//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ASK] Dititipin link boycott  (Read 16630 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #15 on: 26 June 2013, 07:46:15 PM »
Dimana yah, artikelnya tidak ketemu nihh!

Saya pribadi lagi bimbang, apa boleh dishare atau tidak, apa dampaknya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #16 on: 26 June 2013, 07:51:23 PM »
send pakai pm saja supaya tidak melanggar copyright gitu.

Fairuse lah

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #17 on: 26 June 2013, 07:58:17 PM »
saya bingung juga mau komen apa ttg hal ini...
karena kalau hanya melihat berita2 dari pihak ketiga
dan second hand information, third hand information
memang susah mendapat gambaran sesungguhnya
apa sih yg terjadi di sana ?

tapi dari pengalaman yg sangat terbatas sekali...
dulu pernah ketemu bhikkhu berpassport myanmar tapi dari suku etnis thailand
dan dari ceritanya, memang ada kejadian kepala bhikkhu2 dipenggal oleh suku separatis beragama Islam. Dan kepala2 itu dipajang di sepanjang tepi jalan. Dan itu menimbulkan trauma untuk para bhikkhu yang tinggal di daerah konflik itu. Saya tidak bertanya apakah itu pengalaman langsung bhikkhu itu atau bukan, apakah ia melihat dengan mata kepala sendiri? Tapi tebakan saya, itu kemungkinan besar hanya didengar dari cerita2 orang lain, mungkin berita di koran, tapi hal yang penting, memang trauma dan ketakutan itu nyata. 

Jadi ketegangan SARA ini sudah ada sejak lama. Dan kesalah pahaman, kebencian terpendam, mungkin sudah tertanam pada kedua belah pihak sejak beberapa generasi lalu.

=======================================

Dan dari pengalaman ke Myanmar hanya seminggu lebih. Dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Mungkin agak oot sih, tapi ini kesan yang saya dapat dari org2 di myanmar

Hal pertama. Sewaktu makan siang di restoran, di wc nya ada tatakan untuk menaruh uang ke wc. Tapi tatakan itu terbuka dan uang nya hanya ditaruh saja tanpa dikunci dll. Dan di luar restoran ada banyak pedagang kaki lima, dan anak2 kecil berpakaian lusuh yang berkeliaran, tidak tahu apakah mereka pengemis atau hanya bermain di sana. Tapi uang di WC itu tidak ada yang mengambil, dan org restoran juga sangat santai dan yakin kalau uang ditaruh begitu saja tidak akan diambil siapapun. Dari dugaan saya, org2 itu masih sangat menjaga sila tidak mencuri, masih terbilang lebih lugu dan jujur dari kebanyakan org di negara di luar myanmar.

Hal kedua. Ketika mau membeli sabun, tapi karena masalah komunikasi, ibu2 di warung kayu pinggir jalan ngk mengerti. Setelah guide menjelaskan, malah ibu2 itu langsung memberikan sabun itu tapi tidak mau dibayar. Ternyata karena kami ikut rombongan truk untuk ziarah buddhis, ibu itu bilang ia ingin berdana sabun itu ke saya. Dan guide berkata, sebaiknya diterima sabunnya, kalau dibayar ibunya malah akan sakit hati dan merasa "dana" nya terlalu remeh dan ditolak. Walaupun ekonomi termasuk miskin, tebakan saya budaya dana itu sangat mendarah daging di masyarakat.

Hal ketiga. Orang asing tidak boleh menginap di rumah org lokal, karena polisi akan merazia org lokal itu dan mereka akan mendapat banyak masalah. Bahkan di dalam bus tur kami, org lokal akan mengelak ketika diajak berbicara ttg politik. Karena seperti zaman orba, ada zaman2 kelam banyak mata2 dan org yg berbicara salah bisa tiba2 menghilang. Jadi org sana sangat sensitif dan tidak berani berbicara ttg hal ini.

