//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah mungkin menjalankan bisnis dengan tanpa musavada (berbohong / tidak jujur)?  (Read 86316 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
bagi ogut itu sih tidak ;D

hehe.... itu salah satu contoh...

biar lebih kelihatan ada satu contoh lagi

Prolog : alkisah abunawas baru lulus S1, sudah melamar kerja kebeberapa pabrik tetep aja ketolak gara2 punya tompel dipipi, lalu setelah ditolak di pabrik peleburan, si abunawas mendengar curhatan si bos yang kekurangan batubara dalam jumlah konstan selama setahun untuk tonase yang besar.

Abunawas : mang gak ada yang nawarin batubara? perasaaan banyak yg jual batubara.
Si Bos : emang banyak pel (si tompel maksudnya) tapi pada kagak kuat ngasih stok dalam jumlah besar, kebanyakan musiman
Abunawas : masa sih, coba saya lihat penawaran supplier2 itu
Si Bos : (sambil ngasih setumpuk penawaran) Nih, gila gak dari sekian banyak pada cemen semua
Abunawas : jiah si bos, emang pada gak bisa supplier2 ini mah.
Abunawas : gini bos, saya punya banyak temen yang bisa memenuhi kebutuhan si bos, gmana mau gak
Si Bos : ah yang bener? (sambil gak percaya) saya butuh 20 Ton sebulan selama Setahun Loh.
Abunawas : jehh si bos kagak percayaan, kalau perlu saya buatkan kontraknya sekarang juga (sambil mengeluarkan kertas dengan penuh kepercayaan diri)
Si Bos : mang temen u bisa kirim berapa sebulan?
Abunawas : kebutuhan si bos mah kecil, dia bisa produksi 50 Ton Sebulan.
Si Bos & Abunawas : deal dengan kontrak dan harganya.

note : Abunawas padahal sebelumnya tidak tau apa2 tentang batu bara dan suppliernya


Lalu dalam setahun ternyata Abunawas memenuhi kebutuhan si Bos tanpa cela 8)

Q : Abunawas bohong gak?

Bagi saya si Toko Akal Licin itu berbohong, tapi selama janji sesumbarnya terpenuhi; maka itu adalah hal baik. Dan saya tidak mencela hal itu. Demikian juga kisah Abunawas. ;D

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Bagi saya si Toko Akal Licin itu berbohong, tapi selama janji sesumbarnya terpenuhi; maka itu adalah hal baik. Dan saya tidak mencela hal itu. Demikian juga kisah Abunawas. ;D

untuk dua cerita diatas, dibagian manakah mereka berbohong ???
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
untuk dua cerita diatas, dibagian manakah mereka berbohong ???

Mereka tidak punya stok seperti yang diminta, namun mengaku sudah punya. ;D

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Mereka tidak punya stok seperti yang diminta, namun mengaku sudah punya. ;D

Konsep waktu sanggaattt diperhatikan bagi para pebisnis..

Seorang pebisnis harus mempunyai Visi yang berani dan juga Realistis, biasanya Visi dan Misi bisa muncul bersamaan, itulah yang perlu dilatih oleh pebisnis handal ;D

bagi saya mereka tidak berbohong. Mengenai Stok, mereka berbicara tentang masa depan. bukan saat itu _/\_

The Art of Bussiness is as simple as just art, garis lurus dan kurva bisa membentuk seni yang indah.
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Konsep waktu sanggaattt diperhatikan bagi para pebisnis..

Seorang pebisnis harus mempunyai Visi yang berani dan juga Realistis, biasanya Visi dan Misi bisa muncul bersamaan, itulah yang perlu dilatih oleh pebisnis handal ;D

bagi saya mereka tidak berbohong. Mengenai Stok, mereka berbicara tentang masa depan. bukan saat itu _/\_

The Art of Bussiness is as simple as just art, garis lurus dan kurva bisa membentuk seni yang indah.

Betul! Itu yang sering dinamakan sebagai "mengambil resiko" dalam berbisnis. Jika Bro hatRed mengategorikan mereka sebagai "tidak berbohong", menurut saya lumrah-lumrah saja. Karena pada akhirnya, bisnis berjalan dan tidak ada yang dirugikan. ;)

Setuju lagi. Itulah seni dalam berbisnis.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Betul! Itu yang sering dinamakan sebagai "mengambil resiko" dalam berbisnis. Jika Bro hatRed mengategorikan mereka sebagai "tidak berbohong", menurut saya lumrah-lumrah saja. Karena pada akhirnya, bisnis berjalan dan tidak ada yang dirugikan. ;)

