//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya  (Read 12893 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« on: 15 February 2010, 10:10:12 AM »
Semoga bermanfaat demi pola pandang baru terhadap Vajrayana/Tantrayana yg selama ini dianggap "aneh" ataupun terkesan "misterius" dan "Rahasia" ini...

Vajrayana alias Tantrayana alias Mantrayana adalah sebuah sub sekte daripada Mahayana.
Boleh dibilang,Tantrayana adalah aspek esoterik dari Buddhism,khususnya Mahayana.
Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada),lalu kepada Mahayana tradisi Sutra,lalu berlanjut kpada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).

Berasal dari kosa kata Sanskrit "Vajra" yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya,atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya.
Serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta.
Sebagaimana yg telah dijelaskan oleh Wang Shifu dgn lugas di atas :D,Vajrayana merupakan Jalan Intan.
Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bhasa Sansekerta,merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti,seperti tenun itu dech ibaratnya...

Adapun tujuan akhir daripada Vajrayana,ialah : Mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini,di kehidupan ini juga,tanpa harus menunggu hingga kalpa2 yang tak terhitung.
Oleh karena goal akhir inilah,di dalam Vajrayana ditemui metode2 esoterik yang dengan cepat bisa membawa kita kesana.

Namun tentu ada konsekuensi untuk itu,seorang Sadhaka/Tantrika (praktisi Tantric) haruslah berlatih denagn giat dan tekun SETIAP HARI tanpa terputus sesuai dengan instruksi Guru (atau Acharya atau vajra master) nya.

Ajaran2 Buddha Sakyamuni dirangkum ke dalam Vinaya,Abhidharma,Sutra dan Tantra.
Tantra sendiri diturunkan salah satunya kepada Bhiksu Arya Kashyapa,murid sang Buddha yang terkenal dengan latihan2 kerasnya.
Juga kepada beberapa tokoh historis lainnya.

Buddha Sakyamuni mengajarkan tantra dalam aspeknya sebagai Vajradhara Buddha,Buddha primordial.Hakikat seluruh Buddha dari ketiga masa.

Di dalam Tantra,amatlah dipentingkan "Guru Parampara" yaitu garis silsilah Guru/garis sislsilah pengajaran yang murni dan jelas.Karena kami para tantrika percaya bahwa "berkah" dari Guru ke Siswa tersalur dengan perfect melalui silsilah murni itu.
Juga hal ini memberikan sebuah "JAMINAN" dalam setiap praktek Tantra.

Dalam Tantra selain silsilah Guru yang jelas dan murni,juga diperlukan "BHAKTI" yaitu devosi kepada Guru,karenanya janganlah heran apabila ditemui Foto Guru di atas meja altar Tantric.
Dikatakan dalam Tantra bahwa Guru merupakan "Sumber Segala Siddhi (pencapaian)".
Seorang praktisi hendaknya mempunyai hubungan devosi yang luar biasa kepada Gurunya.

Setelah itu,point rerpenting lainnya adalah semangat latihan yang luar biasa dari siswa itu sendiri dalam menjalankan instruksi2 Guru nya dengan baik.
Inilah sebuah jalinan "mata rantai" yang kokoh yang saling mendukung yang membawa kepada hasil di dalam praktek2 Tantra.

Pada jaman sekarang,Tantrayana lebih dikenal berasal dari Tibet.
Sehingga orang awam berpendapat bahwa Tantrayana adalah agama Buddha Tibet,dan bersumber dari kepercayaan dan "rekayasa/ciptaan" bangsa Tibet.
Hal ini tidaklah mengherankan,karena hanya di Tibet,Bhutan,Nepal,Ladakh,India dan Mongolia lah Tantra tetap eksis dan bertahan sampai sekarang,terutama sekali di Tibet.

Namun,statement di atas tidaklah tepat,Vajrayana adalah murni dengan sukses datang ke Tibet melalui pewarisan silsilah yang tak terputus serta tetap terjaga kemurniannya yang berasal dari para master besar di INDIA !

Bahkan apabila para pembaca sekalian mau mendapatkan Transparansi tentang itu,para Tantrika dapat dengan lancarnya membrikan kpada anda sebuah barisan panjang nama2 para Master mulai dari Guru di atasnya sampai kepada para Guru besar di India pada masa lampau  ;D

Dewasa ini di tibet,Vajrayana terbagi menjadi 4 tradisi,kenapa muncul 4 tradisi ini ? itu disebabkan karena penurunan ajaran melalui garis silsilah yang berbeda,itu saja,buka karena suatu hal yang lain.
ke empat tradisi ini mempunya ciri khasnya masing2 :

- Gelug (para praktisinya disebut sebagai Gelugpa) : lebih menekankan kepada disiplin intelektual,karenanya para Bhiksu dari Gelug amatlah pandai dalam pembahasan Metafisika,filsafat,dll,karena konon setiap malam mereka mengisi waktu dengan melakukan perdebatan seputar itu untuk mengasah otak ! Pusaka ajaran yang terkenal dari tradisi ini adalah Krama Marga alias Lam Rim (Jalan dan Tahap).
Tradisi ini didirikan oleh Je Tsongkhapa,dengan Kadampa sebagai pendahulu Gelug,yang mana Kadampa ini didirikan oleh seorang Maha Guru India,yaitu Atisha Dipamkara..
Pemegang utama silsilah Gelug pada saat ini adalah H.H.Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso.

