yg pernah saya baca, bukan isvara mara, tapi Devaputta Mara
Ada referensi yang bilang Mara ini berdiam di surga Paranimittavasavati. Mara ini yang sering muncul dalam legenda-legenda dan menghalang-halangi Buddha atau para murid.
Nah penggunaan istilah Isvara menyesatkan karena yg saya tahu Isvara dan Mara itu 2 sosok yang berbeda. Isvara biasa merujuk pada Mahesvara (Shiva) yang pada masa Buddha hanyalah salah satu dewa.
Di perkembangan selanjutnya, Shiva digambarkan sebagai murid Buddha (di Gandhavyuha Sutra)
Kalau mau lebih jelasnya coba cari ebook "The Buddha’s Encounters with Måra the Tempter
Their Representation inLiterature and Art
Ananda W.P. Guruge"
Disitu ada penjelasan evolusi konsep individu bernama Mara.
Satu lagi, Bhante Dhammika pernah menulis spekulasi bahwa Mara = Krishna
http://sdhammika.blogspot.com/2009/07/buddha-meets-dark-lord.html
However, in this post I would like to examine verse 449 from the Padhana Sutta. The verse describes Mara’s 'defeat' and reads, ‘The lute fell from the armpit of that one overcome with disappointment. Then that discouraged one disappeared there and then’. Now throughout the sutta the Buddha’s adversary is called by three names – Mara, Namuci or Kanha. Now this last name can be translated as ‘Dark One’ or ‘Darky’ and of course its Sanskrit equivalent is Krishna. Now we meet with Krishna under his alternative name of Vasudeva in the Ghata Jataka (No.454), a story very similar to the one about Krishna in the Bhagavata Purana.
Your association of Mara with Krishna is quite disappointing. Mara is the desire, anger, miserliness, delusion, pride and jealousy within oneself. I am disappointed because of this post coming from a Buddhist. It would have been natural for the follower of a monotheistic religion to demonize others.
Sepertinya paling baik adalah tidak membawa-bawa ajaran agama lain ke pembahasan Buddhisme dan sebaliknya, karena tidak relevan. Sama saja kalau dari agama lain mengatakan, misalnya: Buddha sebetulnya adalah anaknya Apollo, belum ada apa-apanya dibanding Helios.
Menurut gw, dalam kaitan dengan tuhan/dewa agama lain, buddhisme memiliki beberapa pilihan.
1. Menyatakan NO COMMENT untuk tidak menyinggung perasaan agama lain
2. Menyatakan bahwa tuhan/dewa agama lain itu sebagai Maha Brahma untuk tidak terlalu menyinggung perasaan pengikut agama lain
3. Menyatakan bahwa tuhan/dewa agama lain itu sebagai Mara/Setan yang pasti menyinggung perasaan pengikut agama lain
4. Menyatakan bahwa tuhan/dewa agama lain itu sebagai dewa dari alam kama-dhatu (yang masih punya tanha-lobha-dosa-moha) yang cukup menyinggung perasaan pengikut agama lain namun tidak separah alternatif nomor 3.
5. ??? Silahkan ditambahkan kalau ada alternatif lain.
^^ tapi kadang dalam sutta kadang ada diselipkan sosok2 di ajaran lain khan seperti dewa rahu dllUntuk dibahas "khusus kalangan intern" saja. Walaupun 'tokoh'-nya sama, tapi itu lain film, lain karakter.
[...]Betul, memang karena "akar" kebudayaannya sama, juga berkenaan dengan waktu yang sama saat itu, maka banyak "tokoh" yang ada di kedua pihak. Walaupun sosoknya sama, tapi masing-masing ajaran, punya skenario, punya "film" sendiri yang menjelaskan tentang sosok tersebut. Brahma, misalnya, dalam Buddhisme dikatakan salah mengerti bahwa dirinya mahapencipta dan kemudian diluruskan oleh Buddha. Namun dalam Hinduisme, Brahma memang mahapencipta (yang menciptakan 14 manu yang menciptakan 4 era manusia), bukan sedang salah mengerti. Ketika kita bahas dari satu sudut pandang, otomatis yang lainnya menjadi tidak valid.
Bro. kainyn, tapi bagaimanapun dewata di agama Hindu banyak yang berkaitan dengan agama Buddha, akrena keduanya tumbuh dan lahir dari akar kebudayaan yang sama. Misalnya dalam Tipitaka Pali disebutkan Sakka (Indra di agama Hindu), Brahma Sahampati (Maha Brahma agama Hindu), Issara (Ishvara agama Hindu), Venhu (Visnu agama Hindu), bahkan dalam kitab Jataka ada pula Sarassati (Sarasvati), Sridevi (Lakshmi) dan satu lagi Dewi MahaKali dalam agama Hindu diportraykan sebagai tokoh antagonis. Lantas bicara dewa dewi agama Hindu, pasti akan dikatikan dengan agama Buddha dan ini sah-sah saja, asal tidak memaksakan anggapan pada pemeluk agama lain yang bersangkutan.
