//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dari BUDHA Hingga YESUS  (Read 221883 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #105 on: 29 September 2011, 03:09:05 PM »
Mengenai pertanyaan Sugianto yang tentang Anatta, saya ingat pernah baca:

Ada seorang siswa Sang Buddha yang berpandangan salah dengan berpikir bahwa "diri" Sang Buddha adalah sama dengan "diri" Sang Buddha di kehidupan-kehidupan lampau-Nya sejak beliau masih sebagai Bodhisatta. Ia mengambil kesimpulan demikian karena mengingat kisah-kisah masa lampau Sang Buddha yang diceritakan oleh Buddha sendiri.

Ini mirip dengan kasus "Ogut". Kalau gak salah di Digha Nikaya, tapi saya cari-cari gak ketemu.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #106 on: 29 September 2011, 03:44:11 PM »
panjang, capek, perlu makan vitamin...
=))
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #107 on: 29 September 2011, 03:57:37 PM »
Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D

Salam Metta;

Jika Anda berminat memahami anatta secara mendalam anda  bisa mencari artikel artikel tentang anatta di website. Untuk memahami anatta lebih mendalam anda juga harus memahami proses tumimbal lahir seseorang.

Tetapi jika anda tidak ingin terlibat secara teknis dan hanya ingin memahami dan mengambil manfaatnya sekarang dalam kehidupan ini juga mungkin penjelasan saya yg sederhana ini dapat membantu memahami ajaran anatta . Setelah memahami dan mendapatkan manfaatnya anda bisa mempelajari lebih dalam lagi dari ajaran anatta.


Secara sederhana ajaran anatta seperti ini
Ketika anda dikritik atau dihina teman sekantor anda karena adanya ego yang kuat maka anda tidak bisa menerimanya. Anda merasa marah dan kesal. Dada anda menjadi sesak dan darah menuju ke kepala anda. Dan kebetulan yang menghina anda adalah atasan anda sehingga anda tidak bisa berbuat apa - apa untuk mengatasinya. Anda hanya bisa marah dan kesal. Bayangkan anda setiap hari harus bersamanya selama 8 jam dan setiap hari harus menerima hinaan ini. Setiap hari pulang kerja anda marah marah di rumah. Istri dan anak anda menjadi sasaran kemarahan anda.
Anda mengalami penderitaan dan penderitaan ini menular ke keluarga anda.

Akhirnya untuk mengatasi penderitaan ini anda menemukan suatu cara, ketika anda dimarah oleh atasan anda, anda menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya. Walaupun cara ini tidak bisa 100 % mengurangi penderitaan ini, tetapi paling tidak penderitaan anda bisa berkurang kecuali jika anda bisa mempraktekkan anatta 100%. Walaupun anda mendengar, tetapi anda membiarkannya berlalu, lewat dan tidak menyimpannya dalam pikiran. Anda membiarkannya berlalu tanpa menahannya dan memikirkan apa yang diucapkan oleh atasan anda. Secara tidak sadar anda sebenarnya sedang mempraktekkan dharma tentang ajaran anatta walau dalam batas - batas tertentu.
 
Dengan cara seperti ini maka anda bisa mengambil manfaatnya dari ajaran anatta. Jika anda menggenggam erat adanya diri /ego yang kuat, ketika anda dihina maka ada diri yang merasa terhina, ada diri yang selalu mengingat ucapan kasar dari atasan anda. Ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan anda walaupun anda sedang berada di rumah dengan keluarga. Bagaimana anda bisa terlepas dari penderitaan jika adanya diri yang selalu membawa beban mental seperti itu kemanapun dia pergi?

Dan satu hal jika anda memahami anatta secara benar, tiada diri, maka anda juga mengerti segala hal muncul dan lenyap. Anda tidak melekat dan bergantung pada hal yang muncul dan lenyap, pada hal yang tidak kekal. Seperti halnya anda tidak melekat pada ucapan atasan anda, karena tanpa adanya diri, maka anda membiarkannya berlalu, tidak ada yang dihina, tidak ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan tsbt yg kasar.

Demikian penjelasan praktis tentang anatta dari saya yang masih belum menemukan kebenaran dan belum sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #108 on: 29 September 2011, 04:04:09 PM »
Jika Anda berminat memahami anatta secara mendalam anda  bisa mencari artikel artikel tentang anatta di website. Untuk memahami anatta lebih mendalam anda juga harus memahami proses tumimbal lahir seseorang.

Tetapi jika anda tidak ingin terlibat secara teknis dan hanya ingin memahami dan mengambil manfaatnya sekarang dalam kehidupan ini juga mungkin penjelasan saya yg sederhana ini dapat membantu memahami ajaran anatta . Setelah memahami dan mendapatkan manfaatnya anda bisa mempelajari lebih dalam lagi dari ajaran anatta.


Secara sederhana ajaran anatta seperti ini
Ketika anda dikritik atau dihina teman sekantor anda karena adanya ego yang kuat maka anda tidak bisa menerimanya. Anda merasa marah dan kesal. Dada anda menjadi sesak dan darah menuju ke kepala anda. Dan kebetulan yang menghina anda adalah atasan anda sehingga anda tidak bisa berbuat apa - apa untuk mengatasinya. Anda hanya bisa marah dan kesal. Bayangkan anda setiap hari harus bersamanya selama 8 jam dan setiap hari harus menerima hinaan ini. Setiap hari pulang kerja anda marah marah di rumah. Istri dan anak anda menjadi sasaran kemarahan anda.
Anda mengalami penderitaan dan penderitaan ini menular ke keluarga anda.

Akhirnya untuk mengatasi penderitaan ini anda menemukan suatu cara, ketika anda dimarah oleh atasan anda, anda menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya. Walaupun cara ini tidak bisa 100 % mengurangi penderitaan ini, tetapi paling tidak penderitaan anda bisa berkurang kecuali jika anda bisa mempraktekkan anatta 100%. Walaupun anda mendengar, tetapi anda membiarkannya berlalu, lewat dan tidak menyimpannya dalam pikiran. Anda membiarkannya berlalu tanpa menahannya dan memikirkan apa yang diucapkan oleh atasan anda. Secara tidak sadar anda sebenarnya sedang mempraktekkan dharma tentang ajaran anatta walau dalam batas - batas tertentu.

 
Dengan cara seperti ini maka anda bisa mengambil manfaatnya dari ajaran anatta. Jika anda menggenggam erat adanya diri /ego yang kuat, ketika anda dihina maka ada diri yang merasa terhina, ada diri yang selalu mengingat ucapan kasar dari atasan anda. Ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan anda walaupun anda sedang berada di rumah dengan keluarga. Bagaimana anda bisa terlepas dari penderitaan jika adanya diri yang selalu membawa beban mental seperti itu kemanapun dia pergi?