Setuju lagi. Itulah seni dalam berbisnis.
bukan karena pada akhirnya :D

tetapi mereka memang sama sekali tidak berbohong. ;D

note: saya kurang suka dengan istilah "mengambil resiko" karena terkesan seperti mengumpulkan sampah
saya lebih senang dengan istilah "mengambil kesempatan" terkesan seperti mendulang emas
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
bukan karena pada akhirnya :D

tetapi mereka memang sama sekali tidak berbohong. ;D

OK lah kalau begitu. ;D Bro hatRed ada komentar dengan spoiler berikut ini...? :D

Spoiler: ShowHide
Bagi yang tetap ngotot bahwa bisnis ekspor (contohnya) bisa dilakukan tanpa berbohong, tolong jelaskan bagaimana perihal Undervalue Invoice. Jika ada yang bisa menjelaskan dengan tepat sekali bahwa mereduksi nilai harga penjualan adalah bukan kebohongan, maka saya akan berubah pikiran bahwa bisnis ekspor mungkin sekali untuk dijalankan tanpa musavada.

[spoiler];D Jika ada yang belum paham seluk-beluk Undervalue Invoice, bisa tanya saya dulu atau cari tahu sendiri.

[/quote][/spoiler]

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
note: saya kurang suka dengan istilah "mengambil resiko" karena terkesan seperti mengumpulkan sampah
saya lebih senang dengan istilah "mengambil kesempatan" terkesan seperti mendulang emas

Baiklah. Mengambil kesempatan sekaligus mendulang emas dan resiko adalah batu pijakannya.

Offline Harpuia

  • Teman
  • **
  • Posts: 97
  • Reputasi: 9
  • Harpy
1. Konsep peluang, saya adopsi dari konsep CSR.. jadi agak sulit jika harus menguraikan kepada Anda.. Intinya uang memang penting, tapi fokusnya tidak hanya pada uang semata..

2. Sdr. Upasaka, Saya melihat anda menerapkan konsep dualitas dalam menjawab di sini dengan alibi "sesuai dengan kondisi lapangan."
Dan saya melihat ini mengarah ke ketiadaakhiran diskusi.. maka saya langsung to the point..

Intinya Anda sudah membuat suatu kondisi yang merugikan bagi Mr. David, namun ketika Sdr. Indra berkomentar soal itu, Anda dengan cepat mengelak dengan mengatakan : "Kita tidak sedang membicarakan keahlian David". Namun Anda tidak bisa memungkiri bahwa David menerima perjanjian tidak menguntungkan karena kebodohannya.. Kenapa ketika bernegosiasi pada Mr. Okzul, David hanya berkata iya mister, Ok, Baik, Tidak ada negosiasi berapa banyak jumlah container yang dikirim ?

Dan akibat pengkondisian itu, Anda akhirnya ingin mengatakan akhirnya berbisnis itu tidak terlepas dari kebohongan.. Hal ini sama dengan pengkondisian bolehkah membunuh cacing di perut ? Padahal itu akibat keteledoran manusia yang tidak menganut pola hidup sehat, padahal jika pola hidup sehat diterapkan, kita tidak perlu membunuh cacing tersebut di perut..

Sama halnya dengan kejadian di atas, jika saja Mr. David menerapkan pola pikir cerdas, tentu tidak perlu menikam Mr. Okzul dari belakang bukan ?
Dan ketika perjanjian Mr. Okzul tidak menguntungkan dan juga diterima, ya kita juga harus menerima konsekuensi, apakah itu berbohong seperti yang Anda sarankan, atau pun berbuat jujur dan akibatnya kena marah seperti Anda takutkan..

Namun pernahkah terlintas kenapa harus berbohong ? kenapa harus kena marah ? Itu yang membuat manusia jauh lebih berkembang karena menggunakan otak untuk berpikir, dan bukan untuk menyatakan oh bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong.. Dari bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong, maka muncullah pemikiran menjadi kaya itu jahat, dll. Padahal jika saja otak mau sedikit digunakan untuk berpikir.. maka hasilnya bisa menjadi lain..

Dan ini akan menjadi perdebatan tiada akhir jika saya berulah seperti Anda dengan mengatakan, belum tentu Mr. Okzul akan marah, belum tentu jawaban dibutuhkan saat itu juga, dengan blablabla..

Intinya : Memang realita bisnis erat kaitannya dengan berbohong, namun bukan berarti kita harus menerima bahwa bisnis itu harus berbohong..
Kita awal bisa saja berbohong karena kebodohan kita dalam bisnis. Akuilah diri bodoh, maka kita bisa belajar. Seiring dengan kepintaran finansial dan bisnis, kita berupaya menjalankan bisnis tanpa musavada..

