menurut saya pribadi, di zaman seperti ini memang perlu adanya suatu program mengurangi mengkonsumsi daging. Sebab para hewan memang sudah dieksploitasi secara berlebihan. Tapi saya tidak memakai kacamata kuda; saya mengakui bahwa peradaban umat manusia tetap membutuhkan daging hewan. Daging hewan telah memberikan sumbangsih besar dalam kemajuan peradaban dan evolusi fisik dan mental manusia.
Sedangkan apa yang ditekankan oleh Ajaran Mahayana adalah penjelasan dari aspek humanis, atau mungkin lebih condong pada aspek kepedulian terhadap hewan. Sikap peduli ini baik. Tapi menjadi tidak realistis bila dikatakan bahwa memakan daging turut melakukan karma buruk. Kalau begitu, memakan sayuran pun sebenarnya melakukan karma buruk. Di sini kontradiksinya yang seringkali melahirkan penjelasan berkelit yang tidak logis dari orang yang mendukung konsep vegetarian.
Jika saya menilai dari sisi pemikiran bebas, saya setuju kalau sebaiknya tidak ada hewan yang dibunuh untuk diambil dagingnya. Tapi bila masih saja ada hewan yang dibunuh dan diolah menjadi makanan, saya sendiri tidak menolak untuk memakan dagingnya. Meninjau kembali perbedaan ajaran dari Theravada dan Mahayana ini, rasanya agak janggal setelah mengetahui bahwa Sang Buddha sendirilah yang mengajarkan kedua hal itu. Setelah menimbang masak-masak hal ini, saya sependapat dengan ucapan Sang Buddha di Tipitaka (Theravada).