Teman-teman ikut urun pendapat ya? Maaf Samanera, rasanya panna yang Samanera sebutkan kurang spesifik, sehingga bisa diartikan secara berbeda-beda. Menurut yang saya ketahui memang meditasi memerlukan panna, bahkan sebelum bermeditasi juga diperlukan panna. Panna kita perlukan untuk mengerti manfaat meditasi dan memotivasi kita untuk ikut bermeditasi, keputusan untuk ikut bermeditasi bisa juga disebabkan panna.
Tetapi panna yang mengikis kekotoran batin menurut saya agak berbeda dengan panna yang saya sebutkan tadi yang didapat dari belajar, panna yang mengikis kekotoran batin didapat dengan mengalami langsung.
Proses munculnya panna pada meditasi Vipassana saya rasa demikian: pertama kali bermeditasi kita diarahkan untuk melatih konsentrasi (dalam metode direct Vipassana maupun Samatha diperlukan konsentrasi). Pada waktu bermeditasi Vipassana walau nampaknya konsentrasi berpindah-pindah, sebenarnya tidak demikian.
Pada meditasi Vipassana setelah melihat fenomena yang muncul perhatian selalu diarahkan kembali untuk memperhatikan objek utama. Metode meditasi pada Vipassana selain digunakan untuk melatih konsentrasi juga untuk melihat karakteristik dari batin dan jasmani. Sebenarnya dua hal ini tak terpisahkan dalam meditasi Vipassana, yaitu semakin kuat konsentrasi maka karakteristik (tilakkhana) semakin jelas juga, kulminasi pada setiap tingkat disebutkan sebagai nana-nana (pengetahuan
insight).
Contohnya demikian: setelah beberapa hari bermeditasi si Polan suatu hari pada waktu melangkah dengan penuh perhatian tiba-tiba ia merasakan suatu keanehan. Gerak langkah kaki si Polan yang biasanya terasa lancar, mendadak terasa tersendat-sendat ia heran atas pengalaman ini lalu bertanya pada gurunya, gurunya melihat itu adalah kemajuan lalu berkata pada muridnya, " bagus..bagus... teruskan perhatikan lebih seksama lagi pada waktu melangkahkan kaki, ikuti dengan cermat."
Mungkin si Polan bertanya dalam hati, "apa benar nih guru mengajarkan demikian?" tapi ia teruskan juga lalu ia berusaha mengikuti gerak langkah kakinya dengan lebih cermat dan teliti.
Dalam kasus ini si Polan sebenarnya sudah mulai melihat bahwa diantara langkah kaki ternyata ada jeda, suatu hal yang tak pernah dilihat sebelumnya, ini sebenarnya merupakan pengalaman insight, disini sang meditator sebenarnya mulai melihat bahwa langkah kakinya yang sebelumnya nampak tak terputus (nicca), ternyata terputus-putus (anicca).
Disini pengetahuan yang muncul pada meditator (si Polan) yaitu langkah kaki sebenarnya terbentuk dari gerakan-gerakan lebih kecil yang muncul dan lenyap kembali. Ia mulai melihat anicca dalam tahap yang paling awal. Ia tahu dalam gerakan langkah kakinya juga sebenarnya bersifat anicca.
(inilah panna yang muncul disebabkan pengalaman langsung)
Timbul perasaan ingin tahu lebih jauh, ia lalu mulai mengamati lebih seksama lagi, dengan penuh perhatian. Pada tahap ini kebijaksanaan telah mulai timbul yaitu gerakan-gerakan yang dia lakukan bersifat terputus-putus (anicca), dan karena itu ia ingin mengetahui lebih jauh, dan lebih serius dalam latihan meditasinya. Itu adalah panna yang berhubungan dengan Dhamma.
Lalu ia berusaha berlatih lebih giat untuk bisa menyelidiki/mengalami lebih jauh lagi, itulah yang disebut Dhammavicayo. karena memperhatikan lebih jauh lagi maka perhatiannya menjadi lebih kuat, karena perhatiannya lebih kuat maka konsentrasinya menjadi tambah kuat juga, karena konsentrasinya tambah kuat maka ia mengalami fenomena baru yang tak pernah ia alami sebelumnya.
Karena mengalami fenomena yang tak pernah ia alami sebelumnya pengalaman insight (nana) yang lebih tinggi timbul maka ia mengerti,"Ooh demikian...." timbullah pengertian/panna. Karena timbul pengertian maka ia tertarik untuk lebih serius lagi memperhatikan dstnya....
Jadi dalam contoh ini, semua faktor-faktor pencerahan (
Bhojanga) muncul silih berganti hingga mencapai magga-phala nana, bila kita berlatih dengan serius, menurut (
obedience) kepada pembimbing/guru, tanpa mengenal lelah dibawah bimbingan guru yang kredibel.
Sekedar sharing pendapat, kalau ada yang kurang tepat mohon dikoreksi.