Apakah ketika pikiran kita sedang terobsesi oleh kekotoran batin tertentu (misalkan pada saat duduk bermeditasi), kita tidak boleh melakukan penyelidikan terhadap kekotoran batin tersebut sehingga mampu meredam kekotoran batin tersebut dan menenangkan pikiran?
IMO, saat menyadari kita sedang terobsesi, itu sudah 'awal' dari kesuksesan meditasi walau kalau ditinjau dari jeda waktu, mungkin kondisinya masih sangat cepat (sesaat atau beberapa saat), dengan 'berkehendak' untuk menelusuri (menyelidiki) lebih lanjut tentang hal-hal yang menimbulkan pikiran kita terobsesi, nantinya akan ada 'bentuk' dualisme yang saling bertentangan satu sama lain.
Kalau hal ini terjadi, bukankah secara tidak disengaja kita malah melenceng dari makna perhatian (vipassana)/pemusatan (samatha) pikiran kita dalam bermeditasi ?
salam,
Ada satu sutta bernama Vitakkasaṇṭhānasutta dari Majjimanikāya. Di sana Sang BUddha menjelaskan lima cara untuk membuang kekotoran batin. Salah satu caranya adalah dengan melihat bahaya kekotoran batin tersebut. Pertanyaannya adalah apakah pada saat seseorang berusaha melihat bahaya kekotoran batin tersebut sebagai upaya untuk melenyapkan kekotoran batin tersebut, tidak ada 'kehendak' di sana?
Upaya memang kehendak, dan setiap ada kehendak ada akibat ...
Dan kalau kekotoran batin itu 'diusahakan' untuk dilihat, saya setuju akan ada usaha disana ...
OOT dikit ...
Dalam menggambarkan tentang cara 'berpraktek', telah banyak 'perdebatan' terjadi dikalangan para 'praktisi' (mungkin sampai temurun) ...
Padahal apa yang dicari? Lha wong yang dicita-citakan itu hanya untuk 'berhenti koq' ... (tidak menenun) ...
salam,
Ada beberapa yang bilang tujuan dari meditasi adalah berhenti / stopping, ada juga yang bilang 'pelenyapan / cessation'. Mana yang benar ya? Para guru meditasi harus menjelaskan nih..
Samanera yang saya hormati, menurut pengertian saya pada Vipassana
stopping dan
cessation sebenarnya merujuk pada hal yang sama yaitu
nirodha.
Nirodha sendiri ada beberapa pengertian disini, pengertiannya bisa berupa berhentinya faktor-faktor yang saling bergantungan (misalnya:
nama-rupa nirodha, vinnana nirodho;
vinnana nirodha, sankhara nirodho dstnya)
Tetapi pada praktek penghentian yang mengarah ke Nibbana, ini adalah berhentinya impuls/kecenderungan/kehendak/cetana/sankhara yang timbul dari hadayavatthu.
Dalam keadaan normal pada putthujana impuls/kecenderungan/ kehendak/cetana/sankhara ini tak henti-hentinya bermunculan, cuma tak terlihat karena kita selalu terseret oleh cetana yang halus ini.
Impuls cetana yang halus yang bermunculan dari Hadayavatthu ini hanya terlihat oleh meditator
direct Vipassana bila mereka dalam keadaan konsentrasi mendalam. Prakteknya pada praktisi Vipassana setelah ia mampu memperhatikan timbul tenggelamnya impuls ini, pada akhirnya impuls ini akan berhenti dengan sendirinya dan tercapailah penghentian/nirodha/Nibbana.