Hal keempat. Supir taksi masih lumayan jujur, dan meminta ongkos wajar atau sesuai argo, tidak separah di airport India atau airport Indonesia. Dan penjual2 tepi jalan juga memberi harga lumayan wajar, tanpa perlu repot dan capek nego panjang2. Jadi it's quite stress-free to buy things. Dan jam 11 malem di ibukota myanmar, masih ada cewe sendirian nunggu di halte bus, dan dia tampaknya santai2 aja. Dan org2 berjalan di jalan juga santai2 aja malam2. Kalau di Indonesia, saya tidak akan berani menunggu bus sendirian jam 11 malem.

Hal kelima. Akhirnya ketemu juga preman ala myanmar. Dia memukul bus kami, dan berteriak2 sambil mabuk dan meminta uang jalan. Dan baru sadar kalau preman di semua negara, mirip banget tipe2nya.

Malah seminggu di myanmar, bingung sendiri. Ini negara kok kesannya aman amat yag, padahal pikiran saya, harusnya kacau dan banyak militer. Tapi ternyata sampai di sana, malah atmosfer nya santai dan tenang banget. Mungkin karena waktu dan tempatnya aja pas yag? Saya sulit banget membayangkan, bagaimana beberapa bulan kemudian, malah rame berita kerusuhan di sana.  :o

================================

Kalau tebakan dan pendapat saya sendiri. Konflik ini lebih cenderung berakar politik, daripada agama dan suku. Ada pihak2 tertentu yang menyulut agar ketegangan semakin parah, dan mengalihkan issue ke arah kerusuhan.

Saya sulit percaya org2 lokal di Myanmar bisa dengan sendirinya brutal dan bunuh membunuh, bakar membakar, tanpa dipicu oleh pihak2 tertentu. OOT lagi agg...kalau diambil contoh kerusuhan indonesia mei 1998, kebetulan saya dulu tinggal di daerah yg berbatasan dengan perumahan kumuh di atas rel kereta api. Saat kejadian, dari balik jendela rumah, saya melihat banyak abang tukang becak, ibu menggendong bayi, membawa pulang tv, makanan, dll dari hasil menjarah. Memang kalau menurut nalar saya, org2 itu masih lebih mungkin mencuri dan menjarah. Tapi untuk membunuh, membakar, memperkosa, org2 itu masih sulit melakukannya. Lebih besar kemungkinan preman, pemuda2 jalanan, pengangguran yang bisa terpicu untuk melakukan kejahatan yang lebih parah dari mencuri.

Dan kerusuhan2 di myanmar ini juga, saya menebak juga ada unsur politiknya. Seperti militer ingin mengalihkan perhatian ke kerusuhan. Agar kondisi tidak stabil, dalam konflik itu ada pihak2 di belakang layar yang diuntungkan.

============================

anyway, kalau dari harapan saya sih,
agama tidak dibawa2 dalam konflik ini. Dan semoga Sangha di Myanmar juga mencari cara menuju kedamaian. Walaupun ini situasi sulit, tapi ajaran dasar Sang Buddha adalah 5 sila, tidak membunuh,dll. Jika umat Buddhis terpicu untuk membunuh, merusak, apa kata dunia? Sulit sih untuk menilai situasi ini. Karena sulit melihat apa sih hal sebenarnya yang terjadi ? Jadi hanya bisa menebak2 dari luar, dan itu pasti tidak akurat dan sulit melihat kebenaran sesungguhnya, bagaimana situasi di sana?

sorry seribu sorry, oot banget yag?  :hammer:

it is truly a sad situation, for both sides.
May this too will pass
May all being be happy
sadhu sadhu sadhu  _/\_
« Last Edit: 26 June 2013, 08:12:31 PM by bluppy »

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #18 on: 26 June 2013, 08:00:50 PM »
Saya pribadi lagi bimbang, apa boleh dishare atau tidak, apa dampaknya.

minta pm juga dong.
terima kasih bro kelana

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #19 on: 26 June 2013, 08:13:57 PM »
send pakai pm saja supaya tidak melanggar copyright gitu.

Fairuse lah

Sudah di PM
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #20 on: 26 June 2013, 08:15:51 PM »
Sudah di PM

terima kasih. tidak bisa di thank you postnya
jadi ganti GRP  ;D

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #21 on: 26 June 2013, 08:34:35 PM »
wa sudah baca tulisan Hannah Beech ini, memang bisa di bilang tidak seimbang.

