di Thai banyak sekali kita menjumpai bhikkhu2 theravada menjual amulets yg dipercaya bisa memberikan rejeki, jodoh, keselamatan dan lainnya, di jual dengan harga $20 sampai ratusan dolar... yg sy garisbawahi adalah
1. Bhikkhu koq jualan/mencari duit dengan menjual amulets ? Apakah untuk kepentingan Vihara atau pribadi ?
2. Koq buddhist menggunakan benda2 seperti itu (amulets), bukankah itu bs menimbulkan pandangan negatif terhadap buddhism, bahwa buddhism sarat dengan hal2 mistik...
3. Buddhist terkenal dengan sistem sebab-akibat/kamma/karma, koq masih percaya keselamatan dan peruntungan diluar diri mereka, walau benda2 seperti itu "mungkin" bs menjadi kondisi mateng nya kamma...
4. Apakah ada ajaran seperti itu didalam transkrip buddhism ? Sy smpat berpikir, apakah buddhism di jaman kerajaan majapahit/jawa dulu runtuh karena bhikkhu2 nya lebih tertarik mendalami pencapaian kemampuan bathin dari pada dhamma tuk pembebasan tertinggi ? karena terlihat hal seperti ini masih terlihat di kultur suku jawa yg banyak dipengaruhi budaya hindu-buddha
bagaimana menurut anda ?
amulet gak ada di tipitaka, yang ada terlindung oleh karma sendiri.
1. urusan pribadi bhikkhu siapa yang tahu,namun lebih banyak terlihat untuk pembangunan vihara dan menolong makhluk hidup.kalo anda ke thai,vihara bukan saja tempat ritual keagamaan,masyarakat dan bhikkhu juga bekerja sama melestarikan lingkungan setempat.kalo di indo mirip pesantren.
2. terkadang amulet bisa membantu anda dalam banyak hal positif.
3. kondisi matangnya kamma berasal dari dana yang kamu sumbangkan melalui amulet tersebut.beberapa pihak memang membuat harga amulet mahal,namun kalao anda ke thailand,anda berdana saja seberapa kecil ,seorang bhikkhu akan memberikan anda kenang2an.
amulet thai bukan benda mistik,anda harus bisa membedakan amulet buatan dukun thailand yang juga mirip bhikkhu dengan amulet bhikkhu yang biasa hanya figur Buddha.
saya masih ingat ketika diberi amulet Luangta Maha Boowa. energi yang terkandung di dalam sangat membantu batin anda dalam meditasi.
jadi jgn pandang amulet sebagai ilmu sakti.
4. itu adalah adat Thailand ketika zaman perang kerajaan dulu yang dilestarikan sampai sekarang.amulet diberikan kepada ksatria untuk melindungi diri mereka.
amulet gak ada di tipitaka, yang ada terlindung oleh karma sendiri.Helm juga tidak ada di tipitaka. Apa berarti sebagai umat Buddha tidak perlu pakai helm (karena semua dilindungi karma), atau bagaimana?
amulet gak ada di tipitaka, yang ada terlindung oleh karma sendiri.Helm juga tidak ada di tipitaka. Apa berarti sebagai umat Buddha tidak perlu pakai helm (karena semua dilindungi karma), atau bagaimana?
kalau naik sepeda motor (terutama yg berkecepatan tinggi) yg harus lah pakai helm utk mengurangin resiko terluka. Bila ada yg ingin lebih aman ya selalu memakai helm. jadi kepala selalu terlindung. memang sih kurang nyaman...........Berarti helm juga bermanfaat, bukan?
apakah karma jelek yg berbuah itu spt film the final destination ?Bagaimana kerjanya karma kita tidak tahu, tetapi sepertinya memang bisa saja seperti di film itu, di mana kalau memang waktunya berbuah, dapat berbuah lewat berbagai macam cara.
saya pernah baca cerita Jataka ketika Boddhisatta diberi 'sesuatu' oleh Pacceka Buddha untuk 'perlindungan' gangguan dari makhluk lainnya.
*Apakah amulet dapat membantu perkembangan batin??amulet gak ada di tipitaka, yang ada terlindung oleh karma sendiri.Helm juga tidak ada di tipitaka. Apa berarti sebagai umat Buddha tidak perlu pakai helm (karena semua dilindungi karma), atau bagaimana?
*Apakah amulet dapat membantu perkembangan batin??Objek selalu netral.