- Sakya (para praktisinya disebut sebagai Skayapa) : terkenal dengan naskah2 autentiknya,pusaka ajaran dari tradisi ini adalah Lam Dray (Jalan dan Hasil).Tradisi ini berawal dari Sakya Shri Bhadra dari India,yang merupakan pemegang tahta terakhir (mungkin  istilah kerennya semacam "Rektor" gtu kali,hehe  ;D ) dari Institut Buddhist Nalanda yang mengungsi ke Tibet pada saat invasi dari Moch.Bhaktiar Khalji,juga oleh beberapa Lotsava agung yg disebutkan oleh Vince Delusion sebelumnya.
Pemegang utama silsilah Sakya pada masa kini adalah H.H.Sakya Trizin.

- Kagyu (para praktisinya disebut sebagai Kagyupa) : terkenal sebagai tradisi Meditatif,lebih menekankan kepada metode2 Yoga-nya.Pusaka ajaran dari tradisi ini adalah Maha Mudra,yang meliputi Enam Yoga Naropa (tib.Naro Cho Drug ; skt.Saddharmopadesa),serta metode2 esoteric lain yang menyertainya dari awal sampai akhir,juga pendidikan Shedras selama 12 tahun yang diikuti dengan retreat Maha Mudra di dalam ruang tertutup selama 3 tahun 3 bulan 3 hari merupakan ke-khas-an tersendiri dalam tradisi Kagyu.

Tradisi ini utamanya berawal dari Buddha Vajradhara sendiri yang menurunkannya kepada Mahasiddha Tilopa secara langsung melalui cara yang menakjubkan,kemudian kepada Mahasiddha Naropa,seorang Professor dari Nalanda,lalu kepada Marpa Lotsava,penerjemah agung dari Tibet yang kemudian membawa garis silsilah ajaran ini ke Tanah Salju Tibet,lalu terus kepada Milarepa,Gampopa,dan terus sampai sekarang melalui para Maha Karmapa.
Pemegang utama tradisi ini pada masa  kini adalah H.H.Maha Karmapa XVII Ogyen Trinley Dorje.

- Nyingma (para praktisinya disebut sebagai Nyingmapa) : Dikenal sebagai tradisi Non Monastic.
Terkenal dengan pusaka Terma nya,serta ajaran2 esoterik langka di masa lampau.Ciri khas utama ajaran dari tradisi ini adalah Dzogchen (Maha Sandhi).Tradisi ini berawal dari Vajra Guru Padmasambhava (Lian Hua Sheng Da Shi) yang datang dari India ke Tibet atas undangan raja Tibet masa itu,Trisong Deutsen.
Pemegang silsilah ini pada masa kini adalah H.H.Penor Rinpoche.

Tahukah kita bahwasannya Nusantara di masa lampau,Mahayana khususnya Vajrayana amatlah populer dan berkembang ?
Salah satu bukti nyata yang bisa kita lihat adalah :
- Candi Borobudur,apabila kita melihatnya tegak lurus dari atas langit,akan terlihat bahwa mahakarya ini membentuk sebuah Mandala (diagram mistik yang hampir selalu digunakan dalam praktek Tantra).Candi ini merupakan sebuah Vajradhatu Mandala.
- Candi Kalasan/ Candi Tara,merupakan sebuah Candi yang didedikasikan untuk penghormatan kepada Arya Tara,suatu deity populer dalam Mahayana Tantra.
- Candi Plaosan yang menurut saya pribadi merupakan tempat khusus untuk praktek2 peningkatan kemakmuran,karena disana pada jaman dahulu merupakan tempat pemujaan Arya Jambhala,seorang Bodhisattva level Bhumi ke-8 yang selalu diidentikkan sebagai penganugerah kemakmuran.
- Candi Biaro Bahal II di Sumatra,merupakan candi khusus untuk praktek2 Yoga Tantra Tertinggi,karena disana dijumpai arca Heruka,deity khusus yang hanya dilatih oleh para Highest Practitioner.
Menurut saya pribadi,sungguh luar biasa praktek para leluhur bangsa Indonesia jaman dahulu,rupanya banyak kalangan yang sudah sampai pada praktek2 Tantra lanjutan.
- dan masih teramat banyak candi2 dan arca2,serta situs2 bersejarah lainnya yang bernafaskan Mahayana Tantra di Indonesia.

Satu lagi karya leluhur Nusantara yang masih dapat dijumpai sampai sekarang,sebuah sumbangsih kepada Tantrayana dalam bidang sastra,yaitu kitab Sanghyang Kamahayanikan,yang berisikan petunjuk2 bagi seorang praktisi Tantric.