Terlihat seolah olah seimbang tapi sebenarnya ada bagian bagian yang hilang.

ini tidak hanya menyangkut Bhikku wirathu dan burma saja tetapi juga termasuk dari srilanka, thailand dll.

Tulisan ini bisa berbahaya mengobarkan api kebencian di asia.


Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #22 on: 26 June 2013, 08:38:06 PM »
Setelah membaca artikel itu.
paragraf terakhir cukup memberi harapan

The Buddhist spirit of forgiveness, though, still exists in the unlikeliest of places. In 2011, Watcharapong Suttha, a monk at Wat Lak Muang, was doing his morning alms, guarded by soldiers, when a bomb detonated. The lower half of his body is covered in shrapnel scars. Now 29 and disrobed, Watcharapong is still traumatized, his eyes darting, his body beset by twitches. But he does not blame an entire faith for his attack. “Islam is a peaceful religion, like Buddhism, like all religions,” he says. “If we blame Muslims, they will blame us. Then this violence will never end.

Seperti kata Gandhi : "An eye for an eye, and the whole world go blind."


Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #23 on: 26 June 2013, 08:43:13 PM »
Harapan saya semoga tidak dibahas secara menyeluruh di sini   ;D

mungkin perlu minta moderator untuk karantina dulu jika ingin membahasnya secara utuh  :)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #24 on: 26 June 2013, 08:48:05 PM »
yak karena masih belum terbit pembahasan di tunda sampai 1 july lewat yaitu tanggal 2 july
« Last Edit: 26 June 2013, 08:49:52 PM by kullatiro »

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: send letter to Time Magazine
« Reply #25 on: 26 June 2013, 10:52:06 PM »
wa sudah menulis surat ke redaksi time magazine tentang cover nya yang bisa membahayakan keselamatan wa sebagai Buddhis  di indonesia

Bagi yang ingin menulis surat ke redaksi time magazine silahkan alamat nya ada di bawah ini.


http://www.time.com/time/letters/email_letter.html

semakin banyak yang menulis tentu nya akan semakin baik.

Makasih sekali bro diamond, anda telah banyak kasih info di thread ini, tadi saya juga masuk sana, tapi saya tidak mengirim surat, karena saya memang belum ingin mengirim, jika saya sudah ingin mengirim nanti akan sy kirimkan. :jempol:
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #26 on: 26 June 2013, 10:53:02 PM »
Saya pribadi lagi bimbang, apa boleh dishare atau tidak, apa dampaknya.
PM aja bro Kelana...saya dikirim juga donk....thx a lot.  ;D
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #27 on: 26 June 2013, 11:00:03 PM »
saya bingung juga mau komen apa ttg hal ini...
karena kalau hanya melihat berita2 dari pihak ketiga
dan second hand information, third hand information
memang susah mendapat gambaran sesungguhnya
apa sih yg terjadi di sana ?

tapi dari pengalaman yg sangat terbatas sekali...
dulu pernah ketemu bhikkhu berpassport myanmar tapi dari suku etnis thailand
dan dari ceritanya, memang ada kejadian kepala bhikkhu2 dipenggal oleh suku separatis beragama Islam. Dan kepala2 itu dipajang di sepanjang tepi jalan. Dan itu menimbulkan trauma untuk para bhikkhu yang tinggal di daerah konflik itu. Saya tidak bertanya apakah itu pengalaman langsung bhikkhu itu atau bukan, apakah ia melihat dengan mata kepala sendiri? Tapi tebakan saya, itu kemungkinan besar hanya didengar dari cerita2 orang lain, mungkin berita di koran, tapi hal yang penting, memang trauma dan ketakutan itu nyata. 

Jadi ketegangan SARA ini sudah ada sejak lama. Dan kesalah pahaman, kebencian terpendam, mungkin sudah tertanam pada kedua belah pihak sejak beberapa generasi lalu.