*apakah dengan amulet bisa membuat kita lebih "mandiri"??Tanpa pandangan benar, orang menggantungkan kehidupannya pada amulet. Apa bedanya dengan mereka yang juga tanpa pandangan benar, membaca Karaniya Metta Sutta di tempat angker, berpikir "mantra" itu bisa melindunginya?
*apa peranan amulet dalam perkembangan batin??
di Thai banyak sekali kita menjumpai bhikkhu2 theravada menjual amulets yg dipercaya bisa memberikan rejeki, jodoh, keselamatan dan lainnya, di jual dengan harga $20 sampai ratusan dolar... yg sy garisbawahi adalahbro...yang anda katakan SALAH.....
1. Bhikkhu koq jualan/mencari duit dengan menjual amulets ? Apakah untuk kepentingan Vihara atau pribadi ?
2. Koq buddhist menggunakan benda2 seperti itu (amulets), bukankah itu bs menimbulkan pandangan negatif terhadap buddhism, bahwa buddhism sarat dengan hal2 mistik...
3. Buddhist terkenal dengan sistem sebab-akibat/kamma/karma, koq masih percaya keselamatan dan peruntungan diluar diri mereka, walau benda2 seperti itu "mungkin" bs menjadi kondisi mateng nya kamma...
4. Apakah ada ajaran seperti itu didalam transkrip buddhism ? Sy smpat berpikir, apakah buddhism di jaman kerajaan majapahit/jawa dulu runtuh karena bhikkhu2 nya lebih tertarik mendalami pencapaian kemampuan bathin dari pada dhamma tuk pembebasan tertinggi ? karena terlihat hal seperti ini masih terlihat di kultur suku jawa yg banyak dipengaruhi budaya hindu-buddha
bagaimana menurut anda ?
btw, menurut teman saya waktu kerusahan di poso masalah agama,, disana kota nya benar benar tenang...semua masyarakat seperti biasa saja...betul anda benar...amulet tahan peluru itu ADA!! dan digunakan oleh tentara thailand jaman dulu....pada jaman dahulu tentara thailand selalu membawa amulet dan membawa baju zirah yang bertuliskan Yant (semacam huruf2 simbol yang memiliki kekuatan magis) dan salah seorang pernah mencoba ditembak oleh beberapa orang kawannya...alhasil.....hanya baju zirahnya yang kempot kempot kena peluru tapi ia selamat tanpa luka...itulah kekuatan amulet..kekuatan dari amulet adalah Paritta yang dibacakan oleh 1 atau lebih bhikkhu...semakin tinggi tingkat konsentrasi bhikkhu,amulet tersebut semakin kuat...maka kembali lagi,paritta adalah kekuatan bagi bukan hanya amulet tetapi kita semua.....saya sendiri seorang pecinta Thai Amulet dan saya tidak pernah membeli Amulet tetapi diberi oleh Bhikkhu......salam ;D ;D ;D
tapi pas perang disitu keributan dimana mana, disitulah anda bs melihat film mandarin menjadi nyata...
orang pakai ilmu meringankan tubuh bisa terbang, di tembak peluru ga mati, anak panah di lepas bisa kembali dengan membawa leher orang, batu yg besar seukuran 1x1 meter bisa di tendang ke langit sekitar 30 meter oleh wanita.....hehehehe
amulet yg membawa anda tahan peluru itu sebenarnya ada...sy sendiri sudah pernah lihat...cuma jarang mau di ekspos.
Yang anda katakan eh..bukan yang Ajahn Brahm katakan ada benarnya juga....agama buddha adalah agama realitas seperti yang dikemukakan einstein yang sangat mendukung agama buddha.Akibat tradisi Asia yang sangat mempercayai suatu barang yang membawa kekuatan magis,maka agama buddha pun mulai direpresentasikan dalam jimat2....bukan dalam Dhamma Sang buddha...tetapi jujur..saya juga seorang pecinta Thai amulet...karena dari segi seninya....dan saya cukup bangga ketika mengenakan Thai amulet karena saat saya bertemu orang2 yang juga hoby amulet..kadang mereka mengatakan "wah...ini asli nih..dimana belinya?',"wah....amulet ini sangat jarang didapat,bahkan saya yang hobi bertahun2 pun belum dapat yang seperti ini"jadi hanya kebanggaan saja...dari segi kekuatan......mungkin saya hanya percaya 20% saja,bahkan waktu saya memperlihatkan amulet buddha asli yang dibuat dalam rangka ulang tahun King Bhumibol kepada orang lain,mereka mengatakan ini ada kekuatannya,tetapi saya hanya ngangguk2 saja...salam _/\_ _/\_Jimat
Belakangan ini saya suka membuat pernyataan bahwa Buddhisme adalah agama tanpa unsur takhayul. Buddhisme adalah agama yg selalu menekuk keyakinan untuk menyesuaikan dengan realitas, dan tidak pernah sebaliknya. Jangan pernah mengalihkan fakta untuk dipas-paskan dengan keyakinan.