Bahkan raja Kertanegara (nama Visudhi Trisarana beliau adalah Sri Bajreswara) pun konon merupakan praktisi Guhyasamaja Tantra,sebuah praktek tantra tahap lanjutan.(dalam sebuah lontar kuno,disebutkan bahwa beliau dengan tekun menjalankan Subhuti Tantra,yang menurut para ahli merujuk pada Tantra yg dipraktekkan oelh Raja Subhuti di masa lampau,yaitu Guhyasamaja Tantra).

Yang lebih luar biasa lagi,tahukah kita bahwa garis silsilah Gelug yang berawal dari Guru Atisha adalah berasal dari orang Indonesia asli dari kerajaan Srivijaya ? Ya...demikianlah adanya,Srivijay Serlingpa Dharmakirti,beliaulah Guru utama dari Atisha,setelah betahun2 pencariannya di tanah India.
Karenanya,patut dibanggakan bahwa di dalam lukisan "Pohon Perlindungan" dari tradisi Gelug dapat dijumpai barisan guru2 Tibet,India,juga Indonesia !

Demikian cerita tambahan dari saya mengenai Vajrayana,akan berlanjut ke dalam sdikit cerita mengenai sisi praktek dari Vajrayana pada post berikutnya,semoga bermanfat  bagi para "Penikmat Secangkir Teh" yang mampir di forum luar biasa ini :D

Sarva Mangalam !
Om Ami Deva Hrih

http://www.sckirteh.com/forum/index.php?topic=24.5;wap2

Link sckirteh  adalah singkatan dari secangkir teh(disambung kedua kata) tersebut Karena link tersebut memang harus diedit. Saya mohon maaf menulis kepanjangannya, agar pembaca bisa melihat bahwa sumber yang didapatkan memang valid. Dan penulis di forum itu adalah praktisi tantrayana. Hal ini untuk menghindari oknum2 yg tidak bertanggung jawab.




Catatan : Mempelajari Theravada dulu, lalu mahayana tradisi sutra lalu baru final ke tantrayana adalah hal yg harus dilalui praktisi tantrayana dan ini adalah konsep Tantrayana Buddhism dan tidak berlaku pada konsep  praktisi diluar tantrayana buddhism. Sehingga dan diharapkan aliran lain tidak bingung akan perbedaan konsep ini.  Inilah yg dimaksud beda ya beda. _/\_
« Last Edit: 15 February 2010, 10:22:50 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #1 on: 15 February 2010, 11:35:50 AM »
Quote
Catatan : Mempelajari Theravada dulu, lalu mahayana tradisi sutra lalu baru final ke tantrayana adalah hal yg harus dilalui praktisi tantrayana dan ini adalah konsep Tantrayana Buddhism dan tidak berlaku pada konsep  praktisi diluar tantrayana buddhism.

maksudnya mempelajari Theravada dulu, lalu Mahayana, baru ke Tantrayana. sampai sejauh manakah kita harus mempelajari theravada dan mahayana. apakah harus sampai mencapai kesucian tertentu dalam theravada dan tingkatan bodhisattva tertentu dalam mahayana? atau sekedar belajar baca paritta dan sutra sudah mencukupi?

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #2 on: 15 February 2010, 11:42:04 AM »
Semoga bermanfaat demi pola pandang baru terhadap Vajrayana/Tantrayana yg selama ini dianggap "aneh" ataupun terkesan "misterius" dan "Rahasia" ini...

Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada),lalu kepada Mahayana tradisi Sutra,lalu berlanjut kpada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).

Setahu saya Tantrayana yang berpangkal pada Mahayana dalam berbagai sutra cenderung menggunakan istilah Hinayana bukan istilah Staviravada (Theravada). Jadi apakah yang dibold benar-benar yang diajarkan oleh Tantrayana? Atau ini hanya interpretasi penulis dengan mengganti Hinayana menjadi Staviravada (Theravada)?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #3 on: 15 February 2010, 11:44:21 AM »
Quote
Catatan : Mempelajari Theravada dulu, lalu mahayana tradisi sutra lalu baru final ke tantrayana adalah hal yg harus dilalui praktisi tantrayana dan ini adalah konsep Tantrayana Buddhism dan tidak berlaku pada konsep  praktisi diluar tantrayana buddhism.



maksudnya mempelajari Theravada dulu, lalu Mahayana, baru ke Tantrayana. sampai sejauh manakah kita harus mempelajari theravada dan mahayana. apakah harus sampai mencapai kesucian tertentu dalam theravada dan tingkatan bodhisattva tertentu dalam mahayana? atau sekedar belajar baca paritta dan sutra sudah mencukupi?


IMO
Sebatas pembelajarannya aja. or pengertian konsepnya Theravada seperti apa, mahayana itu apa, baru tantrayana itu apa. Dimana korelasinya dsb. Dan pencapaian bodhisatva tidak ada hubungan harus dari theravada dulu, atau dari mahayana dulu atau baru tantrayana dulu. Tetapi dari keseluruhan pengertian yg dipelajari dan dipraktekan.

Untuk lebih jelas detil nanti tanya kepada yg lebih kompeten sejauh mana mempelajarinya.

