Logika level 2 tersebut benar. Pada level 3, mari kita pertanyakan kebenaran premis mayornya. Pertama, dari mana asal usul dari pandangan bahwa "setiap yang memiliki istri berarti yang masih memiliki LDM" ? Saya jamin bahwa sang Budha tidak pernah menyatakan demikian. Yang menyatakan demikian adalah umat Budhis yang telah menyimpulkan dari ajaran sang Budha. Tetapi, kita perlu mengetahui, bagaimana kesimpulan tersebut dibuat? Oleh karena itu, jika Anda adalah umat Budhis yang mempunyai keyakinan bahwa "setiap yang memiliki istri adalah yang masih memiliki LDM", maka tolong kemukakanlah di sini premis-premisnya!
Ada banyak bukti bahwa seorang yang bebas dari LDM secara total tidak akan memiliki istri. Jangankan memilki istri, orang demikian pun tidak akan hidup dalam kehidupan rumah tangga. Salah satunya ada dalam Cūladukkhakkhandhasutta dari Majjhimanikāya. Di sana Sang Buddha dengan jelas mengatakan demikian kepada Mahanama. Bukan hanya seorang arahat yang telah melenyapkan seluruh LDM, seorang anagami yang masih memiliki LDM halus sekalipun tidak akan memiliki istri. Dalam Kitab suci Buddhis, ada seorang upasaka bernama Visakha yang setelah mendengar khotbah Sang Buddha ia mencapai kesucian anagami. Ia kemudian pulang ke rumah dan secara terus terang berkata dengan istrinya bahwa ia tidak akan mungkin lagi berhubungan seks dengannya lagi. Ia meminta istrinya untuk mencari suami lain jika mau dan mengambil harta sesuka dia. Sang istri yang bernama Dhammadinnā kemudian memilih untuk menjadi bhikkhuni. Ia bahkan mencapai kesucian arahat dan merupakan salah satu bhikkhuni terkenal di zaman Sang Buddha.
Sekarang, secara ilmu logika, jika M masih melakukan hubungan seks dan memiliki istri bukan hanya satu saja, ia tidak bisa dikatakan sebagai suci seperti halnya Sang Buddha, arahat atau bahkan anagami sekalipun. Mungkin anda mengatakan M adalah suci, tetapi itu tentu hanya versi anda dan bukan menurut ajaran Buddha. Seorang yang telah menghancurkan LDM secara total sudah tidak tergiur oleh kesenangan duniawi atau kesenangan2 yang muncul dari indera (lihat Magandiyasutta dari Majjhimanikāya). JIka M masih melakukan hubungan seks, apakah logika anda akan mengatakan bahwa M sudah tidak tergiur lagi oleh kesenangan inderawi?