Akan tetapi, ketika kita melihat agama seperti Buddhisme masuk ke dalam budaya masyarakat, orang-orang selalu cenderung menambahkan unsur takhayul ke dalamnya. Misalnya saya melihat sebagian umat memakai liontin Buddha. Tambah lagi, sebagian orang tidak hanya mengenakan satu, tapi dua, tiga, empat, lima, sepuluh, bahkan dua puluh liontin! Mereka pikir liontin itu bisa membawa kemujuran. Jika anda terlalu banyak membawa liontin Buddha di leher anda, itu tidak akan memberi anda kemujuran melainkan sakit leher! Itu juga membuat anda kehilangan uang karena beberapa liontin Buddha ini harganya mahal sekali. Takhayul ini makin ditambah-tambahi lagi di beberapa negara seperti Thailand, tempat saya tumbuh sebagai biksu.
Astaga, kadang saya melihat umat Buddha Thai ini dengan ratusan liontin tergantung di leher mereka. Buat apa? Saya juga membaca sebuat berita besar di koran, ini kisah nyata, beberapa liontin Buddha bisa anda beli dengan harga sangat mahal. Ada seorang jenderal Thai dalam artikel ini yang memiliki sebuah liontin Buddha seharga setengah juta dolar amerika (kira-kira lima milyar rupiah)! Ini bukan main-main, harganya memang sampai segitu.
Jenderal ini membelinya karena katanya medali ini bisa menahan peluru. Ini sangat penting, terutama bagi para prajurit. Jadi, ketika ia berada di baraknya, di markas tentara di luar kota bangkok, ia menyombongkan mengenai liontin mahal yg baru dibelinya yang berkhasiat membuatnya anti peluru.
Ia berkata kepada ajudannya, "Jika kamu tidak percaya, ambil pistolku dan tembak aku!" Si ajudan menganggap ucapan atasannya sebagai perintah. Ia mengambil pistol atasannya dan menembaknya. Apa yang terjadi, saudara-saudara???
Menakjubkan!!!
Jenderal itu mati tertembak. Maka itulah beritanya masuk koran. Jenderal itu mati karena ia memercayai benda "murahan" seperti ini. Karena dia mati, dia juga tidak bisa meminta uangnya kembali.
Mengapa orang-orang masih melakukan hal seperti ini? Mengapa kita masih memiliki takhayul yang merusak wajah sebuah agama? Guru saya, Ajahn Chah, tidak pernah membagi-bagikan liontin. Suatu ketika, ia melihat liontin-liontin mungil dengan foto dirinya. Beliau menyelidiki siapa yang memproduksinya, pergi ke sana, dan menyitanya semua. "Kamu tidak punya izin dari saya, saya tidak setuju dengan ini," tukasnya.
Suatu hari, seorang umat datang, "Ajahn Chah, saya mau minta liontin. Saya ikut wajib militer. Sangat bahaya sekali. Meski kini tidak ada perang, tapi masih banyak bentrokan senjata. Jadi mohon beri saya liontin Buddha untuk melindungi saya dari peluru."
Ajahn Chah menjawab, "Tidak. Tidak bisa." Kata orang itu,"Tolong... tolong... tolong..."
Jawab Ajahn, "Tidak. Tidak. Tidak."
Akhirnya umat ini kesal juga, "Ajah selalu mengajari kami mengenai rasa terima kasih. Saya selama ini selalu memberi Ajahn makanan, mencukupi kebutuhan Ajahn. Setidaknya, rasa terima kasih Ajahn kepada saya adalah memberikan liontin Buddha agar saya terlindung dari peluru!"
Dibujuk-bujuk seperti itu, akhirnya Ajahn Chah melunak juga, "Memang benar tahu terima kasih itu penting. Kamu telah memberikan begitu banyak makanan untuk biksu ini. Kamu telah memberi sumbangan kepada wihara. Baiklah. Saya bisa memberi kamu patung Buddha untuk kamu kalungkan, yang benar-benar akan melindungi kamu dari peluru."