=======================================

Dan dari pengalaman ke Myanmar hanya seminggu lebih. Dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Mungkin agak oot sih, tapi ini kesan yang saya dapat dari org2 di myanmar

Hal pertama. Sewaktu makan siang di restoran, di wc nya ada tatakan untuk menaruh uang ke wc. Tapi tatakan itu terbuka dan uang nya hanya ditaruh saja tanpa dikunci dll. Dan di luar restoran ada banyak pedagang kaki lima, dan anak2 kecil berpakaian lusuh yang berkeliaran, tidak tahu apakah mereka pengemis atau hanya bermain di sana. Tapi uang di WC itu tidak ada yang mengambil, dan org restoran juga sangat santai dan yakin kalau uang ditaruh begitu saja tidak akan diambil siapapun. Dari dugaan saya, org2 itu masih sangat menjaga sila tidak mencuri, masih terbilang lebih lugu dan jujur dari kebanyakan org di negara di luar myanmar.

Hal kedua. Ketika mau membeli sabun, tapi karena masalah komunikasi, ibu2 di warung kayu pinggir jalan ngk mengerti. Setelah guide menjelaskan, malah ibu2 itu langsung memberikan sabun itu tapi tidak mau dibayar. Ternyata karena kami ikut rombongan truk untuk ziarah buddhis, ibu itu bilang ia ingin berdana sabun itu ke saya. Dan guide berkata, sebaiknya diterima sabunnya, kalau dibayar ibunya malah akan sakit hati dan merasa "dana" nya terlalu remeh dan ditolak. Walaupun ekonomi termasuk miskin, tebakan saya budaya dana itu sangat mendarah daging di masyarakat.

Hal ketiga. Orang asing tidak boleh menginap di rumah org lokal, karena polisi akan merazia org lokal itu dan mereka akan mendapat banyak masalah. Bahkan di dalam bus tur kami, org lokal akan mengelak ketika diajak berbicara ttg politik. Karena seperti zaman orba, ada zaman2 kelam banyak mata2 dan org yg berbicara salah bisa tiba2 menghilang. Jadi org sana sangat sensitif dan tidak berani berbicara ttg hal ini.

Hal keempat. Supir taksi masih lumayan jujur, dan meminta ongkos wajar atau sesuai argo, tidak separah di airport India atau airport Indonesia. Dan penjual2 tepi jalan juga memberi harga lumayan wajar, tanpa perlu repot dan capek nego panjang2. Jadi it's quite stress-free to buy things. Dan jam 11 malem di ibukota myanmar, masih ada cewe sendirian nunggu di halte bus, dan dia tampaknya santai2 aja. Dan org2 berjalan di jalan juga santai2 aja malam2. Kalau di Indonesia, saya tidak akan berani menunggu bus sendirian jam 11 malem.

Hal kelima. Akhirnya ketemu juga preman ala myanmar. Dia memukul bus kami, dan berteriak2 sambil mabuk dan meminta uang jalan. Dan baru sadar kalau preman di semua negara, mirip banget tipe2nya.

Malah seminggu di myanmar, bingung sendiri. Ini negara kok kesannya aman amat yag, padahal pikiran saya, harusnya kacau dan banyak militer. Tapi ternyata sampai di sana, malah atmosfer nya santai dan tenang banget. Mungkin karena waktu dan tempatnya aja pas yag? Saya sulit banget membayangkan, bagaimana beberapa bulan kemudian, malah rame berita kerusuhan di sana.  :o

================================

Kalau tebakan dan pendapat saya sendiri. Konflik ini lebih cenderung berakar politik, daripada agama dan suku. Ada pihak2 tertentu yang menyulut agar ketegangan semakin parah, dan mengalihkan issue ke arah kerusuhan.

Saya sulit percaya org2 lokal di Myanmar bisa dengan sendirinya brutal dan bunuh membunuh, bakar membakar, tanpa dipicu oleh pihak2 tertentu. OOT lagi agg...kalau diambil contoh kerusuhan indonesia mei 1998, kebetulan saya dulu tinggal di daerah yg berbatasan dengan perumahan kumuh di atas rel kereta api. Saat kejadian, dari balik jendela rumah, saya melihat banyak abang tukang becak, ibu menggendong bayi, membawa pulang tv, makanan, dll dari hasil menjarah. Memang kalau menurut nalar saya, org2 itu masih lebih mungkin mencuri dan menjarah. Tapi untuk membunuh, membakar, memperkosa, org2 itu masih sulit melakukannya. Lebih besar kemungkinan preman, pemuda2 jalanan, pengangguran yang bisa terpicu untuk melakukan kejahatan yang lebih parah dari mencuri.