3. Siapa suruh bodoh menerima perjanjian yang tidak menguntungkan ?

4. Saat ini, saya hanya ingin mengetahui jawaban Anda secara global, Terima kasih telah menjawab ;d



Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
OK lah kalau begitu. ;D Bro hatRed ada komentar dengan spoiler berikut ini...? :D




:)) kan dah dijawab sama postingan yg ini

Berbisnis agar sesuai semangat Buddhisme tentu harus dipilih pilih, ada yang sesuai dan ada yang malah bertolak belakang.

jadi tidak semua bisnis bisa diaplikasikan semangat Buddhisnya, contoh bisnis penjagalan binatang ternak, bisnis prostitusi, bisnis narkoba dan lain lain.


undervalue invoice yah  >:D

hehe.. semua importir kebanyakan minta gitu tuh...    :)) ^:)^

untuk pemecahannya gmana yah  :-? kurang tau ekspor impor sih, mungkin bisa disamarkan ke bunga  :D

alih alih pembayaran kredit jadi harga jual rendah, tapi harga bayar tinggi :))

tapi kebanyakan ex-im itu mesti lunas dimuka yah  :))
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Quote from: Harpuia
1. Konsep peluang, saya adopsi dari konsep CSR.. jadi agak sulit jika harus menguraikan kepada Anda.. Intinya uang memang penting, tapi fokusnya tidak hanya pada uang semata..

OK, saya paham kok. ;D Ada pebisnis yang materialistis dan ada yang tidak. Dan kamu memposisikan sebagai pebisnis yang tidak materialistis. Begitu kan? ;D


Quote from: Harpuia
2. Sdr. Upasaka, Saya melihat anda menerapkan konsep dualitas dalam menjawab di sini dengan alibi "sesuai dengan kondisi lapangan."
Dan saya melihat ini mengarah ke ketiadaakhiran diskusi.. maka saya langsung to the point..

Intinya Anda sudah membuat suatu kondisi yang merugikan bagi Mr. David, namun ketika Sdr. Indra berkomentar soal itu, Anda dengan cepat mengelak dengan mengatakan : "Kita tidak sedang membicarakan keahlian David". Namun Anda tidak bisa memungkiri bahwa David menerima perjanjian tidak menguntungkan karena kebodohannya.. Kenapa ketika bernegosiasi pada Mr. Okzul, David hanya berkata iya mister, Ok, Baik, Tidak ada negosiasi berapa banyak jumlah container yang dikirim ?

:)) Kamu salah paham... Saya tidak membahas kesalahan David dalam mengkoordinir bisnisnya. Sekarang saya tanya ke semua orang yang idealis:

- Jika kamu melakukan kesalahan koordinasi bisnis seperti David
- Jika customer Turki kamu sudah makin melempem, dan omzet kamu semakin menurun
- Jika kamu kedapatan prospek baru dari pebisnis Turki yang lain
- Kamu mau ambil atau tidak?

Atau kalian malah sibuk memarahi diri sendiri sebagai tidak cakap dalam mengkoordinasi bisnis? :D Got the point?


Quote from: Harpuia
Dan akibat pengkondisian itu, Anda akhirnya ingin mengatakan akhirnya berbisnis itu tidak terlepas dari kebohongan.. Hal ini sama dengan pengkondisian bolehkah membunuh cacing di perut ? Padahal itu akibat keteledoran manusia yang tidak menganut pola hidup sehat, padahal jika pola hidup sehat diterapkan, kita tidak perlu membunuh cacing tersebut di perut..

Memangnya ada orang yang hidup sampai sekarang namun tidak pernah cacingan? ;D Itu absurd.


Quote from: Harpuia
Sama halnya dengan kejadian di atas, jika saja Mr. David menerapkan pola pikir cerdas, tentu tidak perlu menikam Mr. Okzul dari belakang bukan ?
Dan ketika perjanjian Mr. Okzul tidak menguntungkan dan juga diterima, ya kita juga harus menerima konsekuensi, apakah itu berbohong seperti yang Anda sarankan, atau pun berbuat jujur dan akibatnya kena marah seperti Anda takutkan..

Iya, David tidak cerdas. Bodoh. Tolol. Bego. Idiot. Lalu kalau kamu ceroboh dan berada dalam posisi David, apa yang kamu lakukan? :D


Quote from: Harpuia
Namun pernahkah terlintas kenapa harus berbohong ? kenapa harus kena marah ? Itu yang membuat manusia jauh lebih berkembang karena menggunakan otak untuk berpikir, dan bukan untuk menyatakan oh bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong.. Dari bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong, maka muncullah pemikiran menjadi kaya itu jahat, dll. Padahal jika saja otak mau sedikit digunakan untuk berpikir.. maka hasilnya bisa menjadi lain..