"Hebat! Di mana itu?"
"Itu. Patung Buddha besar di belakang sana. Kalungkan saja di lehermu, saya jamin itu akan melindungimu dari peluru!" Itulah satu-satunya liontin Buddha yang saya jamin bisa melindungi anda dari peluru, cukup sembunyi di baliknya dan anda akan kebal peluru.
Inilah yang kami maksudkan dengan berupaya mengatasi takhayul masyarakat. Ketika mereka tidak memahami kebenaran, mereka akan memiliki takhayul, maka mereka akan mendapat masalah. Sama pula dengan membacakan paritta dari biksu, Anda tidak perlu menjaga kesehatan anda - itu mengundang masalah besar. Atau jika saya mendapatkan pembacaan paritta dari Ajahn Brahm, saya bisa melampaui batas kecepatan karena kamera pengawas tidak bekerja.
Mohon jangan berpikir seperti itu, sebab itu bukanlah esensi Dharma. Suatu hari seseorang menanyai Buddha, "Apakah jika kita melafalkan paritta bagi orang lain, itu akan benar-benar berpengaruh kepada orang itu" Buddha berkata, "Jika engkau hendak mengambil kendi berisi minyak ke telaga lalu memecahkannya di atas telaga itu, maka bagian tanah liat yang berat akan tenggelam ke dasar telaga dan minyaknnya akan mengambang di permukaan." Lalu Buddha menjelaskan, "Seandainya seorang biksu pergi ke tepi telaga itu dan melakukan pembacaan paritta, apakah engaku pikir karena pelafalan itu maka tanah liat akan mengambang dan minyak akan tenggelam? Tentu saja tidak."
Sama pula, makhluk-makhluk akan pergi sesuai dengan karma mereka ketika mereka meninggal. Nyaris seluruh pelafalan di dunia ini tidak akan memengaruhinya. Mungkin jika anda berada di tengah-tengah -- di antara karma baik dan karma buruk, pelafalan bisa memberikan sedikit dorongan, tapi ya cuma itu.
Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!
: menurut saya, amulet itu KERREEEEN... terlebih dengan bumbu-bumbu cerita di dalamnya. Saya sendiri menggunakan amulet karena saya suka dengan desainnya, terlepas daripada amulet itu berkhasiat secara nampak atau tidak nampak. Pengalaman saya menggunakan amulet ini adalah : KETERIKATAN, contoh : harus baca paritta pagi dan malam, menjaga cara bicara supaya tidak menyinggung orang lain, tidak emosian di jalan (saya pengendara motor dan tau sendirilah kondisi "ribet"nya motor dikala macet), dan lain sebagainya. Bagaimana kalau amuletnya hilang? ya mudah-mudahan sudah jadi kebiasaan sehari-hari lah ;D. Hanya terkadang kita memerlukan "STORY" yang menurut kita "HEBAT", "BERKHASIAT", "REJEKI: umumnya ini maunya (tapi gpp umat Buddhis kaya, Bhikkhu terjamin)" dan lain sebagainya. Sekian menurut saya. Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
bagaimana tangapan anda dengan amulet yang dibuat dari darah dan tulang
apakah merepresentasikan dhamma atau keren juga?
mencari dana dgn amulets sah2 saja.. pakai amulets juga sah2 aja..gak ada ruginya,asal jangan ada keterikatan...dulu saya pakai jimat pelindung diri,dari lauya/tatung..boleh dibilang,lebih percaya diri gitu... sejak saya belajar dharma Buddha,sudah tidak pernah pakai lagi sampai sekarang.. ada amulets,hanya taruh dirumah aja... ;D ;D
bagaimana tangapan anda dengan amulet yang dibuat dari darah dan tulang
apakah merepresentasikan dhamma atau keren juga?
di Thai banyak sekali kita menjumpai bhikkhu2 theravada menjual amulets yg dipercaya bisa memberikan rejeki, jodoh, keselamatan dan lainnya, di jual dengan harga $20 sampai ratusan dolar... yg sy garisbawahi adalah
1. Bhikkhu koq jualan/mencari duit dengan menjual amulets ? Apakah untuk kepentingan Vihara atau pribadi ?
2. Koq buddhist menggunakan benda2 seperti itu (amulets), bukankah itu bs menimbulkan pandangan negatif terhadap buddhism, bahwa buddhism sarat dengan hal2 mistik...