Bro Gandalf atau yg dari tantrayana bisa memberi masukan.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #4 on: 15 February 2010, 11:51:45 AM »
Semoga bermanfaat demi pola pandang baru terhadap Vajrayana/Tantrayana yg selama ini dianggap "aneh" ataupun terkesan "misterius" dan "Rahasia" ini...

Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada),lalu kepada Mahayana tradisi Sutra,lalu berlanjut kpada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).

Setahu saya Tantrayana yang berpangkal pada Mahayana dalam berbagai sutra cenderung menggunakan istilah Hinayana bukan istilah Staviravada (Theravada). Jadi apakah yang dibold benar-benar yang diajarkan oleh Tantrayana? Atau ini hanya interpretasi penulis dengan mengganti Hinayana menjadi Staviravada (Theravada)?

Silakan tanya di link yg saya berikan... Aye cuma copas _/\_

Kalo intrpertasi saya pembelajaran ketiga mazhab,  apa yg tertulis dalam sutra tentang hinayana yg merupakan bagian dari pembelajaran itu. Jadi mempelajari 3 mazhab dan mengganti hinayana dengan theravada sepertinya dua hal yg berbeda.
« Last Edit: 15 February 2010, 11:53:40 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #5 on: 15 February 2010, 12:11:05 PM »
Semoga bermanfaat demi pola pandang baru terhadap Vajrayana/Tantrayana yg selama ini dianggap "aneh" ataupun terkesan "misterius" dan "Rahasia" ini...

Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada),lalu kepada Mahayana tradisi Sutra,lalu berlanjut kpada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).

Setahu saya Tantrayana yang berpangkal pada Mahayana dalam berbagai sutra cenderung menggunakan istilah Hinayana bukan istilah Staviravada (Theravada). Jadi apakah yang dibold benar-benar yang diajarkan oleh Tantrayana? Atau ini hanya interpretasi penulis dengan mengganti Hinayana menjadi Staviravada (Theravada)?

Silakan tanya di link yg saya berikan... Aye cuma copas _/\_

Kalo intrpertasi saya pembelajaran ketiga mazhab,  apa yg tertulis dalam sutra tentang hinayana yg merupakan bagian dari pembelajaran itu. Jadi mempelajari 3 mazhab dan mengganti hinayana dengan theravada sepertinya dua hal yg berbeda.


Sayang saya belum berminat buat account di tempat baru. Tapi tak apa, mungkin si penulis juga bisa baca di sini.

Ini untuk penulis, bukan untuk Sdr. Bond:

Menurut saya terlalu gegabah (salah) menyatakan menggunakan istilah Staviravada (Theravada) dalam peranan menapaki ajaran Tantrayana. Seharusnya Hinayana kemudian Mahayana kemudian Tantrayana. Hal ini penting diketahui bahwa Hinayana bukanlah Staviravada, dan Staviravada bukan berarti identik dengan Theravada meskipun arti katanya sama.

 _/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #6 on: 15 February 2010, 01:15:24 PM »
numpang lewat.... ;D

Setau aye.. staviravada turunannya(pecahannya)  menjadi theravada. mungkin maksudnya penulis seluruh pecahannya staviravada kale..jadi termasuk theravada dipelajari makanya dibuat dalam kurung. Tapi memang staviravada tidak identik dengan theravada. ;D
Kalo yg dipelajari hinayana keknya tidak ada alirannya deh..cuma kumpulan org egois yg tercantum di sutra mahayana yg menjadi kajian praktisi tantrayana dan mahayana sendiri. Kesimpulannya kalau seharusnya mempelajari Hinayana, mahayana dan tantrayana, jadinya koq ngak nyambung ya. Karena hinayana hanya ada di ajaran mahayana. Padahal penulis mengatakan 3 mazhab yg dipelajari yakni Staviravada(theravada), mahayana dan tantrayana.
Dan hal ini pernah dibahas bro Gandalf juga. Dan ditulis kembali oleh praktisi tantra di forum tetangga tapi bukan hasil copy paste.






« Last Edit: 15 February 2010, 01:35:43 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #7 on: 15 February 2010, 02:01:10 PM »
maksudnya :
hinayana/Theravada=SD
Mahayana=SMP
Vajrayana=SMA

begitukah?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #8 on: 15 February 2010, 02:18:54 PM »
maksudnya :
hinayana/Theravada=SD
Mahayana=SMP
Vajrayana=SMA

begitukah?

Hindu = perguruan tinggi   ;D
The truth, and nothing but the truth...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #9 on: 15 February 2010, 02:36:27 PM »
Dan sejak Kapan Buddha menggolongkan aliran harus begini dan begitu? jadinya sepertinya murid2nya pada ngaco nih?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #10 on: 15 February 2010, 02:49:48 PM »
^ Sejak ajaran-Nya ditafsir-tafsir dengan teori-teori doank ... :))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #11 on: 15 February 2010, 02:53:57 PM »
Dan sejak Kapan Buddha menggolongkan aliran harus begini dan begitu? jadinya sepertinya murid2nya pada ngaco nih?
terjadi sejak sistem moha muncul.....wkwkwk
Samma Vayama

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #12 on: 15 February 2010, 03:22:54 PM »
Dan sejak Kapan Buddha menggolongkan aliran harus begini dan begitu? jadinya sepertinya murid2nya pada ngaco nih?