Wah, ini jawaban yang sangat berani. Ada tanggapan soal Undervalue Invoice? :D


Quote from: Harpuia
Dan ini akan menjadi perdebatan tiada akhir jika saya berulah seperti Anda dengan mengatakan, belum tentu Mr. Okzul akan marah, belum tentu jawaban dibutuhkan saat itu juga, dengan blablabla..

Kalau tidak percaya dengan kata-kata saya juga tidak apa-apa. ;)


Quote from: Harpuia
Intinya : Memang realita bisnis erat kaitannya dengan berbohong, namun bukan berarti kita harus menerima bahwa bisnis itu harus berbohong..
Kita awal bisa saja berbohong karena kebodohan kita dalam bisnis. Akuilah diri bodoh, maka kita bisa belajar. Seiring dengan kepintaran finansial dan bisnis, kita berupaya menjalankan bisnis tanpa musavada..

Betul. Sebisa mungkin untuk tidak berbohong dan saya selalu menerapkan prinsip itu. Namun jika memang harus berbohong, saya tidak munafik. ;D


Quote from: Harpuia
3. Siapa suruh bodoh menerima perjanjian yang tidak menguntungkan ?

Benar. Bodoh, idiot, goblog. ;D Asyik sekali memaki David hari ini. Lalu kalau kamu baru buka bisnis dan butuh "customer apa aja", dan kemudian punya customer seperti Mr. Okzul. Bagaimana? Ada komentar?


Quote from: Harpuia
4. Saat ini, saya hanya ingin mengetahui jawaban Anda secara global, Terima kasih telah menjawab ;d

Sama-sama Bro. Asyik juga berdiskusi dengan kamu. ;)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Quote from: hatRed
:)) kan dah dijawab sama postingan yg ini

Bisnis ekspor kopi kan tidak melanggar moralitas. Namun butuh Undervalue Invoice. :P Jadi bagaimana? Umat Buddha tidak perlu main bisnis ini aja yah? :P


Quote from: hatRed
undervalue invoice yah  >:D

hehe.. semua importir kebanyakan minta gitu tuh...    :)) ^:)^

untuk pemecahannya gmana yah  :-? kurang tau ekspor impor sih, mungkin bisa disamarkan ke bunga  :D

alih alih pembayaran kredit jadi harga jual rendah, tapi harga bayar tinggi :))

tapi kebanyakan ex-im itu mesti lunas dimuka yah  :))

Tidak selalu lunas di muka. Pembayaran bisa kredit atau menggunakan LC. Tidak ada pemecahan solusi. Solusinya hanya menerbitkan Undervalue Invoice. :D

Offline Harpuia

  • Teman
  • **
  • Posts: 97
  • Reputasi: 9
  • Harpy
Sdr. Upasaka..

Anda juga idealist.. Anda idealist pada pemikiran Anda bahwa bisnis itu harus berbohong.. ;D
Anda terlalu sibuk untuk mengumbar ego agar "Anda menang dan benar" bahwa bisnis itu harus berbohong..

Makanya Anda hanya mengkondisikan pertanyaan seperti ini ;

- Jika kamu melakukan kesalahan koordinasi bisnis seperti David
- Jika customer Turki kamu sudah makin melempem, dan omzet kamu semakin menurun
- Jika kamu kedapatan prospek baru dari pebisnis Turki yang lain
- Kamu mau ambil atau tidak?

Tapi Anda tidak berpikir untuk bagaimana solving problem tanpa menyakiti pebisnis lain :)
Dan jika menyakiti, lakukan secara gentle ..

Jika saya bertindak seperti cara Anda berpikir.. Saya juga bisa bertanya..

- Bagaimana jika Anda ketahuan berbohong dan omset kamu semakin menurun
- Jika tidak ada prospek bisnis lain karena anda tidak dipercaya lagi.. anda akan bagaimana ?


Jawaban dari pertanyaan Anda akan menghasilkan : "bahwa kita harus berbohong.."
JAwaban dari pertanyaan saya akan menghasilkan : "bahayanya berbohong.."

Mudah2an Sdr. Upasaka bisa menangkap essensinya..