3. Buddhist terkenal dengan sistem sebab-akibat/kamma/karma, koq masih percaya keselamatan dan peruntungan diluar diri mereka, walau benda2 seperti itu "mungkin" bs menjadi kondisi mateng nya kamma...
4. Apakah ada ajaran seperti itu didalam transkrip buddhism ? Sy smpat berpikir, apakah buddhism di jaman kerajaan majapahit/jawa dulu runtuh karena bhikkhu2 nya lebih tertarik mendalami pencapaian kemampuan bathin dari pada dhamma tuk pembebasan tertinggi ? karena terlihat hal seperti ini masih terlihat di kultur suku jawa yg banyak dipengaruhi budaya hindu-buddha
bagaimana menurut anda ?
Helm juga tidak ada di tipitaka. Apa berarti sebagai umat Buddha tidak perlu pakai helm (karena semua dilindungi karma), atau bagaimana?berarti helm itu kewajiban donk ya, klo pake helm ditabrak truk masih hidup ga ya ? kan uda pake helm
berarti helm itu kewajiban donk ya, klo pake helm ditabrak truk masih hidup ga ya ? kan uda pake helm
sama seperti pake klo uda pake amulet masi bisa hidup ga ya setelah ditabrak truk ?
berarti helm itu kewajiban donk ya, klo pake helm ditabrak truk masih hidup ga ya ? kan uda pake helm
sama seperti pake klo uda pake amulet masi bisa hidup ga ya setelah ditabrak truk ?
kalau naik sepeda motor (terutama yg berkecepatan tinggi) yg harus lah pakai helm utk mengurangin resiko terluka. Bila ada yg ingin lebih aman ya selalu memakai helm. jadi kepala selalu terlindung. memang sih kurang nyaman...........Berarti helm juga bermanfaat, bukan?
apakah karma jelek yg berbuah itu spt film the final destination ?Bagaimana kerjanya karma kita tidak tahu, tetapi sepertinya memang bisa saja seperti di film itu, di mana kalau memang waktunya berbuah, dapat berbuah lewat berbagai macam cara.
Saya rasa, karena efek Amulet itu tidak kasat-mata, jadi mengarah ke "percaya ga percaya". Entah iya atau ga.
Kalo suatu saat selamat karena pake helm, ini kelihatan jelas (misalnya, kepalanya tidak terbentur trotoar secara langsung, jadi hanya cedera ringan).
Tapi kalo suatu saat selamat, dan pas kebetulan lagi bawa amulet, lalu si amulet ini diangkat sebagai penyelamatnya, maka ini bisa menjadi Tanda-Tanya bagi para skeptis. Nanti muncul perbincangan tentang kekuatan amulet. Yang ini mantap, yang itu kurang mantap, lalu muncullah berbagai spekulasi ini-itu.
Namun, kadang seseorang ingin menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan kekuatan dan juga keselamatan yaitu dengan mempergunakan kekuatan jimat yang merupakan kekuatan dari luar dirinya. Hal ini tentu saja akan menyebabkan ketergantungan. Ia akan gelisah apabila jimatnya ketinggalan, sebaliknya, ia menjadi mantap karena membawa jimat.
Padahal, kalau kekuatan dan keselamatan itu diperoleh dari perilaku diri sendiri, maka seseorang akan selalu mantap kemanapun juga karena mempunyai perbuatan yang terpuji, dan perbuatannya sendiri itulah yang akan selalu menjadi 'juru selamat' untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, jimat dapat diartikan sebagai benda atau apapun bentuknya yang dipergunakan untuk menambah kepercayaan diri dan mengkondisikan keselamatan serta kebahagiaan yang tentunya kurang begitu sesuai dipergunakan oleh seorang umat Buddha karena dapat menimbulkan ketergantungan.
Ada seorang Bhante mengatakan, amulet itu bekerja berdasarkan karma kita, seorang yang memakai amulet haruslah berjiwa bersih, dan tidak lupa untuk tetap melakukan karma baik....
Mengapa demikian, ada sebuah cerita di Thailand dimana seorang bandit memakai amulet, dan biasanya dia kebal dari peluru, karena tidak pernah memupuk karma baik suatu hari dia di berondong peluru, dan anehnya semua peluru mental dan hanya satu butir yang mengena tepat di dahinya..
