//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pentingnya Mengembangkan Batin  (Read 1474 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Pentingnya Mengembangkan Batin
« on: 15 October 2008, 10:46:06 PM »
Pentingnya Mengembangkan Batin
Wednesday, 30 January 2008

oleh: Bhikkhu Candakaro

Manusia terdiri dari lahir/materi dan batin (rupa dan nama). Batin (nama) sangat mempengaruhi kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan mendominasi atau bahkan yang mengatur/mengontrol kehidupan manusia. Apakah ia menjadi orang yang baik, atau ingin menjadi orang yang jahat; menjadi orang yang mulia atau tercela; menjadi orang yang bahagia atau menderita. Semua itu batinlah (pikiran) yang menentukan. Untuk itu, kuasai dan aturlah pikiran kita dengan sebaik mungkin, hingga pikiran itu dapat menjadi lentur, jinak, menurut dan mudah diatur.

Apakah mungkin pikiran bisa diatur? Mungkin saja! Buktinya Para siswa Sang Buddha (suciwan-suciwati). Mereka semua telah berhasil mencapai kebebasan (bebas dari belenggu-belenggu/kekotoran-kekotoran batin), dan mereka itulah yang telah berhasil dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Lalu, bagaimanakah dengan kita? Kita ini memang manusia yang masih dalam taraf belajar. Apakah sampai mati? Sampai mati pun kalau kita belum mencapai kesempurnaan batin harus terus belajar, sampai akhirnya kita mencapai kebebasan. Kalau begitu jika dalam kehidupan sekarang kita belum bisa mencapai kebebasan, namun jika keyakinan kita pada Buddha, Dhamma dan Sangha cukup mantap, dalam kehidupan berikutnya kita dapat belajar Dhamma lagi, dan belajar terus dalam kehidupan berikutnya, hingga akhirnya mencapai kebebasan mutlak (Nibbana). Dengan demikian tugas kita sudah selesai.

Di dalam (Itivuttaka. 9), Sang Buddha bersabda: Bagi seorang yang masih belajar dan belum dapat menguasai pikirannya, tetapi tetap bercita-cita mencapai kebebasan walupun masih ada keterikatan dalam dirinya, Aku (Tathagata/Sang Buddha) me-ngetahui bahwa tiada hal yang demikian membantu selain mengendalikan pikiran. (Samyuta Nikaya III, 151), menjelaskan: "Karena kekotoran batin, seseorang akan tercemar. Karena kesucian batin seseorang akan dimuliakan."

Orang akan mengingat dan mencatat dalam pikirannya hal-hal yang menjadi keinginannya, baik di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Karena melakukan hal ini, nafsu keinginan akan muncul, dan orang itu akan dibelenggu oleh keinginan-keinginannya. Pikiran yang penuh dengan nafsu keinginan seperti itu adalah apa yang (Tathagata) sebut sebagai keterikatan/kemelekatan. (Anguttara Nikaya, I.263). Seseorang yang berhasrat untuk mengembangkan batinnya ke tingkat yang lebih tinggi harus memperhatikan lima hal setiap saat. Apakah kelima hal itu?

Pertama: Jika, kita memusatkan pikiran pada satu objek, timbul pikiran jahat yang berakar pada keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, orang itu harus memusatkan pikirannya pada objek yang lebih kuat. Pikiran jahat yang timbulakan lenyap dan pikiran menjadi tentram, tenang, terarah dan terpusatkan. Hal ini seperti tukang kayu yang mencongkel, mendorong, mengeluarkan sebuah pasak yang besar dengan pasak yang kecil.

Kedua: Jika, ketika memusatkan pikiran pada satu objek dengan lebih kuat masih timbul pikiran jahat yang berakar pada keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, orang itu harus merenungkan kerugian-kerugian dari pikiran jahat dan berpikir: "Sesungguhnya, pikiran jahat itu tidak bermanfaat, tercela dan mendatangkan penderitaan." Pikiran jahat yang timbul akan lenyap dan pikiran menjadi tentram, tenang, terarah dan terpusatkan. Hal ini seperti seorang pemuda atau pemudi yang berpakaian bagus, lehernya digantungi dengan bangkai ular, anjing, ataupun manusia, ia akan merasa jijik, muak dan terhina.

Ketiga: Namun jika, ketika merenungkan kerugian-kerugian dari pikiran jahat, masih timbul pikiran jahat yang berakar pada keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, orang itu harus melupakannya, jangan memperhatikannya. Pikiran jahat yang timbul akan lenyap dan pikiran menjadi tentram, tenang, terarah dan terpusatkan. Hal ini seperti seorang yang menutup matanya atau memalingkan wajahnya agar tidak melihat objek yang ada di hadapannya.

Keempat: Tetapi jika, ketika berusaha melupakan dan tidak memperhatikan pikiran jahat itu, masih tetap timbul pikiran jahat yang berakar pada keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, orang itu harus membiarkan pikiran jahat yang timbul mengendap secara perlahan-lahan. Pikiran jahat yang timbul akan lenyap dan pikiran menjadi tentram, tenang, terarah dan terpusatkan. Hal ini seperti seseorang yang tak menemukan alasan untuk berlari, maka ia berjalan. Kemudian karena tak menemukan alasan untuk berjalan, ia berdiri. Selanjutnya karena tak menemukan alasan untuk berdiri, ia duduk. Dan akhirnya karena tak menemukan alasan untuk duduk, ia berbaring. Demikianlah ia berlatih dari setiap sikap badan yang lebih tegang ke lebih replek.

Kelima: Tetapi jika, ketika membiarkan pikiran jahat tersebut mengendap secara perlahan-lahan, masih tetap timbul pikiran jahat yang berakar pada keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, orang itu dengan menggertakkan gigi dan menekankan lidah ke langit-langit mulut, serusaha mengendalikan, menaklukkan, dan menekan pikiran jahat tersebut dengan pikiran baik. Pikiran jahat yang timbul akan lenyap dan pikiran menjadi tentram, tenang, terarah dan terpusatkan. Hal ini seperti seorang yang kuat menundukkan seorang yang lemah dengan menangkap kepala dan bahunya.

Seorang yang dapat melaksanakan kelima hal ini berarti telah menguasai pikiran. Pikiran yang ingin dipikirkan, dipikirkannya. Pikiran yang tak ingin dipikirkan, tak dipikirkannya. Ia telah memutuskan keinginan, melenyapkan keterikatan/kemelekatan, menyingkirkan/melenyapkan kesombongan, dan mengakhiri penderitaan.

Disadur dari kebaktian di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya bulan Desember 1999.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))