Buddhanya ngak pernah tapi...tapi.....koq jadi banyak...

Kalo ngak ngaco kagak ada perpecahan macam2 cek dengan berbagai macam aliran. Gua aja bingung mau ikut aliran mana  :)) tertarik sama aliran ryuyana deh..aman ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #13 on: 15 February 2010, 03:26:17 PM »
Sebuah Pengantar Singkat Buddhisme Tibet

Oleh: Yang Mulia Dalai Lama ke-XIV

Saya menawarkan ajaran-ajaran singkat sebagai dasar pengertian terhadap struktur dan praktik Buddhisme Tibet. Saya tidak memiliki sesuatu untuk dikatkan yang belum pernah saya katakan sebelumnya. Jangan melihat ajaran ini hanya sekedar informasi, akan tetapi sebagai ajaran-ajaran penting dari jalan yang mengarahkan pada transformasi pikiran anda. Hanya inilah yang akan membuat ajaran menjadi bermanfaat.
Sebelum ajaran Buddha tiba, kepercayaan Bon telah menyebar di Tibet. Hingga akhir-akhir ini, pusat studi Bon masih eksis di Tibet. Walaupun bukan agama yang efektif, Bon telah diperkaya oleh keyakinan dan praktik Buddhis. Sekitar abad ke-8, Raja Lha-Tho-Ri-Nyen-Tsen memperkenalkan agama Buddha di Tibet. Semenjak itu agama Buddha berkembang secara mantap. Selama periode itulah banyak pandit (orang terpelajar) India datang mengunjungi Tibet dan menerjemakan sutra-sutra 16, teks Tantra beserta uraian uraiannya.
Selama pemerintahan Raja Lang-Dar-Mar pada abad ke-10, agama Buddha mengalami kemunduran walau hanya sesaat saja. Agama Buddha segera berkembang kembali dimulai dari bagian barat dan timur Tibet; para cendekiawan India dan Tibet kembali sibuk menerjemahkan teks-teks.
Ketika orang-orang terpelajar dari Tibet semakin banyak jumlahnya, maka jumlah orang-orang terpelajar India yang berkunjung semakin berkurang. Oleh karena itu, di akhir periode Buddhisme Tibet, agama Buddha di Tibet berkembang secara independen dari Buddhisme India meskipun Buddhisme India tetap menjadi dasarnya. Pada hakikatnya, Buddhisme Tibet tidak pernah mengalami perubahan atau penambahan di tangan para Lama Tibet. Uraian mereka tetap diidentifikasi hanya sebatas uraian, dan dalam hal otoritas, mereka tetap mengacu pada ajaran utama Sang Buddha atau karya para pandit India.
Untuk alasan inilah, saya tidak setuju untuk menganggap Buddhisme Tibet terpisah dari Buddhisme India, atau dianggap sebagai Lamaisme.

Empat Kebenaran Mulia
Sang Buddha berkata, “Inilah penderitaan; inilah penyebabnya; inilah penghentiannya; inilah jalannya.”
Beliau juga berkata, “Kenali sifat alami dari penderitaan; lepaskan hal-hal yang menjadi penyebab penderitaan; capai penghentian penderitaan; ikutilah jalan yang benar.” Dan Beliau berkata, “Kenalilah penderitaan, meskipun tidak ada sesuatu untuk diketahui. Lepaskanlah penyebab penderitaan, walaupun tidak ada sesuatu untuk dilepaskan. Bersungguh-sungguhlah dalam mencari penghentian, meskipun tidak
ada sesuatu untuk dihentikan. Latihlah jalan menuju penghentian, meskipun tidak ada sesuatu untuk dilatih.”
Inilah tiga pandangan mengenai sifat intrinsik, tindakan, dan pencapaian tertinggi dari Empat Kebenaran Mulia.
Pada abad ke-3, Nagarjuna menjelaskan filosofi dari Jalan Tengah, yang menjadi inti dari semua Tradisi-tradisi Buddhisme Mahayana 17. Jalan Tengah mengajarkan bahwa “penderitaan sejati” berasal dari samsara, lingkaran kelahiran kembali yang muncul adalah akibat dari karma, akibat yang diterima bagi setiap tindakan berasal dari ketidaktahuan dan delusi. “Penyebab sejati” berarti karma dan delusi yang
merupakan penyebab sejati dari penderitaan. “Penghentian sejati” berarti berhentinya dua kondisi sebelumnya secara total. “Jalan sejati” adalah satu-satunya jalan di mana kita dapat mencapai penghentian sejati.

