bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?
saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya
yah, apapun versinya, intinya ntuh anak gak akan tahan ampe 7 hari.
kembali ke pertanyaan anda, mengenai , kasar tidaknya suatu pembicaraan,
yang mana , saia sebutkan, adalah "tidak menyakiti perasaan org lain"
OKEH??
SB, tidak berkata "bayi ente cuma 7 hari umurnya"<< maka akan tersakiti perasaan ortu tsb
gmn brow??
bagaimana dengan kasus Magandiya?apakah pernyataan Buddha itu kasar atau tidak kasar?bermanfaat atau tidak bermanfaat?perkataan tersebut ada 2 sisi bak pisau bermata dua...bermanfaat bagi orang tua Magandiya,tetapi menjadi ular berbisa bagi Magandiya,sehingga Magandiya mendendam kepada Buddha Gotama,yang menyebabkan tewasnya Samawati dan para dayangnya..
Lantas bagaimana kita bisa mengetahui hal tersebut kasar atau tidak kasar?bahkan seorang Buddha pun tidak bisa menghindari "pernyataan" semacam itu..
Mohon bantuan kebijaksanaanya
begini brow,
1st : saya tidak begitu ingat dengan cerita tsb, tp yg pentingkan pointnya.. sudah dapet..
2nd: gini brow,[imo] pertanyaan ttg magadiya irrelevant dgn kisah pertama (bayi yg umurnya 7 hari)
, pada kasus magadiya ada 2 opsi:
1, penembusan bagi ortu
2, nyemplungnya magadiya ke empang avici
bagi seseorang yg sudah mencapai tahapan tertentu, maka bisa mengetahui kata2 yg dpt membawa pencerahan pd seseorang.
TAPI, saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, karena saia tidak begitu ingat kronologis cerita tersebut, (setahu saia tidak begitu simpel deh, ada kaitan dgn past life magadiya)
Kalo ada sumber/cerita lengkap mungkin kita bisa meneruskan diskusi tersebut