//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada  (Read 50793 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #105 on: 14 August 2009, 08:08:04 PM »

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #106 on: 15 August 2009, 12:09:47 AM »
Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “


Oh.. Ini yg dimaksud oleh Daimond di thread lain tentang 'rupang' yg seperti robot itu toh.. Bukan perkataan Sang Buddha, sudah jelas dah.. Bahkan perkataan Sang Buddha kalau memang tdk dpt kita terima boleh saja tuh menolaknya. Masa mau dimakan mentah-mentah?
appamadena sampadetha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #107 on: 18 August 2009, 09:30:22 AM »

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Betul sekali bro

kalau hanya baca secara harafiah dari klaimat berikut di bawah

Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #108 on: 24 September 2009, 01:28:03 AM »

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma. Menurut Mahavamsa Beliau juga bertekad semoga cabang pohon Bodhi lepas dengan sendirinya pada waktu akan ditanam di Srilangka. Cabang pohon Bodhi tersebut masih tumbuh hingga sekarang, setelah lebih dua ribu tahun.

Tekad Beliau agar relik berkumpul lalu membentuk gambaran Beliau dan mengajarkan Dhamma tidak sulit dilakukan oleh Seorang Buddha. Sama seperti ketika Beliau mengajar di surga Tavatimsa, Beliau menciptakan kembaran yang menggantikan Beliau mengajarkan Dhamma persis seperti Beliau, ketika Beliau turun ke Bumi untuk berpindapatta.

Demikian juga dengan relik seorang Arahat. Seorang Arahat bisa bertekad agar sisa tubuhnya setelah kremasi menjadi relik atau tidak. Bahkan di Myanmar ada Bhikkhu yang rambutnya setelah dicukur berubah menjadi relik, padahal beliau masih hidup.

 _/\_
« Last Edit: 24 September 2009, 01:31:22 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #109 on: 24 September 2009, 02:02:34 AM »

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma. Menurut Mahavamsa Beliau juga bertekad semoga cabang pohon Bodhi lepas dengan sendirinya pada waktu akan ditanam di Srilangka. Cabang pohon Bodhi tersebut masih tumbuh hingga sekarang, setelah lebih dua ribu tahun.

Tekad Beliau agar relik berkumpul lalu membentuk gambaran Beliau dan mengajarkan Dhamma tidak sulit dilakukan oleh Seorang Buddha. Sama seperti ketika Beliau mengajar di surga Tavatimsa, Beliau menciptakan kembaran yang menggantikan Beliau mengajarkan Dhamma persis seperti Beliau, ketika Beliau turun ke Bumi untuk berpindapatta.

Demikian juga dengan relik seorang Arahat. Seorang Arahat bisa bertekad agar sisa tubuhnya setelah kremasi menjadi relik atau tidak. Bahkan di Myanmar ada Bhikkhu yang rambutnya setelah dicukur berubah menjadi relik, padahal beliau masih hidup.

 _/\_

mbah fabian, mohon referensi atas kisah di atas, mengenai tekad sebelum Parinibbana yang sepertinya missing dalam Mahaparinibbana Sutta.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #110 on: 24 September 2009, 08:27:30 AM »
Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma.
 _/\_

Benar Sdr. Fabian, Mahavamsa memang menjelaskan seperti itu. Namun agar kita semua tidak salah paham, kita perlu menegaskan bahwa apa yang terjadi, apakah relik itu berkumpul atau menyatu (dua hal yang berbeda antara berkumpul dan menyatu) hanyalah membentuk visual image, gambaran, ilusi dari fisik Buddha, BUKAN Sang Buddha pribadi yang muncul kembali utuh seperti sebelum Beliau parinibbana. Saya rasa anda sepaham dengan penegasan ini.

Demikian

catatan:saya membold tulisan sebagai penegasan
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #111 on: 24 September 2009, 09:33:34 AM »
yup, bagi2 dong mahavamsa-nya........

walau ga gitu bermanfaat, tapi bisa menambah pengetahuan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #112 on: 25 September 2009, 11:34:07 AM »
yup, bagi2 dong mahavamsa-nya........

walau ga gitu bermanfaat, tapi bisa menambah pengetahuan

silahkan http://mahavamsa.org

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #113 on: 02 October 2009, 07:08:41 PM »
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....
« Last Edit: 02 October 2009, 07:11:58 PM by Xan To »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #114 on: 02 October 2009, 10:36:33 PM »
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)
appamadena sampadetha

Offline siung

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #115 on: 03 October 2009, 11:12:59 PM »
kayaknya yang kalian bahas nga ada manfaatnya deh.tidak menuju pencerahan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #116 on: 03 October 2009, 11:18:12 PM »
kayaknya yang kalian bahas nga ada manfaatnya deh.tidak menuju pencerahan.

silahkan Member Siung memulai pembahasan yang bermanfaat dan menuju pencerahan

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #117 on: 06 October 2009, 05:11:38 AM »
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)

Wah kalo itu mah susah atuh hehehe soalnya saya tahunya juga dari bhante......tapi seingat saya juga pernah deh baca disutta......cuma kayaknya bukan bhikkhu tapi upasaka sepertinya, yang berhasil mencapai pencerahan kalo gak salah ingat di Milinda Panha ada dibahas juga.........coba tanya aja sama senior2 disini mungkin ada yang tahu.......... itupun kalo gak salah loh.....

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #118 on: 06 October 2009, 11:02:13 PM »
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)

Wah kalo itu mah susah atuh hehehe soalnya saya tahunya juga dari bhante......tapi seingat saya juga pernah deh baca disutta......cuma kayaknya bukan bhikkhu tapi upasaka sepertinya, yang berhasil mencapai pencerahan kalo gak salah ingat di Milinda Panha ada dibahas juga.........coba tanya aja sama senior2 disini mungkin ada yang tahu.......... itupun kalo gak salah loh.....
yup sante aja.. ;)
appamadena sampadetha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #119 on: 07 October 2009, 09:18:52 AM »
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....

itu yg saya angkat dalam artikel Dua Bahasa di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12639.0.html

kita sering menyamakan bahasa dalam sehari2, utk membahas Dhamma.
Padahal dalam bahasan ini, bahasa sehari2 adalah merujuk ke hasil, yg berbeda dengan bahasa Dhamma yg merujuk ke momen per momen dalam batin

dalam keseharian memang kita bisa melihat orang bisa menangis bahagia. Tapi jika kita lihat kembali secara batin, tidak mungkin menangis yg pada saat bersamaan muncul rasa bahagia

bahkan sering kita lihat org tertawa terbahak2 (lobha) sampai menangis. Itu juga bukan berarti dosa mula citta bercampur loba mula citta pada saat bersamaan
namun berganti2 dalam seperibu trilyun trilyun detik (amat sangat cepat sekali)

itu pernah dibahas mengenai membunuh dengan cinta kasih (mercy killing) atau mencuri ala robin hood