Jadi bagi pemakai Amulet sebaiknya lebih mawas diri dalam memakainya, apalagi yang di blessing Bhikku
gw pernah di kasih amulet ama pertapa disuruh taruh di altar, katanya setingkat dibawah nya yakha klo gak salah ingat, gmn ngecek nya hahaaaaa ;D ya taruh ya taruh aja, puja bakti ya puja bakti biasa aja _/\_
fungsi nya apa ? kita test langsung fungsi nya... jk tdk berfungsi, ya terserah mau di apain...
jika uda tau amulet itu di lekati seorang yakha, ngpain di hormati dengan menaruh di altar ? #-o
gw pernah di kasih amulet ama pertapa disuruh taruh di altar, katanya setingkat dibawah nya yakha klo gak salah ingat, gmn ngecek nya hahaaaaa ;D ya taruh ya taruh aja, puja bakti ya puja bakti biasa aja _/\_Setahu saya Yakka itu kalo di Islam adalah Jin jika kita bandinginnya berdasarkan ciri-cirinya..... hanya orang yang punya kekuatan Bathin yang bisa kalo anda gak punya kekuatan bathin anda gak bisa tahu....
Setahu saya Yakka itu kalo di Islam adalah Jin jika kita bandinginnya berdasarkan ciri-cirinya..... hanya orang yang punya kekuatan Bathin yang bisa kalo anda gak punya kekuatan bathin anda gak bisa tahu....
yakha itu sejenis genduruwo (CMIIW) klo berdasarkan teori 31 alam kehidupan, masuk alam asura. ada yg mengatakan, yakha awalnya trmsuk alam dewa.
woww [at] atas thanks info nya
tapi meskipun di diami sesuatu bukan berarti "sesuatu" itu memiliki tugas kan ya ? biarkan saja iya gak ?
tp untuk apa juga kita mnyimpan sesuatu yg tidak ada manfaat nya ? apalagi km taruh di altar tuk objek puja, jika km tdk melakukan puja, bs berefek ga tuh, hayo...
dikasih bhante disuruh taro di altar, ya kenang2an aja kali yaa gpp sih gak di puja juga gak masalah, gak disuruh puja ;D
pernah keluarga dikasih kertas merah oleh pak haji, katanya simpan di dompet, bs jaga si pembawa. trus ketika ada orang pinter datang, keluarga gw tanya, apa efek dr kertas merah itu, setelah di liat orang pinter itu blng "ga ada manfaat nya" karena isi kertas merah itu serbuk putih yg berasal dari tulang orang mati yg di tumbuk halus...
nah... klo dah gtu, ngapain lg di simpan ? ya dibakar... klo benda itu dilekati mahluk halus yg ga baik, malah merugikan kita...
yakha itu sejenis genduruwo (CMIIW) klo berdasarkan teori 31 alam kehidupan, masuk alam asura. ada yg mengatakan, yakha awalnya trmsuk alam dewa.
ya coba cari orang yg bs liat mahluk goib, sruh cek apa cm batu biasa atau ada yg lekati.
woww [at] atas thanks info nya
tapi meskipun di diami sesuatu bukan berarti "sesuatu" itu memiliki tugas kan ya ? biarkan saja iya gak ?
Tergantung bro, sebagai contoh saya, dulu saya mengira kalo hanya dengan berbuat baik maka saya kemana-mana fine-fine saja, tetapi ternyata tidak sesimpel itu. Agar tubuh kita tidak mudah di "sentuh" makhluk halus yang jahat kita harus baca paritta setiap hari, makanya saya baru ngerti kenapa orang Islam disuruh sholatnya 5 kali, sedangkan saya baca paritta cuma pas di Vihara saja, lebih dari itu gak pernah. Akibatnya badan sering sakit-sakitan.
Biasanya untuk mengusir makhluk halus yang jahat gangguin kita, maka kita juga harus punya penjaga makhluk halus juga bukannya tiap orang uda punya arakha devata yg jaga yang tentunya telah berikrar untuk menjaga umat Buddha, sebagaimana beberapa dewa yang kita kenal dalam Sutta atau Sutra.
bukannya tiap orang uda punya arakha devata yg jagaYa kalo kita gak sering baca paritta arakha devata gak bisa menghalau.... itu menurut saya....
Ya kalo kita gak sering baca paritta arakha devata gak bisa menghalau.... itu menurut saya....
[/quote
oke broo tq info nya, gw blom pernah ngeliat dan mengalami hal2 seperti itu(mahluk halus dan sejenisnya) _/\_