Hinayana
Untuk dapat mencapai Nirvana, kita harus mengikuti jalan yang dianjurkan: jalan sejati atau Empat Kebenaran Mulia. Hinayana dan Mahayana merepresentasikan dua tradisi utama Buddhisme di mana kita dapat melihat jalan ini. Menurut Hinayana, atau yang disebut Kendaraan Kecil, para praktisi mencari nirvana demi dirinya sendiri, pikiran harus dilatih melakukan sebuah tekad yang cukup kuat untuk dapat lepas dari samsara. Para praktisi harus
melaksanakan etika keagamaan dan secara simultan melatih meditasi ketenangan dan insight sehingga delusi dan benih-benihnya dapat dilenyapkan, hingga pada akhirnya tidak dapat tumbuh lagi. Dengan demikian, kita mencapai nirvana. Jalan yang harus diikuti yaitu Jalan-jalan Persiapan, Penerapan, Penglihatan (Pemahaman), Pelatihan (Praktik), dan Pemenuhan (Hasil).

Mahayana
Pengikut Mahayana, atau disebut juga Kendaraan Besar, bertujuan mencapai tahapan tertinggi nirvana—Kebuddhaan. Mereka melakukannya tidak hanya demi diri mereka sendiri tapi juga demi semua makhluk. Termotivasi oleh aspirasi untuk mencapai Pencerahan dan atas dasar welas asih bagi semua makhluk, pengikut Mahayana melakukan jalan yang sama halnya seperti pengikut Hinayana, namun mereka melakukan latihan tambahan seperti Enam Kesempurnaan.
Dengan metode ini, mereka mencoba untuk menjauhi delusi dan kekotoran dari jejak karma lampau, hingga mencapai Kebuddhaan. Walaupun ke-5 jalan dari kedua tradisi utama ini sama—yaitu Persiapan, Penerapan, Penglihatan, Pelatihan, dan Pemenuhan—perbedaan kualitatifnya adalah bahwa Mahayana menekankan motivasi demi kebaikan semua makhluk. Dikatakan bahwa pengikut Hinayana yang telah mencapai nirvana pun akan melakukan metode yang
sama untuk mencapai Kebuddhaan.

Tantrayana
Jalan yang telah saya sebutkan adalah doktrin yang harus diikuti untuk membentuk dasar yang kuat sebelum berlatih Tantrayana, jalan metode para yogi. Tradisi Tibet sangat memperhatikan hal tersebut sebelum mempekenalkan doktrin tantra. Guru-guru spiritual selalu memeriksa apakah doktrin tersebut merupakan ajaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha atau bukan. Para pandit yang berkompeten mengumpulkannya menjadi suatu analisis yang logis, dan
menguji kebenarannya melalui pengalaman, sebelum memastikan keaslian dan mengadopsinya. Proses ini penting karena ada banyak doktrin non-Buddhis yang cenderung mengacaukan doktrin Buddhis karena kemiripannya. Tantrayana terbagi ke dalam empat kelas dan memasukkan banyak hal yang tidak terhitung jumlahnya. Dengan istilah yang paling sederhana menurut sistem ini ialah karma negatif dianggap sebagai penyebab berbagai kesedihan yang kita alami. Karma negatif berasal dari delusi yang merupakan produk pikiran yang tidak terlatih. Oleh karena itu, pikiran perlu dilatih dan dikontrol melalui latihanlatihan
yang dapat menghentikan aliran pikiran yang bersifat merusak dan berbahaya. Aliran ini dapat dihentikan atau berkeliaran, atau pula dapat mengarahkan pikiran menjadi tenang dengan konsentrasi.
Seseorang juga dapat memfokuskan pikirannya pada objek eksternal guna menghentikan pikiran yang negatif. Untuk latihan ini, seseorang memerlukan kekuatan kontemplasi yang kuat. Gambar-gambar para dewa dianggap sebagai objek yang paling sesuai, dengan demikian menghasilkan berbagai gambaran dewa dalam tradisi Tantrayana. Dalam beberapa hal, kemajuan juga dicapai melalui keyakinan dan ketaatan; akan tetapi secara umum, kemajuan akan dicapai
melalui kekuatan alasan. Dan jika seseorang mengikuti jalan transeden dari Tantrayana, alasan itu sendiri akan menjadi aspirasi di dalam hati.