Dan satu hal jika anda memahami anatta secara benar, tiada diri, maka anda juga mengerti segala hal muncul dan lenyap. Anda tidak melekat dan bergantung pada hal yang muncul dan lenyap, pada hal yang tidak kekal. Seperti halnya anda tidak melekat pada ucapan atasan anda, karena tanpa adanya diri, maka anda membiarkannya berlalu, tidak ada yang dihina, tidak ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan tsbt yg kasar.

Demikian penjelasan praktis tentang anatta dari saya yang masih belum menemukan kebenaran dan belum sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'


Kalau demikian penjelasan anatta, maka orang kepala batu dan super apatis adalah orang yang telah merealisasi nibbana. Saya tidak setuju dengan ilustrasinya.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #109 on: 29 September 2011, 04:18:52 PM »

[...]

Akhirnya untuk mengatasi penderitaan ini anda menemukan suatu cara, ketika anda dimarah oleh atasan anda, anda menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya. Walaupun cara ini tidak bisa 100 % mengurangi penderitaan ini, tetapi paling tidak penderitaan anda bisa berkurang kecuali jika anda bisa mempraktekkan anatta 100%. Walaupun anda mendengar, tetapi anda membiarkannya berlalu, lewat dan tidak menyimpannya dalam pikiran. Anda membiarkannya berlalu tanpa menahannya dan memikirkan apa yang diucapkan oleh atasan anda. Secara tidak sadar anda sebenarnya sedang mempraktekkan dharma tentang ajaran anatta walau dalam batas - batas tertentu.

Ketika atasan marah, lalu kita berusaha mengingat-ingat paham-tentang-ketiadaan-diri agar kita bisa tenang, menurut saya ini sama saja dengan "menghibur diri", atau boleh juga dikatakan "permainan mindset".

Menurut saya, Anatta bukanlah sesuatu yang dipraktikkan, tapi ditembus. Cara menembusnya adalah melalui praktik meditasi Vipassana, yaitu memperhatikan timbul-lenyapnya fenomena jasmani dan batin.

Quote
Dengan cara seperti ini maka anda bisa mengambil manfaatnya dari ajaran anatta. Jika anda menggenggam erat adanya diri /ego yang kuat, ketika anda dihina maka ada diri yang merasa terhina, ada diri yang selalu mengingat ucapan kasar dari atasan anda. Ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan anda walaupun anda sedang berada di rumah dengan keluarga. Bagaimana anda bisa terlepas dari penderitaan jika adanya diri yang selalu membawa beban mental seperti itu kemanapun dia pergi?

Dan satu hal jika anda memahami anatta secara benar, tiada diri, maka anda juga mengerti segala hal muncul dan lenyap.Anda tidak melekat dan bergantung pada hal yang muncul dan lenyap, pada hal yang tidak kekal. Seperti halnya anda tidak melekat pada ucapan atasan anda, karena tanpa adanya diri, maka anda membiarkannya berlalu, tidak ada yang dihina, tidak ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan tsbt yg kasar.

Demikian penjelasan praktis tentang anatta dari saya yang masih belum menemukan kebenaran dan belum sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'

Anda terbalik. Memperhatikan terus-menerus muncul dan lenyapnya fenomena, barulah bisa menembus Anatta.
« Last Edit: 29 September 2011, 04:22:35 PM by Mayvise »

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #110 on: 29 September 2011, 09:38:56 PM »
Hahaha.... sebenarnya diskusi di sana tidak usah terlalu diurusin.. terlihat sekali user Kristiani seperti Buddha Josaphat itu tidak paham sama sekali kondisi dunia dan agama Buddha, bahkan kisah Ambapali aja bisa dipelintir dan keliru.

BJ says:
Quote
Saya heran komentar para umat Buddhis yg bersifat reaksi dan negative thinking, belum beli dan baca bukunya udah pada ketakutan………..Contohlah teladanku, saya tidak pernah takut baca buku2 kalangan Buddhis……… :)

Sharing aja ya, saya umat Buddhis yang suka baca ajaran Kristiani dan pembahasan para pendeta kr****n ttg agama Buddha, mulai dari Ravi Zacharias, sampai dosen saya dulu di UK Petra, bahkan buku yang ditulis oleh mantan penganut Mahayana yang akhirnya jadi pengikut Kristian Khatolik 'The Unexpected Way'. Saya juga sudah baca habis buku "Ketika Alkitab Dipertanyakan" dari Ravi Zacharias dan saya membuat bahasan yang menolak keseluruhan isi buku tersebut. Saya juga pernah baca buku / artikel jawaban pihak" Kristiani atas kontradiksi" yang ada dalam Alkitab. Saya juga pernah membuat artikel bahasan panjang yang membahas klaim-klaim tidak bertanggungjawab tentang Kristiani di Jepang, dengan meneliti semua tulisan dari pihak Kristiani. Saya juga belajar tentang sejarah bertemunya agama Buddha dan Kristiani di sepanjang sejarah dunia, dari zaman pertengahan sampai zaman modern.

Dari TK sampai SMU saya dijegoki pelajaran Agama Kristiani Protestan, sampai kuliah juga dengan mata kuliah filsafat agamanya. Maka dari itu bukankah salah sekali kalau ada orang yang berpendapat bahwa para umat Buddhis dan user Dhammacitta dibilang tidak ada yang berani baca buku Kristiani! Salah besar! Karena saya sangat suka mempelajari segala beluk dan segala macam interpretasi Kristiani, bahkan suka mupeng pengen tau dan pergi  ke Gereja Katholik dan Protestan Karismatik dengan bahasa roh-nya dan saya tetap memilih ajaran Sang Buddha., bahkan gara" buku propaganda Kristiani itu, saya malah jadi tambah tambah yakin sama Buddhisme.  :)

Quote
Duka merupakan refleksi dari suka manusia…..manusia tahu adanya sukacita karena adanya dukacita…….Dua sisi ini menyatu didalam diri manusia……Jika kita menolak dukacita maka kita juga menjauhkan sukacita………..Tidak adanya dukacita, membuat kita tidak bisa mensyukuri apa itu sukacita…………..

Tepat dan benar sekali!

Dalam paham Tiantai dan Nichiren, yang dianut oleh seluruh umat Buddhis Tiongkok, hakekat sejati Tathagatagarbha memiliki dua aspek yang selalu ada, yaitu Kebajikan Pokok (Intrinsic Good) dan Kesesatan Pokok (Intrinsic Evil). Setiap makhluk hidup pasti memiliki 2 aspek ini, baik buruk, suka duka, tinggi rendah semunaya ada dalam hakekat terdalam manusia.

Di dunia ini dikenal 10 Dunia dan 3000 fenomena dalam sekejap pikiran. 10 dunia ada dalam hati dan batin seseorang / makhluk hidup. Di antara 10 Dunia ini adalah dunia Buddha.