Dan kerusuhan2 di myanmar ini juga, saya menebak juga ada unsur politiknya. Seperti militer ingin mengalihkan perhatian ke kerusuhan. Agar kondisi tidak stabil, dalam konflik itu ada pihak2 di belakang layar yang diuntungkan.

============================

anyway, kalau dari harapan saya sih,
agama tidak dibawa2 dalam konflik ini. Dan semoga Sangha di Myanmar juga mencari cara menuju kedamaian. Walaupun ini situasi sulit, tapi ajaran dasar Sang Buddha adalah 5 sila, tidak membunuh,dll. Jika umat Buddhis terpicu untuk membunuh, merusak, apa kata dunia? Sulit sih untuk menilai situasi ini. Karena sulit melihat apa sih hal sebenarnya yang terjadi ? Jadi hanya bisa menebak2 dari luar, dan itu pasti tidak akurat dan sulit melihat kebenaran sesungguhnya, bagaimana situasi di sana?

sorry seribu sorry, oot banget yag?  :hammer:

it is truly a sad situation, for both sides.
May this too will pass
May all being be happy
sadhu sadhu sadhu  _/\_

Dear Sis Bluppy,
Makasih banget ya story nya, ini bener2 membukakan mata kita situasi disana, karena memang yang kita lihat langsung belum tentu seperti yang diberitakan, sama juga sewaktu ada pemberontakan separatis GAM, Papua Merdeka, dll berita di LN udah seolah2 Indonesia lautan api, padahal kita2 disini happy and enjoy our live.

Catatan perjalanan sis mengamati situasi disana sangat detil amat membantu kita, jadi kita bisa dapat membayangkan secara jelas. Sekali lagi makasih banget ya sis... :jempol: :lotus:

Situasi ini persis sama dengan pengalaman saya, memang benar adanya, kita akan menghadapi masyarakat yang amat JUJUR dan SEDERHANA ketika kita mengunjungi negara Buddhist, dimana ini pasti akan dialami oleh semua orang, silahkan kunjungi Laos, Cambodia, Nepal (Thailand saya kurang tau mungkin sis Yumi yang bisa cerita).
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #28 on: 26 June 2013, 11:03:27 PM »
wa sudah baca tulisan Hannah Beech ini, memang bisa di bilang tidak seimbang.

Terlihat seolah olah seimbang tapi sebenarnya ada bagian bagian yang hilang.

ini tidak hanya menyangkut Bhikku wirathu dan burma saja tetapi juga termasuk dari srilanka, thailand dll.

Tulisan ini bisa berbahaya mengobarkan api kebencian di asia.

Begitukah bro ? masak sih ? sayang sekali saya belum bisa baca (***masih menunggu PM dari bro kelana)
atau bro Diamond/Kullatiro bersedia share, PM pls...thx b4.
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] Dititipin link boycott
« Reply #29 on: 26 June 2013, 11:04:27 PM »
Setelah membaca artikel itu.
paragraf terakhir cukup memberi harapan

The Buddhist spirit of forgiveness, though, still exists in the unlikeliest of places. In 2011, Watcharapong Suttha, a monk at Wat Lak Muang, was doing his morning alms, guarded by soldiers, when a bomb detonated. The lower half of his body is covered in shrapnel scars. Now 29 and disrobed, Watcharapong is still traumatized, his eyes darting, his body beset by twitches. But he does not blame an entire faith for his attack. “Islam is a peaceful religion, like Buddhism, like all religions,” he says. “If we blame Muslims, they will blame us. Then this violence will never end.

Seperti kata Gandhi : "An eye for an eye, and the whole world go blind."

SIIPPPP.... :jempol:
I'm an ordinary human only