Garis Besar Latihan Buddhis
Kesempurnaan latihan Buddhis dicapai tidak hanya melalui perubahan di permukaannya saja, seperti mengarah pada kehidupan biara atau menghafalkan teks-teks suci. Apakah aktifitas ini sendiri dapat disebut sebagai religius merupakan suatu pertanyaan, agama hendaknya dipraktikkan di dalam pikiran. Jika seseorang mempunyai perilaku mental yang benar, semua aktifitas, tindakan jasmani, dan perkataan dapat diartikan religius. Akan tetapi jika seseorang tidak memiliki perilaku yang benar—yaitu jika seseorang tidak tahu bagaimana berpikir dengan benar—ia tidak akan mencapai apapun, bahkan jika sepanjang hidupnya dihabiskan di wihara membaca naskah-naskah suci. Oleh karenanya persyaratan pertama dari latihan Buddhis adalah transformasi perilaku mental. Seseorang yang telah menyatakan perlindungan kepada Tiga Mustika—Buddha, Dhamma, dan Sangha—menyadari hukum karma dan akibatnya, serta mengolah pikiran demi kebahagiaan yang lain.
Dengan kesungguhan dalam melepaskan kesenangankesenangan duniawi, seorang praktisi akan mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Banyak pengikut Tradisi Tibet telah mengikuti jalan ini, dan mereka memiliki kedamaian mental dan fisik yang tidak terlukiskan. Bagaimanapun juga, cara melepaskan keterikatan terhadap duniawi ini tidaklah mungkin bagi setiap orang karena memerlukan pengorbanan yang luar biasa. Praktik Dhamma bagaimana yang dapat menjadi resep bagi orang biasa? Jawabnya adalah tidak melakukan tindakan buruk, melakukan semua aktifitas yang berguna dan selalu melakukan banyak hal demi kebahagiaan yang lain, serta dapat selaras dengan praktik Dhamma. Penyelamatan dapat dicapai walau dalam kehidupan berrumah tangga. Ada peribahasa: “Orang yang tidak memiliki upaya mental, walau mereka tinggal dalam retret di gunung, mereka hanyalah menimbun penyebab untuk masuk ke neraka.”
Ada sebuah cerita yang sudah tua. Dahulu sekali, ada seorang Lama terkenal bernama Drom. Suatu hari, Drom melihat seorang laki-laki berjalan mengelilingi sebuah stupa.
“Mengelilingi stupa adalah hal yang baik bagi anda,” ucap Drom, “Tapi tidakkan lebih baik jika anda mempraktikkan ajaran?”
Laki-laki itu berkata pada dirinya sendiri, “Kalau begitu lebih baik saya membaca kitab suci.” Dan oleh karenanya dia pun mulai membaca kitab suci. Suatu hari, Drom melihatnya lagi. “Membaca kitab suci adalah hal yang baik bagi anda,” Drom berujar, “Tapi tidakkah lebih baik jika anda mempraktikkan ajaran?”
Laki-laki itu berpikir: “Sepertinya membaca tidak begitu baik. Bagaimana bila bermeditasi?” Tidak lama kemudian, Drom melihatnya bermeditasi. Dia berkata, “Saya akui bahwa meditasi adalah baik. Akan tetapi tidakkah sesungguhnya lebih baik bila anda mempraktikkan ajaran?”
Laki-laki tersebut bingung, “Apa yang anda maksudkan dengan mempraktikkan ajaran? Katakan bagaimana melakukannya.”
“Ubahlah cara berpikir anda dari bentuk-bentuk kehidupan duniawi,” Drom berkata kepadanya, “Dan ubahlah kehidupan anda ke arah ajaran.”
Dalam hal ini perkenankan saya menyimpulkan dengan singkat Tiga Latihan Lebih Tinggi dalam agama Buddha yaitu:
1. Latihan Perilaku yang Lebih Tinggi,
2. Latihan Meditasi yang Lebih Tinggi, dan
3. Latihan Kebijaksanaan yang Lebih Tinggi.

Latihan Perilaku yang Lebih Tinggi
Latihan Perilaku yang Lebih Tinggi, yang merupakan dasar dari semua sila, mempunyai banyak aspek.
Semua berdasarkan pada tidak melakukan sepuluh ketidakbajikkan—yaitu tiga dari tubuh, empat dari ucapan, dan tiga dari pikiran.
Tiga ketidakbajikkan yang berhubungan dengan tubuh meliputi:
1. Mengambil nyawa makhluk hidup lainnya, dari manusia hingga serangga terkecil apapun, baik langsung maupun tidak langsung
2. Mencuri atau mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya, baik langsung maupun tidak langsung, seberapapun nilainya
3. Melakukan perzinahan dan berbagai bentuk seksual yang salah

Empat ketidakbajikkan yang berhubungan dengan ucapan meliputi:
1. Memberikan nasihat, informasi atau indikasi fisik yang keliru atau salah
2. Pembicaraan yang menyebabkan perpecahan atau memperparah perpecahan yang telah ada
3. Berkata dengan menggunakan bahasa yang bersifat kasar atau buruk
4. Bergosip tentang hal-hal yang cabul dan diliputi nafsu kemelekatan.

Tiga ketidakbajikkan yang berhubungan dengan pikiran meliputi:
1. Keinginan untuk memiliki hak milik orang lain
2. Keinginan untuk menyusahkan/membahayakan orang lain
3. Keraguan akan ajaran kelahiran kembali, realitas karma, dan perlindungan pada Tiga Mustika

Latihan Meditasi yang Lebih Tinggi
Latihan meditasi yang lebih tinggi membantu para praktisi untuk memantapkan pikirannya pada satu objek dan mengembangkan “ketenangan mental” atau w. Tekniknya meliputi menarik pikiran menjadi tidak bergerak, tenang dan mantap. Pikiran seperti itu dapat berkonsentrasi pada berbagai objek kebajikan dengan mudah.
Untuk melaksanakan keadaan realisasi seperti itu diperlukan banyak persyaratan. Singkat kata, menurut Bodhisattva Maitreya, para praktisi harus menghindari Lima Gangguan dan melaksanakan Delapan Sikap Mental yang Introspektif.
Lima Gangguan adalah:
1. Kelalaian akibat dari perilaku yang tidak tertarik untuk melakukan meditasi
2. Lupa akan objek meditasi
3. Pikiran yang mudah dipengaruhi oleh nafsu seksual
4. Ketidakmampuan untuk mencegah gangguan ini
5. Gangguan khayalan dan upaya yang salah untuk menghilangkan gangguan tersebut