Seorang Buddha tetap memiliki kesepuluh dunia dalam dirinya termasuk neraka, seorang Buddha Samyaksambuddha tetap memiliki Kesesatan Pokok. Namun yang menjadi bedanya adalah seorang Buddha mampu menggunakan dan mengendalikan Kesesatan Pokok demi berkembangnya Kebajikan Pokok. Artinya adalah mengubah racun menjadi obat. Dengan penderitaan (Kesesatan Pokok) kita akan mengenali kebahagiaan (Kebajikan Pokok), dengan dukacita kita dapat memunculkan rasa sukacita, dengan pengalaman pahit kita dapat mengubah diri menjadi lebih baik. Semua Kesesatan Pokok dalam kesadaran kita, dapat kita gunakan dengan terampil guna mencapai kesadaran Buddha.
Quote
Aku selalu memandang hidupku dengan sangat bahagia, memiliki isteri yg cantik dan cerdas, sepasang anak, keuangan yang cukup buat keluargaku dan memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan, membangun sekolah yang murah namun berkualitas nasional plus buat anak2 yang keluarganya kurang mampu, menanamkan etika/ moral Kristiani buat anak2 agar kelak bisa menghadapi dunia nyata dengan penuh antusias dan penuh sukacita…..Tujuannya agar mereka memiliki integritas yg baik dan mampu bekerja dan memiliki sikap menghormati & menyayangi orang tuanya dengan sepenuh hati, membantu masyarakat yg kekurangan . Bukankah itu arti hidup yang penuh sukacita???

Buddhisme tidak menolak kebahagiaan yang demikian. Buddhisme mengajarkan kita untuk mengubah penderitaan lahir tua sakit mati menjadio empat kebahagiaan. Bukan menghapus penderitaan tetapi mentransformasikannya menjaid sesuatu yang positif. Dan tentu kebahagiaan" di atas dapat didapatkan dari praktik Buddha Dharma.

Quote
Ajaran Buddha mulai hancur, karena ulah sekelompok orang yang ngaku mewarisi ajaran Buddha yang valid seperti bikkhu2 Sinhale itu yang menafsirkan ajaran Buddha dalam kacamata ateisme itu. Para bikkhu dan pengikutnya banyak melakukan teror terhadap kepercayaan agama minoritas di Sri Lanka terutama Hindu dan kr****n dengan cara yang tidak manusiawi, mengitimidasi, melukai, membunuh orang2 yg tak sepaham dengan kepercayaan mereka dan dengan semangat vandalisme yang ingin menghancurkan kehidupan manusia. Mungkin mereka mewarisi tabiat Raja Asoka yang sangat mereka kagumi itu yang telah membunuh semua bikkhu2 yg tidak sepaham dengan aliran Therevada seperti ajaran paham Therevada di Sri Lanka itu….. Kedua, ajaran Buddha dilemahkan oleh aliran Tantrayana Tibet yang banyak percaya takhayul dan upacara ibadah banyak dipengaruhi oleh ajaran Samanisme yang begitu kuat bercokol dalam kehidupan masyarakat Tibet. Jadi tidak heran terjadi sinkritisme antara ajaran Buddha dengan kepercayaan Samanisme……

Hmmm... di Korea Selatan malah terjadi sebaliknya..... para fanatik Kristiani sering ditemukan membakar rupang Buddha dan vihara-vihara dan melecehkan agama Buddha dengan terbuka serta tindakan lainnya baik langsung maupun tak langsung.

Hmm Raja Asoka diakui oleh para bhiksu berbagai aliran, bagaimana bisa Raja Asoka membunuhi bhiksu aliran lain? Jangan memelintir sejarah! Yang ada Raja Asoka pernah membunuh banyak pertapa Jain dan beliau menyesal!

Hmmm... tidak juga justru agama Bon saat ini, telah diteliti dibuktikan oleh ebrbagai kalangan bahwa mereka melakukan plagiarisme terhadap Buddhisme. Kentara sekali anda juga tidak paham Tantra, karena selama ini saya mendengar ceramah para Rinpoche Kagyu dan Lhama Gelug, dan juga Dalai Lama, semuanya menekankan kelogisan dan ajaran, ga ada yang menekankan ritual-ritual saja.

Quote
erbukti saat saya tanya, apakah Anda percaya Buddha Dipankara bertubuh raksasa dengan tinggi 80 hasta dan berumur sangat panjang 100.000 tahun???? Jawaban adalah tidak percaya!!! Alasannya, itu tidak logis, tak ada manusia raksasa setinggi dan berumur panjang seperti itu, paling tinggi 2,5 meter dan usia paling tua 140 tahun….

Kenapa tidak?? Para peneliti seperti dikutip majalah bergengsi National Geographic menyatakan bahwa manusia bisa saja akan berevolusi menuju "transhumanisme."

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #111 on: 29 September 2011, 10:22:11 PM »
Quote
1) Menurut Anda, tanha(keinginan, hasrat, kehendak) itu jahat/ negatif atau tidak? Tolong berikan pembabaran jika ada disertai contohnya.
2) Keinginan/ hasrat/ kehendak untuk melenyapkan tanha itu apakah bukan tanha itu sendiri? Bagaimana Anda bisa memberikan suatu pencerahan yang kelihatan logis???
3) Kehidupan merupakan sebuah lingkaran tumimbal lahir yang tidak memiliki awal, bagaimana bisa memiliki akhir dengan terlepas dari samsara, ibarat sebuah lubang gelap yang tidak memiliki dasarnya, bagaimana kita bisa lompat keluar???
4) Apakah kehidupan itu identik dengan penderitaan(dukkha), bagaimana kita bisa tahu adanya penderitaan tanpa mengetahui adanya kebaikan?? Darimana datangnya kebaikan itu?

Hasrat atau kehendak melenyapkan Tanha bukanlah Tanha. Kehendak positif seperti itu dinamakan Chanda atau Bodhicitta.

Kehidupan memang tidak memiliki awal dan akhir, oleh karena itu Buddha Bodhisattva selalu mewujudkan berbagai  emanasinya. Life is Beautiful dan ada akhir untuk penderitaan. Lahir tua sakit mati tidak dilenyapkan, namun ditransformasikan menjadi empat kebajikan, di situlah akhir penderitaan dan mulainya kebahagiaan sejati.

Kehidupan terdiri dari sukha dan dukha. Kemelakatan pada sukha dan dukha membawa pada dukha. Sadar terhadap sukha dan dukha membawa paad sukha. Semua orang mempunyai benih Buddha Tathagatagarbha sehingga semuanya memiliki potensi tak terbatas untuk mengembangkan diri dan mencapai kebahagiaan.
Quote
jadi artinya mau jadi seorang Buddha maka dia perlu berulang-ulang lahir ke dunia dan terus-menerus berbuat kebajikan…Jika ditumpuk tulang belulang calon Buddha yang mati-lahir kembali maka tulungnya sebanyak dan setinggi gunung Himalaya dan kebaikannya seperti air samudera luasnya………Begitulah kata ajaran Buddha, siapa bisa dan berminat menjadi Buddha????

