Ada dua tugas Bhikkhu di jaman Sang Buddha: Belajar Dhamma (pariyatti) dan mempraktekkan Dhamma (patipatti), maksud praktek Dhamma adalah meditasi, bukan khotbah.
kalau perkataan ini asli dari buddha atau bukan :
"O Para bhikkhu, pergilah mengembara demi keuntungan orang banyak,
demi kebahagiaan orang banyak, karena cinta kasih kepada dunia,
demi kesejahteraan, keuntungan, dan kebahagiaan para dewa
dan umat manusia. Janganlah pergi berdua ke arah yang sama.
O para bhikkhu, umumkanlah Dhamma yang indah pada awalnya,
indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya".
Bro Ryu yang baik, Sang Buddha mengatakan pada para bhikkhu yang masih belajar "Para bhikkhu pergilah ke hutan, ke bawah pohon... "dsbnya..
Y.A. Revata kebanyakan berdiam di hutan, beliau terkenal pendiam. tidak berkhotbah.
Ada bhikkhu yang memang pintar berkhotbah, ada yang tidak pintar berkhotbah.
Kewajiban bagi keduanya adalah sama: belajar Dhamma atau melatih diri. Kecuali sudah mencapai tingkat kesucian Arahat, dianggap tugas sudah selesai tak ada lagi yang harus dilakukan di dunia ini.
Mengajarkan Dhamma yang indah pada awal, pertengahan dan akhir. Adalah bentuk kasih sayang kepada mahluk lain yang memerlukan bimbingan, bukan kewajiban.
hiks GRP aye berkurang gara2 thread sebelah
ko fabian yang jahat (kalo ngasih GRP gw bilang baik ) jadi bagaimanakah seharusnya para bhikkhu itu dalam jaman ini? apakah BB san FB termasuk dalam belajar dan praktek Dhamma
Wah maaf bro Ryu habis obral GRP belum lewat 720 jam
Menurut saya praktek Dhamma secara eksklusif adalah meditasi, kalau BB dan FB mungkin masih bisa dibilang praktek Dhamma jika hanya digunakan diskusi Dhamma, demikian juga menjaga sila dsbnya....BB dan FB untuk membicarakan Dhamma mungkin masih ok... tapi, apakah Bhikkhu bisa dengan tegas mengatakan "maaf... ini hanya untuk membicarakan Dhamma...", bagaimana bila orang bertanya masalah keluarga misalnya? Selain itu apakah tidak memerlukan pulsa? apakah tidak memerlukan langganan internet?
Mungkin hal ini bisa disamakan dengan Bhikkhu menyetir mobil sendiri... Boleh atau tidak bila tujuannya untuk menambah mobilitas agar ia tidak perlu tergantung pada sopir, agar ia bisa memberikan bimbingan Dhamma dengan lebih effektif?
Ini mirip dengan pendeta dari agama tetangga, umatnya naik bus berdesakan ke gereja, pendetanya kemana-mana naik mobil Mercy yang dibeli dari uang sumbangan umat, diantaranya umat yang naik bus.
Disinilah dilemmanya, seorang bhikkhu juga harus membuat batasan tegas bagi dirinya sendiri.... tanpa melupakan tugas utama, yaitu belajar Dhamma dan melatih diri....