Bahkan dalam kisah Udbhata Siddhisvamin dikatakan bahwa Shiva dan istrinya Parvati langsung beranjali bernamaskara menghormat para Arhat siswa Sang Buddha yang sedang terbang melewati Gunung Kailasa (Kailash). Dengan kata lain Shiva dan Parvati berlindung pada Triratna.
Kedua mahadewa-dewi tersebut berlindung pada Triratna setelah dengan sombongnya mereka mengaku sebagai Tuhan Tertinggi dan Pencipta Dunia dan kemudian keangkuhan mereka itu disadarkan oleh Vajrapani Bodhisattva.
[...]
tapi bagaimanapun dewata di agama Hindu banyak yang berkaitan dengan agama Buddha, akrena keduanya tumbuh dan lahir dari akar kebudayaan yang sama. Misalnya dalam Tipitaka Pali disebutkan Sakka (Indra di agama Hindu), Brahma Sahampati (Maha Brahma agama Hindu), Issara (Ishvara agama Hindu), Venhu (Visnu agama Hindu), bahkan dalam kitab Jataka ada pula Sarassati (Sarasvati), Sridevi (Lakshmi) dan satu lagi Dewi MahaKali dalam agama Hindu diportraykan sebagai tokoh antagonis. Lantas bicara dewa dewi agama Hindu, pasti akan dikatikan dengan agama Buddha dan ini sah-sah saja, asal tidak memaksakan anggapan pada pemeluk agama lain yang bersangkutan.
by ryu
bagaimana kalau begini ;D
yang membuat polemik ya semua agama dengan klaim merasa paling benar, yang lain salah. mengambil tokoh2 dari ajaran lain untuk saling menjatuhkan, mengambil tokoh dari ajaran lain untuk merekrut umat lain, bagaimana kalau ternyata tokoh2 itu akur2 saja ya padahal tokoh2 itu hanya rekayasa dari si pembuat ajaran, sehingga umat2nya tanpa ehipasiko membela mati2an tanpa ada pernah membuktikan kebenarannya, membela keyakinannya masing2.
;D
Jika buddhisme sudah ditinggikan sedemikian rupa, kenapa buddhisme "tersingkir" dari tanah kelahirannya, India, bahkan jumlahnya sekarang lebih sedikit dari orang kr****n. Ajaran2 Veda telah kembali berjaya.. bahkan sejak abad VII-VIII ketika Sankaracharya hidup dan mengembalikan Veda aebagai agama utama India. Krishna, Rama, Shiva, Vishnu, kembali dipuja. Kitab2 Hindu seperti Bagavad Gita, Mahabharata dan Ramayana sangat termasyur di dunia, bahkan juga di Indonesia/Jawa-Bali. Agama Hindu telah bertahan sepanjang keberadaannya dari berbagai serangan hebat, seperti halnya yang dialami Yahudi. Be wise..
Buddhisme mengalami penurunan di India karena mengalami penindasan setelah raja Ashoka meninggal. Buddhisme tidak menganjurkan perang, makanya ga da yang perang. Trus yang bisa dilakukan apa ? ya mengungsi ke Ceylon, Myanmar, Thailand, Bangladesh, China, dll. Hindu tidak mungkin bertahan tanpa perang yang dilakukan oleh tokoh2nya saat diserang oleh kaum muslim. Begitupula yang terjadi dengan Yahudi...
Dhammatalknya kok berbau-bau mitos gt ya ?
Jika buddhisme sudah ditinggikan sedemikian rupa, kenapa buddhisme "tersingkir" dari tanah kelahirannya, India, bahkan jumlahnya sekarang lebih sedikit dari orang kr****n. Ajaran2 Veda telah kembali berjaya.. bahkan sejak abad VII-VIII ketika Sankaracharya hidup dan mengembalikan Veda aebagai agama utama India. Krishna, Rama, Shiva, Vishnu, kembali dipuja. Kitab2 Hindu seperti Bagavad Gita, Mahabharata dan Ramayana sangat termasyur di dunia, bahkan juga di Indonesia/Jawa-Bali. Agama Hindu telah bertahan sepanjang keberadaannya dari berbagai serangan hebat, seperti halnya yang dialami Yahudi. Be wise..
Yang dibold. bener ya, karena Buddha adl tokoh historis, kemudian disebutin ttg dewa2 pd jaman Buddha, berarti dewa2 itu mmg bener2 ada dong dan melegitimasi adanya dewa2 Hindu. So, utk menjadi buddhis yg baik kenapa juga harus 'menghina' dewa2 tsb yak, sedangkan thd manusia aja diajrkan harus saling menghormati dan mengasihi. kita kan manusia yg masih terlilit samsara, dewa2 tsb mungkin lebih berpengetahuan dibanding kita2, kalau baru sekedar baca kitab2 n meditasi sekali2, yah gak usah mentang2 tokoh/agama/kitab kita yg paling bagus/hebat, gak beda dong sama abrahamik...