Di Theravada anda memiliki potensi menjadi Savaka Buddha dalam kehidupan kali inim tergnatung usaha dan tekad anda.

Dalam Mahayana dan Vajrayana, anda dapat menjadi Samyaksambuddha dalam kehidupan kali ini, tergantung usaha dan tekad anda.

Menjadi Buddha bukanlah menjadi orang yang sempurna 100% luar biasa dan spesial, tetapi seseorang yang mampu menerima dan mentransformasikan kekuarangannya menjaid sesuatu yang positif. Seorang Buddha adalah seseorang yang memiliki karakter yang meluap dengan rasa kemanusiaan yang paling hangat. Dunia Buddha ada dalam diri kita, dan kita pun bsia merasakannya dengan bangkitnya Bodhicitta, meskipun bagi kita-kita ini hanya sekejap pikiran saja.

Quote
Jadi, jika umat Buddha bangga dengan hal-hal kebajikan, itu sangat baik. Namun jangan menyombongkan diri seakan2-akan itulah keunikan ajaran Buddha. Kita tidak banyak menemukan hal-hal( berbuat kebajikan bagi masyarakat ) demikian sebelum masuk ditahun 1970, dimana aliran Buddha Tzu Chi baru mulai melakukan hal-hal itu yang juga belajar dari pastor2 Khatolik.

Yap. Shramana Gotama juga belajar gerakan shramana dengan para pertapa Jain seperti Arada Kalama dan Udraka Ramaputra. Namun beliau menolak ajaran Jain dan membabarkan Dharma beliau yang unik.

Anda kan gak tahu kalau bhiksu-bhiksu zaman pertengahan seperti Qingshui Zushi, bhiksu Song Dafeng dan bhiksu Cankui Zushi banyak membantu masyarakat banyak dengan pengobatan sosial dan pembangunan jembatan-jembatan sarana prasarana secara sosial juga, berbuat banyak terjun langsung ke masyarakat. Kok bisa anda katakan belum masuk padahal di Tiongkok dari dulu sudah ada?

Bahkan juga ada permaisuri Buddhis Jepang yang hidup sebelum 1000 M, yang mendirikan rumah sakit sosial dsb yang didasarkan pada ajaran Buddha.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 29 September 2011, 10:23:42 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #112 on: 29 September 2011, 10:40:07 PM »
lho, ini quotenya dari mana yah?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #113 on: 29 September 2011, 10:50:35 PM »
Waduuuh!!!! Bingung juga, saya harus nulis darimana, soalnya saya cuma bertanya, malahan aku yang kurang terpelajar ditanyain balik, gua jadi susah?  :'(  . Pendapat Kainyn_Kutho dan Mayvise belum menemukan titik terangnya, dan masih ada kontradiksinya tentang "jalannya karma/kamma".  Saya cuma perlu kejujuran aja dech........Saya yakin Anda berdua telah lama mengikuti ajaran Buddha, apakah  Anda berdua tidak pernah berbuat hal yang "tidak berguna" itu?????? Apakah dalam hal "berbohong" itu bisa dikategorikan sebagai "karma buruk atau karma tidak baik itu?


hueheheh, ceritanya isi buku itu mau diprakteken ya, bertanya soal pernah berbohong ngganya.

memang biasanya dalam mempelintir suatu ajaran agama dengan harapan orangnya akan dijadikan pemeluk agama baru, yang dibesar2kan adalah bagian yang katakanlah negatifnya, sebagai contoh Ambapali..

Dibikinlah pernyataan yang negatif, hanya karena mengoceh, dia terlahir berkali2 sebagai pelacur, dan seterusnya dengan mendelete bagian sesudahnya.

Padahal akhirnya Arya Ambapali sendiri pada akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat. Kenapa yang ini ga diekspos juga? ^-^
« Last Edit: 29 September 2011, 11:01:43 PM by Wolvie »

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #114 on: 30 September 2011, 05:01:47 AM »
Quote
lho, ini quotenya dari mana yah?

Dari webnya langsung ko =)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #115 on: 30 September 2011, 05:24:17 AM »
Quote
Apakah Anda berdua yakin, bisa terlepas dari samsara dalam kehidupan ini???? Jika bisa, bolehkah Anda bagikan kepada saya caranya seperti apa dan bagaimana? Jika tidak, kenapa harus mengambil resiko untuk mempercayainya??? Maaf, jika ada kalimat yang salah,  saya cuma pakai logika berbicara agar saya semakin dicerahkan dan terlepas dari kegelapan pikiran.....

Bantu jawab ya. Ini sama dengan Kristiani, memangnya anda yakin seseorang bis aterselamatkan masuk surga dnegan percaya pada Yesus? Dan di atas anda megatakan supaya "terlepas dari kegelapan batin" bukankah anda sendiri percaya bahwa anda bisa terlepas dari kegelapan batin makanya nanya? wkwkw..... di dunia ini mana ada yang bisa membuktikan bahwa Kerajaan Sorga benar-benar ada? Sedangkan kalau soal Nirvana atau terlepas dari samsara, saya dan semua orang sudah melihat 50% buktinya. Saya pernah melihat orang yang berubah dari sifat penuh amarah menjadi sabar, saya pernah melihat orang asal-asalan menjadi teliti, saya pernah melihat orang sukses mengembangkan bakatnya dan penuh percaya diri tidak minder lagi, saya pernah melihat para bhiksu yang memiliki keseimbangan batin yang luar biasa. Itulah bukti bahwa ada kelepasan dari samsara lobha dvesa moha.

Quote
Apakah seseorang yang melakukan zinah atau jual diri(prostitusi) bisa dikategorikan sebagai tindakan/ kegiatan yang tidak berguna, bisa disebut sebagai akusala dan dapat menimbulkan kamma/ karma buruk????

Ya. Walaupun tidak melanggar sila ke-3, tetap YA. Seperti menyiksa makhluk lain kan tidak melanggar sila membunuh, tetapi tetap saja akusala karma. Ini dijelaskan terutama dalam sutra-sutra Mahayana dan berbagai kitab penjelasannya.

Quote
Apakah seseorang umat perumah tangga melakukan tindakan akusala( hal yang tidak baik itu) terhadap seseorang yang dianggap lebih suci( karena dia bikkhu/ bikkhuni) maka hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan umat awam, bagaimana kalo sebaliknya?? Apakah itu tidak diskriminasi namanya seperti yang Buddha Josaphat katakan didalam diskusi di blog Dede itu????

