bro satria pernah gak kepikiran buat buku memuat cerita seperti ini.. ada bagus nya juga lho..
kepikiran banget, bro Forte. sya ingin mencatat berbagai kejadian yang saya alami dalam sebuah buku serta mempubilkasikannya. tapi ada beberapa hal yang membuat saya menahan diri dari niat tersebut, diantaranya :
1. sya membutuhkan sedikit gambaran mengenai "daya penerimaan masyarakat" sebelum saya mempublikasikan buku saya.
dengan cara saya mempostig cerita sperti ini di beberapa forum online, saya bisa mendapatkan gambaran tentang "bagaimaan penerimaan masyarakat" terhdap kisah-kisah yang saya bawakan. dan hasilnya lumayan membingungkan, karena satu kisah yang sngat diterima baik di suatu komunitas, ditolak keras oleh komunias lainnya. satu komunitas sangat menyukainya, dan komunitas lainnya sangat membencinya.
Kisah "Perjumpaan dengn Yesus" misalnya, itu diterima baik di kalangan kr****n, mereka merasa kagum dan tersentuh. tapi di kalangan muslim dan buddhis, kisah perjumpaan yesus itu menjadi bahan olok-olokan. demikian juga, suatu kisah yang menyentuh komunitas muslim, justru sangat dibenci oleh komunitas kr****n.
hal itu membuat saya berpikir, bahwa jika saya menerbitkan buku yang memuat kisah-kisah spiritual atau pengalaman pribadi, ada kemungkinan menjadi beban berat, karena komunitas-komunitas tertentu akan membenci, kendatipun komunitas tertentu menyukai.
lainnya halnya dengan berita-berita aktual yang saya tulis di koran, sama sekali tidak mengandun beban, karena yang saya ceritakan adalah orang lain, bukan diri sendiri.
2. untuk biaya cetak, mungkin bisa saya usahakan sendiri antara 10 hingga 20 juta rupiah. tapi, setelah dicetak, saya tidak mengetahui kemana saya harus menjual?
ini menjadi alasan saya kedua. saya memang seornag wartawan dan bisa mencari informasi tentang hal tersebut, tapi terus terang, redaksi selalu menugasi saya melibut berita tntang kasus-kasus korupsi, jadi saya tidak sempat mencari-cari informasi tentang teknik pendistribusian buku.
3.Penolakan dari Penerbit
saya pernah menawarkan buku saya ke beberapa penerbit, tapi mereka menolak, dengan alasan mereka tidak menerbitkan buku yang membuat cerita-cerita fiktif, cerpen, novel, dll. dan lainnya menolak karena konten dari buku itu dianggap bisa menimbulkan kontroversi.
tadinya kan, kalau buku saya diterima oleh sebuah penerbit, tentu saya tinggal menerima royalti dan tidak usah bingung menjualnya sndiri.
sebenarnya, banyak penerbit yang menawari saya menulis buku, tapi mereka sudah menentukan judul atau temanya sendiri. selalu tidak cocok dengan yang saya harapkan, jadi di sisi lain, saya menolak penerbit.
contoh, sebuah penerbit menawari saya untuk menulis buku "Seni Budaya dan Keterampilan". walaupun dibayar mahal, itu saya gak minat.
dan masih ada alasan lainnya.
jadi, bro Forte, memang saya berniat membukukan pengalaman pribadi saya, tapi masih banyak kendala.