Tujuh hari setelah kelahiran Bodhisatta Pangeran, ibunya Mahàmàyà Devi, sampai pada akhir kehidupannya, meninggal dunia dan terlahir kembali di Surga Tusita sebagai dewa bernama Santusita.
(Sang ibu meninggal dunia bukan karena melahirkan Bodhisatta, tetapi karena kehidupannya telah berakhir. Ingat, sewaktu Dewa Setaketu melakukan lima penyelidikan, Mahàmàyà hanya memiliki sisa kehidupan selama sepuluh bulan dan tujuh hari. Tidak ada orang lain yang layak menempati rahim-mirip-teratai milik sang ibu, karena rahim tersebut bagaikan Kuti Harum yang ditempati oleh Buddha atau patung Buddha sebagai objek pemujaan. Di samping itu, ketika sang ibu masih hidup, tidaklah layak untuk menyingkirkannya dan mengambil perempuan lain sebagai ratu. Jadi, adalah hal biasa (dhammatà) bahwa ibu Bodhisatta hanya hidup selama tujuh hari setelah melahirkan putranya. Demikianlah, ia meninggal dunia pada saat itu.)
~RAPB I, p. 482~