Ya benar, tetapi tindakan akusala pada umat awam yang tercerahkan jauh efeknya lebih berat daripada bhiksu yang tidak mencapai realisasi apa-apa atau bahkan merosot.

Quote
Apakah seorang yang ngakunya telah mencapai kesucian arahat, bisa meludahi tempat sembarang(apalagi dekat vihara/ cetya???) dan menyebabkan Ambapali kena karma buruk, kenapa bisa seperti itu ya karakter seorang arahat???

Tergantung apa tujuan meludah? Kalau tujuan meludah untuk mengumpat, ya Ambapali yang seorang Arahat tidak akan melakukan demikian. Lagian kisah yang diceritakan BJ itu hanya pelintiran saja!

Quote
Manusia seperti Buddha Gotama bisa sempurna seperti itu, bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, bisa sempurna seperti Buddha????  ;) Atau cerita tentang kesempurnaan Buddha hanya bersifat mitos/ legenda saja???
Seorang Buddha Gotama memiliki kesempurnaan batin, bakat, kemampuan dan fisik, baik yang duniawi dan spiritual. Tidak heran karena itu adalah ciri ciri Samyaksambuddha. Namun ajaran Buddha menekankan pada kesempurnaan batin, mereka yang miskin, mereka yang jelek tidak tampan seperti Pangeran Siddharta, merekayang bodoh semuanya dapat mengecap kesempurnaan batin, yaitu rasa kemanusiaan yang meluap dengan penuh kehangatan dan termaksimalnya potensi yang dimiliki tiap-tiap orang apa adanya. Menjadi Buddha buaknlah menjadi alien, menjadi Buddha adalah menjadi diri sendiri yang sebenar-benarnya.

Quote
Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D

Bisa saja kenapa tidak? Seperti dijelaskan para member Dhammacitta mengenai Panca Skandha. Nama tiap kelahiran bisa berbeda-beda, namun arus kesadaran ya tetep sama, terserah anda mau namakan apa arus kesadaran itu? Mau arus kesadaran Anton, Anti dsb ya gak masalah karena memang gak bernama. Arus kesadaran yang berkesinambungan itu adalah alaya-vijnana atau secara dangkal adalah "pudgala" yang dikemukakan aliran Buddhis Pudgalavadin dan Vatsiputriya. Alaya mempunyai potensi amala atau Buddha. Ketika alaya bersih dari lobha dvesa moha ia berubah menjadi amala-vijnana atau kesadaran Buddha.

Maka dari itu kelahiran lampau Buddha Gotama semuanya memilikikepribadian dan nama yang berbeda-beda, masing-masing kelahiran memiliki kepribadian yang unik dan spesial. walaupun berbeda, arus kesadarannya tetap sama yaitu arus kesadaran "bakal Buddha Gotama".

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #116 on: 30 September 2011, 06:33:38 AM »
Quote
Allahkah Sumber Dari Penderitaanku?
World view kr****n mengungkapkan bahwa kejahatan(penderitaan) lebih baik diposisikan sebagai suatu misteri daripada sebagai suatu masalah. Menyebutnya sebagai suatu misteri tidak sama dengan menghindari kepentingan untuk memberikan suatu solusi. Masalah-masalah membutuhkan jawaban-jawaban, tetapi misteri-misteri menuntut lebih dari itu – misteri patut mendapatkan penjelasan. Ini berarti bahwa akan diperlukan sekumpulan argumentasi, bukan sekedar jawaban sederhana yang diberi tanda QED( Quod Erat Demonstradum, istilah Latin yg artinya suatu fakta, peristiwa dsb, membuktikan bahwa apa yang Anda katakan itu benar).
Kejahatan( penderitaan) dipertanyakan setidaknya dari tiga sisi : masalah metafisika( Apa sumbernya?), masala Fisika(Bagimana bencana2 alam ini terjadi?), dan masalah Moral(Bagaimana hal ini dapat dibenarkan?). Sisi yg ketiga menjadi jantung permasalahannya : Bagaimana Allah yang baik dapat mengijinkan terjadinya begitu banyaknya penderitaan? Mereka yang paling merasakan kepedihan dari pertanyaan itu, seringkali merinding mendengar-kan betapa teoritisnya jawaban-jawaban filsafat. Jika seseorang baru saja menguburkan seorang anaknya, atau telah menyaksikan kebrutalan secara langsung, bagian argumen ini bisa menghasilkan lebih banyak kemarahan daripada penghiburan. Siapa yang menginginkan penjelasan logis di kala hati sedang hancur?
Ada 2 pintu, yang melaluinya orang yang telah memunculkan pertanyaan tentang eksistensi Allah, berusaha melarikan diri dari jerat2 ketidak-percayaan dengan tampilan rasio. Namun demikian, saya kuatir bahwa pintu2 itu bertuliskan “Tidak Ada Jalan Keluar”
Pintu pertama pelarian dalam masalah kejahatan(penderitaan) diajukan oleh mereka yg memprotes bahwa Allah tidak mungkin ada karena ada terlalu banyak kejahatan(penderitaan) yang nyata dalam kehidupan. Mereka tidak melihat adanya kontradiksi logika dalam system mereka karena mereka tidak perlu membuktikan bahwa kejahatan ada berdampingan dengan Pencipta yag baik. Kejahatan(penderitaan) ada; karena itu, Pencipta tidak ada. Itu dinyatakan secara mutlak.
Tetapi disini, Kekr****nan menyediakan sebuah sanggahan untuk mengingat-kan bahwa mereka belum keluar dari masalah kontradiksi.
Jika kejahatan(penderitaan) ada, maka seseorang harus berasumsi bahwa ada kebaikan sehingga perbedaannya dapat dikenali. Jika kebaikan ada, seseorang harus berasumsi bahwa ada suatu hukum moral yang berfungsi menilai kebaikan dan kejahatan(penderitaan). Tetapi jika ada suatu hukum moral, bukankah seseorang harus mengajukan hipotesa tentang keberadaan suatu sumber hukum moral yang tertinggi, atau setidaknya suatu dasar objektif yaitu sesuatu yang memiliki kebenaran yang tidak terbatas dan kekal, tanpa mempedulikan apakah saya mempercayai atau tidak.
Argumentasi ini bersifat sangat mendesak dan harus sungguh-sungguh dipertimbangkan oleh siapa saja yang menyangkal eksistensi Allah tetapi menerima keberadaan dari kejahatan(penderitaan). Bertentangan dengan keyakinan kr****n bahwa Allah harus ada untuk mengajukan hipotesa tentang pengertian2 dari baik dan jahat, orang skeptic menjawab dengan, “Mengapa evolusi tidak bisa menjelaskan kesadaran moral kita? Mengapa kita membutuhkan Allah?”
Ini adalah pendekatan terbaru dari para pemikir antitesitik yang berusaha menjelaskan tentang baik dan jahat diluar Allah. Selama bertahun2, kaum naturalis pertama-tama menolak kausalitas(sebab-akibat) sebagai argumen untuk membuktikan keberadaan Allah : “Mengapa kita perlu memiliki penyebab? Mengapa alam semesta tidak bisa ada begitu saja? Kemudian mereka menyangkali rancangan sebagai argumen untuk eksistensi Allah : “Mengapa kita membutuhkan seorang perancang? Mengapa semuanya itu tidak bisa begitu saja bersamaan dengan munculnya hasil rancangan? Kemudian mereka menyangkali moralitas sebagai argumen untuk eksistensi Allah : “Mengapa kita perlu mengajukan hipotesa tentang hukum moral atau sumber hukum moral? Mengapa hal itu tidak bisa hanya menjadi suatu realitas pragmatis? Bagi saya hal ini sungguh mengagumkan! Mereka mencari “penyebab” dari penderitaan atau “rancangan” untuk penderitaan, tetapi mereka telah menyangkali bahwa keduanya sangat diperlukan untuk menilai setiap akibat.
Usaha untuk menyangkali keberadaan Allah ini karena hadirnya kejahatan(penderitaan) begitu dipenuhi dengan penjelasan2 yang tidak logis sehingga sungguh mengherankan bila semuanya itu bisa diterima.
Tak satupun pendukung etika2 evolusi yang telah menjelaskan bagaimana penyebab pertama yg impersonal dan amoral melalui proses non moral telah menghasilkan dasar moral kehidupan, sementara pada saat yang sama menyangkali dasar moral objektif apapun untuk kebaikan dan kejahatan.
Tidakkah janggal bahwa dari semua permutasi dan kombinasi yg mungkin dihasilkan oleh alam semesta yang tidak teratur, bisa dihasilkan pengertian2 dalam diri kita tentang apa yang benar, yang baik dan yang indah? Sebenarnya, untuk apa menyebut sesuatu itu baik dan jahat? Mengapa tidak menyebutnya jingga atau ungu?
Kebenarannya adalah kita tidak dapat melepaskan diri dari pukulan eksistensi(keberadaan) dengan melarikan diri dari hukum moral. Nilai-nilai moral objektif hanya ada jika ada Allah. Apakah boleh, misalnya memutilasi bayi-bayi sebagai hiburan? Setiap orang yang waras akan menjawab tidak. Kita tahu bahwa nilai-nilai moral objektif itu memang ada. Karena itu Allah harus ada. Menelaah premis-premis tersebut dan validitasnya memberikan suatu argumen yang sangat kuat. Bahkan J.L. Mackie, salah satu tokoh ateis yg paling vokal yg mempertanyakan eksistensi Allah berdasarkan realita kejahatan, setidaknya mengakui hubungan logis ini ketika ia berkata : “Kita sangat mungkin berargumentasi…..bahwa karakteristik2 objektif yang preskriptif(bersifat memberi petunjuk/ tata cara) secara intrinsic(sifat yg terkandung didalamnya) yang muncul tanpa diharapkan pada hal-hal natural, menyusun sekelompok kualitas dan relasi yang begitu ganjil sehingga semuanya itu hampir tidak mungkin telah muncul dalam rangkaian peristiwa2 umum, tanpa diciptakan oleh Allah yang maha kuasa..
Karena itu, harus disepakati kesimpulannya bahwa tidak ada sesuatupun yang baik secara intrinsic dan preskriptif kecuali adanya Allah yang telah membentuk alam semesta seperti itu. Tetapi justru Pribadi itulah yang ingin ditolak oleh si skeptis karena eksistensi kejahatan(penderitaan).
Pintu keluar pertama untuk lari dari Allah sudah terbuka, dan pemandangannya sungguh menakutkan. Hanya tersisa satu pilihan, yaitu berusaha mengubah bentuk pintunya. Setelah menyadari bahwa jika kejahatan(penderitaan) diakui maka suatu hukum moral yang objektif mungkin perlu dihadirkan, si skeptis mencoba cara bertindak yang baru. Dengarkan penjelasan yang luar biasa dari dari salah satu pembela ateisme, Richard Dawkins dari Oxford : “Dalam alam semesta dengan kekuatan2 fisik dan replikasi genetik yang buta, sebagian orang akan terluka, yang lainnya akan beruntung, dan Anda tidak akan menemukan penjelasan atau alasan didalamnya, atau keadilan apapun. Alam semesta yang kita amati memiliki kualitas2 natural yg sangat tepat yg bisa kita harapkan jika pada dasarnya tidak ada rancangan, tidak ada tujuan, tidak adanya kejahatan dan tidak ada kebaikan lainnya. Tidak ada apapun selain ketidakpedulian yang buta dan tanpa belas kasihan. DNA tidak memiliki pengetahuan atau kepedulian. DNA semata-mata ada. Dan kita berdansa mengikuti iramanya”
Apakah Anda melihat apa yang telah terjadi? Kaum skeptis mulai dengan memaparkan daftar panjang dari hal2 yg mengerikan, dengan mengatakan, “Semuanya ini amoral, karena itu tidak ada Allah”. Tetapi memunculkan isu2 ini sebagai isu moral berarti mengasumsikan situasi2 yg tidak mungkin dihasilkan oleh evolusi. Tidak akan ada jalan untuk tiba pada kewajiban yg mendesak secara moral, berdasarkan asumsi2 naturalisme. Lalu, apa yg dilakukan oleh si skeptis? Ia menyangkali nilai-nilai moral yg objektif karena menerima realitas semacam ini berarti membuka kemungkinan untuk keberadaan Allah. Maka, ia menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada yang disebut dengan kejahatan.
Inilah yang ingin dijadikan sebagai jawaban? Jika DNA tidak memiliki pengetahuan atau kepedulian, lalu dari mana asalnya pengetahuan dan kepedulian kita? Apakah kita hanyalah komputer2 hidup, yg menilai pikiran kita secara berlebihan? Jika perasaan2 kita sama sekali tidak berpengaruh pada realitas dari pertanyaan ini, maka mungkin kecerdasan kitalah yg bersifat artificial(palsu) dan kecerdasan komputerlah yg asli, karena komputer tidak memiliki perasaan; komputer hanya memiliki informasi. Komputer tidak “peduli” dan tidak “berdukacita karena kejahatan” dan karenanya lebih mendekati realita.
Inikah yang telah kita capai? Kita harus waspada karena tidak ada yang dapat menghentikan kita sekali kita menapak di jalanan licin yang menurun ini. Penyangkalan akan suatu hukum moral yang objektif, berdasarkan desakan untuk menyangkal eksistensi Allah, pada akhirnya menghasilkan penyangkalan akan kejahatan itu sendiri. Dapatkah Anda membayangkan diri Anda berkata kepada seorang wanita yg diperkosa bahwa pemerkosanya hanya sedang berdansa dengan DNA-nya? Katakanlah pada para korban Holocaust bahwa orang2 yang menyiksa mereka hanya sedang berdansa mengikuti DNA mereka…??? Hal ini sangat menjijikan! Ini bukan sebuah dansa! Ini adalah pencekikan terhadap batang leher logika yang dilakukan oleh orang yang hendak melarikan diri, yang dengan bersusah payah ingin menghirup rasionalitas sambil menyangkal keberadaan dasar2 pijakan logika. Akibatnya, dalam mencari jawaban untuk pertanyaan tentang kejahatan(penderitaan), ia pada akhirnya justru menyangkal pertanyaan ini. Bahkan saya menguji teori ini pada beberapa mahasiswa di Oxford University. Saya bertanya pada sekelompok mahasiswa yg skeptis, jika saya mengambil seorang bayi dan memotong-motong tubuhnya dhadapan mereka, apakah itu berarti bahwa saya sudah melakukan hal yang salah? Mereka baru saja menyangkali eksistensi nilai2 moral yg objektif. Mendengar pertanyaan saya, semuanya terdiam, dan kemudian pimpinan kelompok itu berkata, “Saya tidak akan menyukainya, tetapi tidak, saya tidak bisa berkata bahwa Anda telah melakukan sesuatu yg salah”. Astaga! Dasar penipu. Ia tidak akan menyukainya. Astaga! Sungguh irasional – ia tidak bisa menyebut hal itu salah. Saya hanya perlu bertanya kepadanya, kalau begitu apa yg tersisa dari pertanyaan yg sesungguhnya, jika kejahatan tidak diakui???
Pintu kedua mulanya tampak seperti jalan keluar yg pasti. Si skeptis bertanya mengapa Allah tidak bisa membuat kita selalu memilih hal yg baik. Para filsuf terkenal telah memunculkan hal ini sebagai senjata pamungkas mereka untuk menantang Kekr****nan. Tetapi disini pun tantangan mereka bertentangan dengan rasio.
Alvin Plantinga dari University of Notre Dame, yg oleh banyak orang dipandang sebagai filsuf Protestan yg paling dihormati pada zaman ini, telah mengajukan argumen yg kuat dan tidak dapat dibantah untuk menghadapi tantangan si Skeptis ini. Ia berargumen bahwa pilihan ini mencerminkan pandangan yg keliru tentang makna dari kemahakuasaan Allah. Kita harus sadar bahwa Allah tidak dapat melakukan hal-hal yang saling terpisah(mutually exclusive = dua hal yg tidak dapat dilakukan atau dimiliki secara bersamaan) dan mustahil secara logis(logically imposible). Allah tidak bisa membuat square circles( lingkaran-lingkaran bujursangkar). Kedua istilah ini(square circles) bersifat terpisah satu dengan yang lain.
Plantinga benar. Saya bisa menambahkan bahwa jika Allah memang bisa melakukan sesuatu, termasuk hal-hal yg saling terpisah, maka Ia juga bisa berkontradiksi dengan karakter-Nya, yg implikasinya adalah masalah kejahatan tidak mungkin diselesaikan, sehingga tidak membutuhkan pembelaan. Satu-satunya alasan mengapa kita memunculkan pertanyaan ini adalah karena kita mencari koherensi. Dalam dunia dimana kasih menjadi etika tertinggi, kebebasan harus tercakup didalamnya. Kasih yg diprogram atau dipaksakan bukanlah kasih; itu hanyalah suatu respon yg terkondisi atau sikap melayani diri.
Sekali lagi, bahkan para pemikir yg memusuhi Kekr****nan tanpa sadar meneguhkan kebenaran2 yg sesuai dengan pemikiran kr****n. Sebagai contoh, Jean Paul Sartre, dalam Being and Nothingness, berkata, “Orang yang ingin dikasihi tidak ingin diperbudak oleh orang yg dikasihinya. Ia sama sekali tidak bertekad untuk dijadikan sebagai objek dari nafsu yg mengalir secara mekanis. Ia tidak ingin memiliki sebuah robot, dan jika kita ingin merendahkan martabatnya, kita hanya perlu berusaha meyakinkan dirinya bahwa hasrat dari orang yg dikasihnya adalah hasil dari suatu determinisme psikologis. Maka sang kekasih akan merasa bahwa baik cintanya maupun keberadaannya diinjak-injak…….Jika orang yg dikasihinya diubah menjadi robot, orang itu mendapati bahwa ia sendirian.
Sungguh bijaksana! Cinta yg dipaksakan menjadi pertanda kesendirian. Memiliki kebebasan untuk mencintai ketika Anda boleh memilih untuk tidak mencintai, itulah makna cinta yg sesungguhnya. Bukankah tujuan tertinggi dari kasih menjadi satu-satunya cara untuk meluruskan masalah penderitaan? Meminta agar kita tidak diberi kebebasan dan hanya memilih kebaikan tidak sama dengan meminta kasih, melainkan sama dengan meminta paksaan dan sesuatu yg berada diluar kemanusiaan.
Kedua pintu keluar untuk si skeptis tertutup rapat. Anda tidak dapat menampilkan hipotesa tentang kejahatan tanpa suatu hukum moral yg tidak terbatas, yg tidak dapat ditopang oleh makro-evolusi. Dan Anda tidak dapat memperoleh etika tertinggi tanpa kemungkinan bagi kebebasan. Yang pertama membuat kita menjalani kehidupan yg berkontradiksi. Yang kedua menuntut kontradiksi dari Allah.

Hmmm persis sekali seperti buku-buku Kristiani, argumen ini memang sangat menarik dan tampak logis, didapat dari Ravi Zacharias, tetapi bagi saya tetap sama sekali tidak memuaskan. Buddhisme menawarkan jawaban yang lebih memuaskan, sains memang tidak bisa, tetapi Buddhisme bisa. Saya akan jawab secara Mahayanis.

Tidak seperti sains, keteraturan dan etika moral didasarkan pada dua hal:
1. Dharmakaya dan Tathagatagarbha
2. Hukum Sebab Akibat atau Karma

Karena semua makhluk mempunyai Tathagatagarbha maka dasar moral etika sudah jelas. Karena ada Karma maka tatanan kehidupan pun tampak teratur dan muncul etika moral. Karena Dharmakaya dan Karma maka tujuan dunia dan hidup ini sudah sangat sejelas-jelasnya. Hidup manusia ini lebih dari sekedar DNA, hidup manusia ini dasarnya adalah Buddha.

Non-dualisme dalam Buddhisme sering disalahpahami sebagai non-moral, pada kenyataannya non-dualisme digunakan untuk menempuh jalan kebajikan bukan kejahatan. Ajaran kebaikan dan kejahatan memiliki arti bahwa kejahatan memiliki potensi untuk ditransformasikan menjadi kebaikan dan itulah tujuan Buddha.

Argumen Ravi di atas malah menunjukkan bahwa Allah tidak maha kuasa karena ia tetap harus tunduk pada kontradiksi dunia. Dari mana muncul maha kuasa? Bila anda menentang kontradiksi dunia dikatakan menentang Allah, berarti memang benar dalam diri Allah terdapat penderitaan dan kejahatan? Bukankah begitu? Karena jelas kejahatan dan penderitaan itu ada.

Ini sering dibahas mengenai kisah propaganda kontroversial Kristiani mengenai Einstein, kejahatan dan Tuhan. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya, begitu argumennya. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Berarti ada area yang tidak terjangkau oleh Tuhan, bukankah begitu?

Ravi mengatakan bahwa penderitaan itu diperlukan. Tetapi pada kenyataanya sering Tuhan tidak memberikan cobaan yang sesuai dengan kemampuan seseorang. Ia sering memberikan cobaan penderitaan yang melebihi kapasitas seseorang untuk mengatasi penderitaan itu untuk menemukan kebahagiaan yang lebih besar. Biasnaya orang kristiani malah akan menjawab bahwa itu salah manusianya sendiri, bukan Tuhan. Tetapi ini sangat kontradiktif, karena pada kenyataannya Tuhan membiarkan penderitaan itu terjadi lebih lebih padahal kapasitas manusia yang bersangkutan Tuhan tau tidak akan melebihinya. Bukankah Tuhan tahu free will manusia itu sebatas mana? Manusia memang punya potensi untuk mengatasi semua penderitaan dan mengubahnya menjadi kebahagiaan, tetapi tidak semua siap dan mampu menggunakannya. Bagi yang tidak mampu bisa bisa bunuh diri dan masuk neraka. Itupun kalau neraka tidak kekal masih mending, la ini NERAKA ABADI. Apa Tuhan mau main-main?

Ini sama dengan ayah yang main-main sama anaknya. Seorang ayah mengajari anaknya cekatan dengan sengaja mendorong dengan keras anaknya sehingga mau tak mau harus mengambil mainan di sebrang jalan melewati jalan penuh kendaraan berkecepatan tinggi. Jelas-jelas memang anak itu punya potensi keterampilan untuk menghindari kendaraan yang melaju cepat, namun apa daya ia tidak teliti dan akhirnya tertabrak mati.

Bandingkan:
1. Ayah dengan sengaja mendorong keras ke jalan berusaha mencapai sebrang jalan (manusia terlahir diciptakan di dunia penuh cobaan ini tanpa bisa protes lagi sama Tuhan dan berusaha untuk mencapai Kerajaan Sorga)
2. Kendaraan berkecepatan tinggi = penderitaan dan cobaan
3. Potensi kemampuan = free will dan usaha mengatasi dan menerima penderitaan dengan memaksimalkan keindahan diri
4. Mati tertabrak, apa daya potensi punya tapi gara" gak teliti atau biasanya dalam kehidupan nyata org ngmg: "khilaf".....

Pertanyaannya: apakah sang ayah manusiawi?

Bagi saya Buddhisme lebih dewasa dalam menyikapinya. Dikatakan bahwa Tathagatagarbha yang ada dalam diri sendiri memiliki Intrinsic Good dan Intrinsic Evil (paham Kristiani mustahil mengatakan Tuhan memiliki Intrinsic Evil). Dengan adanya dua aspek ini, maka Tathagata ada, dengan dua aspek ini maka makhluk alam neraka pun bisa terlahir jadi Buddha dan memiliki kesempatan menjadi Buddha. Intrinsic Evil bukan momok, namun bisa digunakan secara terampil untuk menggapai Kebajikan Pokok yang merupakan esensi Buddha.

Seseorang yang terjatuh ke dalam neraka adalah sepenuhnya tanggung jawabnya sendiri sebagai manusia. Apakah ia berusaha mengembangkan Kesesatan Pokok dan tidak menghiraukan Kebajikan Pokok yang dimilikinya?

Problem Kristiani menurut saya ada 3:
1. Tuhan Pencipta Yang Maha Kuasa
2. Tuhan dengan Intrinsic Good saja
3. Tuhan eksternal dengan tujuan hidup eksternal

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 30 September 2011, 06:41:57 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #117 on: 30 September 2011, 07:42:34 AM »
Sekadar menambahkan, kalau dalam ilustrasi lain:
Menghujat manusia: OK
Menghujat Yesus: OK
Menghujat Roh Kudus: Eternal Damnation! (Markus 3:29; Lukas 12:10)

Bayangkan, hanya menghujat saja bisa kena hukuman abadi.
kalau menghujat buda?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #118 on: 30 September 2011, 08:58:04 AM »
Bagi saya Buddhisme lebih dewasa dalam menyikapinya. Dikatakan bahwa Tathagatagarbha yang ada dalam diri sendiri memiliki Intrinsic Good dan Intrinsic Evil (paham Kristiani mustahil mengatakan Tuhan memiliki Intrinsic Evil). Dengan adanya dua aspek ini, maka Tathagata ada, dengan dua aspek ini maka makhluk alam neraka pun bisa terlahir jadi Buddha dan memiliki kesempatan menjadi Buddha. Intrinsic Evil bukan momok, namun bisa digunakan secara terampil untuk menggapai Kebajikan Pokok yang merupakan esensi Buddha.


 _/\_
The Siddha Wanderer

Bisa dijelaskan tentang yang saya bold ?  ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #119 on: 30 September 2011, 09:43:05 AM »
kalau menghujat buda?
Tergantung hujatannya, tapi apapun itu, hasilnya juga tidak akan abadi.

-------

BTW, quote ini menarik sekali:

Quote
Saya heran komentar para umat Buddhis yg bersifat reaksi dan negative thinking, belum beli dan baca bukunya udah pada ketakutan………..Contohlah teladanku, saya tidak pernah takut baca buku2 kalangan Buddhis………

Jujur, TIDAK ADA SATUPUN buku Krisitiani yang pernah membuat saya takut membacanya. Sampai saat ini pun, karena mayoritas komunitas saya adalah Nasrani, saya masih suka mampir ke toko buku rohani dan lihat-lihat kalau-kalau ada yang menarik. Terakhir yang saya lihat adalah pembahasan Harry Potter dari sudut Alkitab, yang sangat jelas terlihat maksanya, dan cukup menghibur. ;D Jadi saya pikir penulis tidak perlu berlebihan menempatkan dirinya sebagai 'teladan' bagi umat Buddhis.

« Last Edit: 30 September 2011, 09:51:37 AM by Kainyn_Kutho »

 

anything