Intinya kita diberi pilihan untuk memilih koq.. Dan kenapa saya katakan saya langsung to the point  tidak mendebat pendapat Anda..
karena pola pikir Anda berbeda dengan saya.. Saya tidak tertarik untuk mengubahnya..  dan hanya akan menghasilkan debat tiada akhir.. ;D













 

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male

Bagi teman-teman yang sering minum Pocari Sweat, coba deh beli kemasan kaleng 330 ml dan kemasan botol 350 ml. Coba minum kemasan kaleng, setelah itu coba minum kemasan botol. Pasti yang kemasan kaleng 330 ml terasa lebih asin. :D

Spoiler: ShowHide
Contoh kasus yang disebutkan Bro johan3000 ini saja sudah menunjukkan bahwa sebenarnya ada "kecurangan" yang dilakukan dalam bisnis. Apa lagi yang perlu disangkal??



Saya heran kenapa rasa yang lebih asin disebut curang? Apakah karena dicurigai bahwa yang kemasan botol garamnya dikurangi?  :-?

Rasa asin pada kemasan kaleng dikarenakan penggunaan nitrogen, fungsi nitrogen adalah untuk menggembungkan kemasan kaleng yang tipis, sehingga walau tipis, kemasan tidak gampang penyok dan tampilan tetap baik. Nitrogen juga digunakan untuk mengisi udara ban kendaraan bermotor.
yaa... gitu deh

Offline freecloud79

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Dalam Tahap Belajar Dhamma
Tentang abunawas dari bro hatred :

pada awalnya abunawas tetap saja berbohong ... padahal dia tidak tahu apa2 soal batubara tetapi setelah teken kontrak si abunawas berusaha memenuhi permintaan si bos akan kebutuhan batubara 20 ton per bulan yah mungkin comot sana comot sini, ambil dari si A si B si C dst untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini tetap saja abunawas sudah berbohong dari awalnya. <--- ini adalah cerita seribu satu malam

Kalau in real life si bos membutuhkan stok 20 Ton batubara sebulan, sementara supplier2nya yg katanya di cerita abunawas proposal penawaran mereka tidak ada yg bisa memenuhi kebutuhan 20 Ton sebulan, kenyataannya di real life malahan ada yg mark up sendiri sampe 100 Ton perbulan.  ;D

IMO ... dalam berbisnis tidak akan lari jauh dari yang namanya kata "JUDI" alias jujur dilarang. <--- ini adalah dosen manajemen bisnis yang ajarkan kepada saya sewaktu kuliah.

prinsipnya asal bisnisnya tidak merugikan kedua belah pihak yg berbisnis dan bisnisnya tidak bersifat merugikan kepentingan orang banyak, dan yang paling penting bisnisnya tidak bersifat penipuan.

udah berbohong menipu lagi dan makan orang (ciak lang) <--- ini paling berabe

lagian IMO lagi nih orang yg berbisnis adalah tergolong manusia yg belum melepas dan masih melekat kepada keduniawian, jadi wajar saja lah, gak heran loh.

kecuali si pebisnis sudah melepas keduniawian seperti Guru Buddha yang agung dan bijaksana, baru bisa menjalankan sila dengan sempurna.

Selagi kalau masih sebagai umat biasa, tetap saja tidak ada kesalahan yang tak pernah kita lakukan. jangankan umat biasa... ada juga orang-orang tertentu yang statusnya sudah bhikkhu juga belum bisa menjalankan sila dengan sempurna apalagi pebisnis atau umat biasa.

Dharma itu luas untuk kita pelajari dan kita kaji tidak sekedar memakai standard 1+1 = 2

"Musavada veramani sikkhapadam samadiyami", yang artinya adalah bertekad melatih
diri menghindari perkataan yang tidak benar.

mencakup:
 
berbohong, menipu dan sejenisnya
memfitnah, menuduh dan sejenisnya
berkata kasar, memaki dan sejenisnya
omong kosong, gossip, ngrumpi dan sejenisnya

(dalam hal sila di atas, IMO mungkin cakupannya sangat luas..., kita yang belum mencapai pencerahan gak akan bisa menjabarkan dengan jelas) apalagi di dunia modern sekarang

Kalau saja Buddha Gotama masih hidup di bumi tempat kita hidup sekarang ini, saya yakin apabila kita bertanya kepada beliau, mengenai dunia bisnis mengenai pembohongan untuk dapat meraih profit,kontrak dan customer dan lain sebagainya, pasti akan dijelaskan oleh Beliau secara mendetail  :), dan saya yakin sekali Beliau pasti akan memberikan solusi yang terbaik buat kita semua.

Namo Buddhaya...

Me ?? Just flowing with the wind hehehehe






 
Sabbe Satta Dukka Pamuccantu
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

 

anything