Delapan Sikap Mental yang Introspektif:
1. Melakukan meditasi dan mengetahui kelemahan yang ada
2. Memiliki tekad yang kuat untuk bermeditasi
3. Memiliki ketekunan dan kegembiraan
4. Memiliki mental dan fisik yang rileks
5. Memiliki usaha yang benar dalam konsentrasi pada objek meditasi
6. Menyadari kemalasan atau kecemasan yang muncul
7. Kesiapsiagaan segera ketika muncul kecemasan atau kebingungan pada saat dirasakan pada suatu momen
8. Ketenangan sikap dalam menghadapi keadaan yang tidak diharapkan ketika objek itu telah dilakukan

Sembilan Tahapan Konsentrasi meliputi:
1. Pemantapan pikiran pada objek konsentrasi
2. Usaha untuk memperpanjang konsentrasi
3. Menangkap berbagai hal yang dapat membuat konsentrasi pecah dengan segera dan mengembalikannya kepada objek meditasi
4. Mempertahankan konsepsi (suatu gambaran) yang jelas dari setiap detail objek
5. Memperkuat usaha dengan merealisasikan kebajikannya
6. Mengusir hal-hal yang bertentangan dengan meditasi
7. Mempertahankan ketenangan dengan mengusir berbagai gangguan
8. Melakukan konsentrasi hingga pada batas terjauh
9. Mempertahankan keseimbangan meditasi tanpa bantuan atau usaha dari ingatan maupun kesadaran

Latihan Kebijaksanaan yang Lebih Tinggi
Latihan Kebijaksanaan yang lebih tinggi berhubungan dengan pengembangan dua jenis kebijaksanaan:
1. Kebijaksanaan yang memahami tentang sifat relatif dari bermancam-macam hal atau pengetahuan empiris
2. Kebijaksanaan yang mengerti tentang sifat absolut dari bermacam-macam hal atau pengetahuan transendental

Saya akan menjelaskan secara singkat satu tipe kebijaksanaan lagi disini, yaitu kebijaksanaan yang menghancurkan segala kekotoran moral dan mental, dan
menghancurkan kekotoran yang disebabkan oleh kekuatan pemikiran yang diskriminatif—yaitu kebijaksanaan yang mengerti akan shunyata.

Shunyata
Shunyata, sifat dari kekosongan adalah realitas tertinggi dari semua objek, material dan fenomena. Shunyata tidak dipengaruhi oleh kekuatan para Buddha, tidak juga bergantung pada buah karma dari berbagai makhluk.
Shunyata hanya ‘ada’, dan sifatnya meliputi pada setiap elemen.
Oleh karena itu, disebabkan oleh sifatnya, maka semua dharma adalah kosong. Sebagaimana dikutip dari sebuah sutra: “Apakah para Buddha muncul atau tidak di dunia ini, shunyata, merupakan sifat tertinggi dari semua objek, ia bersifat absolut dan abadi.” Shunyata bukanlah lawan dari kekekalan maupun kebebasan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Arti Tantrayana Buddhism yang sebenarnya
« Reply #14 on: 15 February 2010, 03:31:43 PM »
maksudnya :
hinayana/Theravada=SD
Mahayana=SMP
Vajrayana=SMA

begitukah?

Hinayana bukan theravada cek....(karena tidak ada definisi hinayana adalah theravada, Saya tau dari Bhante Utamo). Theravada juga bukan SD, mahayana bukan SMP, Vajrayana bukan SMA. Tetapi fase yg harus dilewati menurut konsep mereka just Staviravada termasuk Theravada yg dipelajari , mahayana dan vajrayana. Dan itu semua hanya konsep.
Nah kalau ada yg menyamakan hinayana dengan theravada itu salah tafsir.

Yang SD menurut aye mau theravada, mahayana dan vajrayana adalah perumpamaan pemahaman yg masih dangkal. dst.
Aye juga ngak setuju kalau perumpamaan SD itu disamakan Theravada. SD tidak identik dengan Theravada. Gitu cek..

Bahkan saya pernah ngobrol dengan praktisi Tantrayana mengatakan bila seorang Theravadin dalam berlatih dan kemudian dia bertekad menjadi Sammasambuddha maka sebenarnya dia telah berjalan pada jalan Mahayana, walaupun atribut atau label yg dipakai sebagai theravadin (contohnya bhikkhu Theravada yg berlatih sedemikian rupa lalu bertekad menjadi bodhisatva tanpa meninggalkan atribut theravadanya).
« Last Edit: 15 February 2010, 03:56:52 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada