//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 580657 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #870 on: 14 October 2011, 01:46:46 PM »
Makin byk org yg beli 'bangkai', penjual akan semakin banyak membunuh untuk memenuhi permintaan pasar.

Demikian jg ....

Semakin banyak org yg pemakan sayur, maka para petani akan semakin menjaga kwalitas sayuran dengan obat anti hama.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [Fiksi] Sutta Bodhisatta Coklat-Kopi (dari Perpustakaan Raja Ikan Betok)
« Reply #871 on: 14 October 2011, 02:01:03 PM »
1. Jadi jika memang bangkainya ada, dengan kreativitas tertentu dimanfaatkan, dagingnya menjadi murni?

Tidak, Yang Mulia ;D

Quote
2. Bagaimana jika memang kota itu produsen suling, dan jika memang kekurangan bahan, ada binatang yang dibantai. Apakah kemudian ada korelasinya?

OK, bagaimanakah korelasinya?

Saya tidak ingin membahas pengaruh 'murni atau tidak murninya suatu daging' terhadap pengembangan bodhicitta. Karena saya setuju dengan inti ceritanya.

Tapi tentang vege, bukankah cukup logis kalau dikatakan bahwa semakin banyak orang yang mengkonsumsi daging, berarti semakin banyak hewan yang dibunuh untuk dimakan? (untuk seruling, kurang lebih sama)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #872 on: 14 October 2011, 02:37:49 PM »
Makin byk org yg beli 'bangkai', penjual akan semakin banyak membunuh untuk memenuhi permintaan pasar.

Demikian jg ....

Semakin banyak org yg pemakan sayur, maka para petani akan semakin menjaga kwalitas sayuran dengan obat anti hama.
Sebetulnya saya bahas tentang 'kemurnian' makan daging dan bodhicitta. ;D
Tapi ga apalah, karena ini juga masih sangat berhubungan.

Kalau lihat logika sederhana, maka memang betul: tidak ada permintaan daging, maka tidak ada penyediaan daging.
Jika kita hidup di masyarakat yang masih sederhana, terbatas, terlokalisir, sepertinya memang bisa langsung dilihat bahwa kalau satu komunitas itu tidak makan daging, maka tidak akan ada penyediaan daging.

Tapi kalau kita lihat masyarakat industri yang pasarnya adalah global, otomatis menjadi tidak sesederhana itu. Misalnya anggaplah produsen makanan. Setiap hari mereka memproduksi sesuai kemampuan produksi mereka per hari. Soal makanan itu akan di-ke-manakan, dibuat apa, terpakai berapa, terbuang berapa, itu bukan masalah si produsen lagi. Di UK, misalnya, persentase makanan yang dibuang adalah lebih dari 30% (source), bahkan di US, menurut beberapa artikel, bisa sampai 50%.

Makanan terbuang itu tentu mencakup daging dan non-daging. Jadi tanpa mengatakan makan daging/non-daging itu bagus/jelek, saya pikir ada baiknya kita tidak secara naif mengatakan 'turunnya konsumsi PASTI menyebabkan turunnya produksi'. Bukan 'pasti tidak pengaruh', tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan. Dan juga tentu saja kalau mengatakan 'tidak makan daging = mengurangi pembunuhan' adalah tidak tepat, kecuali, sekali lagi, dalam konteks masyarakat tertutup, terbatas, dan tidak global.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Fiksi] Sutta Bodhisatta Coklat-Kopi (dari Perpustakaan Raja Ikan Betok)
« Reply #873 on: 14 October 2011, 02:57:37 PM »
Tidak, Yang Mulia ;D
"Demikianlah, Brahmani ..." :hammer:
Ceritanya udah selesai, bu. ;D


Quote
Saya tidak ingin membahas pengaruh 'murni atau tidak murninya suatu daging' terhadap pengembangan bodhicitta. Karena saya setuju dengan inti ceritanya.

Tapi tentang vege, bukankah cukup logis kalau dikatakan bahwa semakin banyak orang yang mengkonsumsi daging, berarti semakin banyak hewan yang dibunuh untuk dimakan? (untuk seruling, kurang lebih sama)
Ya, kembali lagi ke jawaban saya untuk JW. Kalau untuk masyarakat terbatas dan swadaya di tempat tertentu yang tidak terhubung dengan masyarakat lain, maka memang betul bahwa pengurangan konsumsi daging berarti pengurangan pembantaian. Tapi kalau sudah bicara keadaan di sini, sekarang, di mana daging yang tidak laku bisa dibuat makanan anjing, bahan bakar, atau bahkan 'didaur ulang' jadi daging ilegal, saya sangat meragukannya.


Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #874 on: 14 October 2011, 03:24:58 PM »
nahh..itulah yg ingin sy sampaikan tadi. Bahwa kita tidak dapat menilai bahwa yg berseberangan dgn kaum vegefavo adalah pembawa 'bencana'  ;D

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #875 on: 14 October 2011, 03:30:02 PM »
Kalo dilihat dari sisi tertentu, sebetulnya letak masalahnya adalah ketidakmampuan atau hampir-tidak-mungkin 'menghasut' mayoritas orang untuk vegetarian.

OOT sedikit, saya jadi teringat ada orang yang bilang: "untuk apa mengurangi pemakaian plastik? toh semua orang pakai plastik. Kalau hanya segelintir orang saja yang berupaya, tidak ada gunanya"

Ini mirip seperti "untuk apa vege demi mengurangi pembunuhan? mayoritas orang makan daging. Kalau tujuan saya vege adalah demi mengurangi pembunuhan, sebenarnya mustahil" :|

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #876 on: 14 October 2011, 03:37:25 PM »
Harusnya gini : "untuk apa vege demi mengurangi pembunuhan? Toh juga kalo vegetarian jg turut andil dalam pembunuhan."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #877 on: 14 October 2011, 03:58:47 PM »
^ ^ ^ memang, tapi kalau gak vege, makhluk yang dibunuh memiliki tubuh yang lebih kompleks (berdaging dan berdarah seperti kita).

note: saya  bukan vegetarian, tapi cukup tertarik dengan isu ini. Jadi saya mencoba menempatkan diri di sisi vegan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #878 on: 14 October 2011, 04:42:31 PM »
nahh..itulah yg ingin sy sampaikan tadi. Bahwa kita tidak dapat menilai bahwa yg berseberangan dgn kaum vegefavo adalah pembawa 'bencana'  ;D
Iya, memang tidak bisa dinilai. Yang pasti berkontribusi pada 'bencana' adalah konsumsi sumber daya yang berlebihan.



Kalo dilihat dari sisi tertentu, sebetulnya letak masalahnya adalah ketidakmampuan atau hampir-tidak-mungkin 'menghasut' mayoritas orang untuk vegetarian.

OOT sedikit, saya jadi teringat ada orang yang bilang: "untuk apa mengurangi pemakaian plastik? toh semua orang pakai plastik. Kalau hanya segelintir orang saja yang berupaya, tidak ada gunanya"

Ini mirip seperti "untuk apa vege demi mengurangi pembunuhan? mayoritas orang makan daging. Kalau tujuan saya vege adalah demi mengurangi pembunuhan, sebenarnya mustahil" :|
Sebetulnya berbeda jauh sekali.
Kita lihat dari 'akibatnya'. Produk sudah ada. Kita makan atau tidak makan, hewan telah terbunuh. Kalau plastik, jika kita tidak pakai plastik, maka tidak ada sampah plastik yang dihasilkan.

Dari segi produksi, jika plastik tidak laku, maka tidak dibuang. Jika supply menumpuk, maka otomatis produksi akan berhenti, sebab plastik bisa tahan sampai ratusan tahun. Kalau daging tidak laku akan rusak dan dibuang. Tidak akan terjadi penumpukan daging (segar) yang bisa menyebabkan terhentinya produksi daging.

Jadi menurut saya walaupun sepintas tampak mirip, namun sebetulnya beda jauh.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #879 on: 14 October 2011, 04:52:44 PM »
Iya, memang tidak bisa dinilai. Yang pasti berkontribusi pada 'bencana' adalah konsumsi sumber daya yang berlebihan.


Sebetulnya berbeda jauh sekali.
Kita lihat dari 'akibatnya'. Produk sudah ada. Kita makan atau tidak makan, hewan telah terbunuh. Kalau plastik, jika kita tidak pakai plastik, maka tidak ada sampah plastik yang dihasilkan.

ya, setuju

Quote
Dari segi produksi, jika plastik tidak laku, maka tidak dibuang. Jika supply menumpuk, maka otomatis produksi akan berhenti, sebab plastik bisa tahan sampai ratusan tahun. Kalau daging tidak laku akan rusak dan dibuang. Tidak akan terjadi penumpukan daging (segar) yang bisa menyebabkan terhentinya produksi daging.

Jadi menurut saya walaupun sepintas tampak mirip, namun sebetulnya beda jauh.

Kalau daging tidak laku, memang akan rusak dan dibuang. Tapi kalau gak laku terus, bukankah hewan yang dibunuh juga makin sedikit? (mengantisipasi kerugian, agar tidak banyak yang terbuang)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #880 on: 14 October 2011, 05:00:08 PM »
^ ^ ^ memang, tapi kalau gak vege, makhluk yang dibunuh memiliki tubuh yang lebih kompleks (berdaging dan berdarah seperti kita).

note: saya  bukan vegetarian, tapi cukup tertarik dengan isu ini. Jadi saya mencoba menempatkan diri di sisi vegan
Kalau lebih kompleks, berdaging dan berdarah, lalu kenapa?

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #881 on: 15 October 2011, 05:25:24 AM »
ya, setuju

Kalau daging tidak laku, memang akan rusak dan dibuang. Tapi kalau gak laku terus, bukankah hewan yang dibunuh juga makin sedikit? (mengantisipasi kerugian, agar tidak banyak yang terbuang)

kalau ndak laku hari ini dibuang, besok tidak laku dibuang, jadi beberapa hari kedepan juga buang dan pembunuhan berkurang bahkan sampai berbulan2,
dan diyakini pembunuhan hewan akan terjadi kembali karena permintaan melonjak.
harap maklum selera manusia awam tidak akan pernah terpuaskan.  :)
itulah anicca _/\_
« Last Edit: 15 October 2011, 05:29:46 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #882 on: 15 October 2011, 08:15:05 AM »
Bosan loh hubungi daging atau "bangkai" dgn pembunuhan...

Gimana kalo kita ganti "bahan mentah" nya...
Misnya pemakaian kosmetik, tali pinggang kulit, tas LV, D&G, Channel dll, sepatu, pakaian, sayur brokoli, bayam, kangkung, jagung, ubi, nasi, obat2an, buku tulis, selebaran/flyer/brosur kampanye vege dll..

sy kira itu smua jg melalui proses pembunuhan baik langsung maupun tidak langsung.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #883 on: 17 October 2011, 07:37:30 AM »
Harusnya gini : "untuk apa vege demi mengurangi pembunuhan? Toh juga kalo vegetarian jg turut andil dalam pembunuhan."

Bahkan saat merebus air pun, pasti ada hewan yang terbunuh. Tapi berbeda dengan hewan yang sengaja dikembangbiakkan/diternakkan untuk dibunuh.

Kalau lebih kompleks, berdaging dan berdarah, lalu kenapa?

Dalam proses pembunuhan, dari apa yang dilihat atau didengar (misalnya darah atau rintihan korban), maka akan memberi kesan yang lebih mendalam bagi pembunuhnya. Selain rasa sakit yang diderita hewan yang dibunuh, si pembunuhnya pun menyimpan kesan yang mendalam.

Kalau lihat logika sederhana, maka memang betul: tidak ada permintaan daging, maka tidak ada penyediaan daging.

Jika kita hidup di masyarakat yang masih sederhana, terbatas, terlokalisir, sepertinya memang bisa langsung dilihat bahwa kalau satu komunitas itu tidak makan daging, maka tidak akan ada penyediaan daging.

Apakah bisa dikatakan bahwa non-vegan dalam masyarakat sederhana/terbatas, memiliki andil dalam pembunuhan?

Quote
Tapi kalau kita lihat masyarakat industri yang pasarnya adalah global, otomatis menjadi tidak sesederhana itu. Misalnya anggaplah produsen makanan. Setiap hari mereka memproduksi sesuai kemampuan produksi mereka per hari. Soal makanan itu akan di-ke-manakan, dibuat apa, terpakai berapa, terbuang berapa, itu bukan masalah si produsen lagi. Di UK, misalnya, persentase makanan yang dibuang adalah lebih dari 30% (source), bahkan di US, menurut beberapa artikel, bisa sampai 50%.

Makanan terbuang itu tentu mencakup daging dan non-daging. Jadi tanpa mengatakan makan daging/non-daging itu bagus/jelek, saya pikir ada baiknya kita tidak secara naif mengatakan 'turunnya konsumsi PASTI menyebabkan turunnya produksi'. Bukan 'pasti tidak pengaruh', tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan. Dan juga tentu saja kalau mengatakan 'tidak makan daging = mengurangi pembunuhan' adalah tidak tepat, kecuali, sekali lagi, dalam konteks masyarakat tertutup, terbatas, dan tidak global.

Apakah maksudnya, vege atau non-vege sebenarnya berpengaruh pada jumlah pembunuhan. Hanya saja, kalau kita hidup dalam masyarakat industri (berpasar global) seperti sekarang, efeknya ada tapi sangat sangat sangat kecil (hampir tidak ada)?
_______________

Btw, apakah Buddha tidak mengharuskan vegetarian adalah karena para bhikkhu disokong oleh umat awam? maksudnya, adalah perlu bagi para bhikkhu untuk menjadi mudah disokong/dilayani?

note: tentu saja ada juga syarat-syarat tertentu dari daging yang dimakan.
« Last Edit: 17 October 2011, 07:50:26 AM by Mayvise »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #884 on: 17 October 2011, 09:07:52 AM »
Maaf tau tau nimbrung,

Mengenai Vege saya ada pemikiran sendiri, mungkin sama atau mungkin jg dah di post oleh yg lain

Pertama, saya selalu ingat pemikiran buddhis adalah pemikiran kediri sendiri bukan keluar

jadi saat seseorang memutuskan untuk vege,maka hendaknya keputusan itu didasari dari kepentingannya sendiri. bukan karena faktor luar.

maksud saya, bila kita mengaitkan vege itu mengurangi pembunuhan (mengurangi bukan berarti menghapus semua) maka bisa dikatakan benar. yah walaupun nantinya mungkiin yang dibunuh sama saja, hanya saja dagingnya tidak laku dan dibuang selanjutnya, tetapi kita melihat dalam diri sendiri, "pembunuhan" yang ada dipikiran lah yang berkurang, dan saya rasa itu ada manfaatnya juga.

mengenai yang non vege, kita mesti melihat bagaimana niatan mereka, ada yang makan karena demand ada yang makan karena kemudahan dan lain sebagainya.

saya jg ingat mengenai perumpamaan, bagaimana di lingkungan suku tertentu yang tidak mengenal dhamma mungkin akan melakukan kamma buruk, walaupun hal itu adalah hal lumrah bagi mereka dan tidak dianggap kejahatan. hal itu dinamakan kebodohan batin.

saya rasa juga merupakan suatu kebodohan batin bagi kita, yang mendemand daging untuk konsumsi. alasannya karena dengan "mendemand" berarti kita secara tidak langsung "menyuruh" seseorang memenuhi "demand" kita, dan dengan demikian orang tersebut melakukan karma buruk dengan menangkap makhluk hidup/memperbudak kehidupan makhluk hidup, membunuh makhluk hidup serta tidak mengubur dengan layak makhluk hidup lain.
i'm just a mammal with troubled soul



 

anything