//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 228309 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
BERDANA… BERDANA… BERDANA…
« Reply #120 on: 04 July 2008, 05:17:02 PM »
……………………………………………………………………………………………………
ada empat faktor yang menghalangi tindakan dananya ini (dàna vinibandha):
(a) Pada masa lalu tidak terbiasa dalam hal berdana,
(b) Tidak memiliki harta benda yang cukup,
(c) Harta benda yang dimiliki terlalu bagus untuk didanakan,
(d) Khawatir harta benda miliknya akan berkurang.

(a) Ketika Bodhisatta memiliki benda-benda untuk diberikan dan pencari dàna telah datang, namun pikiran Bodhisatta tidak cenderung untuk memberikan, Beliau menyadari, “Tentu Aku tidak terbiasa dalam hal berdana pada masa lampau; sehingga keinginan untuk berdana tidak muncul saat ini walaupun situasinya sangat mendukung,” oleh karena itu Beliau merenungkan,

“Walaupun keinginan untuk berdana tidak muncul dalam diriku, aku akan memberikan dàna sehingga Aku akan menjadi terbiasa dalam berdana dan bergembira karenanya. Sejak saat ini, Aku akan memberi dengan murah hati. Bukankah Aku telah bertekad untuk memberikan semua milikku kepada mereka yang membutuhkannya?
Setelah merenungkan demikian, Beliau memberikannya dengan tanpa beban, dengan gembira. Dengan memberikan dàna ini Bodhisatta melenyapkan rintangan pertama yaitu “Pada masa lampau tidak terbiasa dalam hal berdana.”

(b) Ketika tidak memiliki harta benda yang mencukupi, Bodhisatta merenungkan,

“Karena aku tidak melakukan dàna pada masa lampau, Aku menderita kekurangan harta benda. Aku harus melakukan dàna dari apa pun yang kumiliki, tidak peduli apakah harta bendaku sedikit atau tidak baik, bahkan jika hal ini akan membuat hidupku menjadi lebih sulit. Dengan pemberian ini, pada masa depan aku akan mencapai Kesempurnaan Kedermawanan.”
Setelah merenungkan demikian, Beliau memberikan dengan tanpa beban, dengan gembira, dengan benda apa pun yang dapat Beliau danakan. Dengan memberikan dàna ini Bodhisatta melenyapkan rintangan kedua yaitu “Tidak memiliki harta benda yang cukup.”

(c) Ketika merasa enggan memberikan karena kualitas yang baik dari benda miliknya, Bodhisatta merenungkan,

“O orang baik, bukankah engkau bercita-cita untuk menjadi yang termulia, yang paling terhormat, mencapai Pencerahan Sempurna? Untuk menjadi yang termulia, yang terhormat, mencapai Pencerahan Sempurna, engkau harus memberikan dàna yang termulia, yang terhormat.”
Setelah merenungkan demikian, Beliau memberikan benda-benda dengan kualitas yang terbaik dan terindah dengan tanpa beban, dengan gembira. Dengan memberikan dàna ini Bodhisatta melenyapkan rintangan ketiga yaitu “Harta benda yang dimiliki terlalu bagus untuk didanakan.”

(d) Ketika Bodhisatta merasa bahwa harta bendanya akan berkurang jika miliknya diberikan, Beliau merenungkan,

“Kerusakan dan kehilangan adalah sifat dari harta benda. Karena aku tidak melakukan perbuatan baik berdana pada masa lampau, sehingga aku tidak pernah merasa kekurangan benda untuk didanakan, maka aku sekarang mengalami kekurangan harta benda untuk didanakan. Aku akan memberikan dàna benda apa pun yang kumiliki, tidak peduli banyak atau sedikit. Dengan dàna ini, pada masa depan aku akan mencapai Kesempurnaan Kedermawanan.”
 

Setelah merenungkan demikian, Bodhisatta memberikan benda apa pun yang Beliau miliki dengan tanpa beban dan dengan gembira. Dengan memberikan dàna ini Bodhisatta melenyapkan rintangan keempat yaitu, “Khawatir harta benda miliknya akan berkurang.”

Melenyapkan rintangan dalam berdana dengan cara merenungkannya dengan cara yang tepat merupakan alat yang tepat dalam memenuhi Kesempurnaan Kedermawanan. Cara yang sama berlaku pula untuk kesempurnaan lainnya seperti Sãla, dan lain-lain.

~RAPB 1, pp. 189-191~

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
PERJALANAN BUDDHA DIPANKARA
« Reply #121 on: 10 July 2008, 12:43:35 PM »
Ketika penduduk Rammavati telah memberikan dàna makanan kepada Buddha Dipankarà dan keempat ratus ribu bhikkhu, mereka bersujud kepada Buddha dan mempersembahkan bunga, dupa, dan lain-lain dan berkumpul mendengarkan khotbah-Nya:

Buddha Dipankarà kemudian bersabda:

1.    Dànam nàma sukhàdãnam Nidànam paramam matam
   dibbànam, pana bhogànam patittàhàti pavuccàtà.
   
   “Dàna harus dipahami sebagai penyebab mulia utama bagi umat manusia dan para dewa; juga dikatakan merupakan dasar bagi kebahagiaan surgawi.”
   “Berawal dari kata-kata ini, ceramah yang indah mengenai praktik dàna (Dànakathà) disampaikan.”

2.    Silam nàm etam idhaloka-paraloka sampattiam mulam.
   
   “Sila berarti akar dari berbagai bentuk kesejahteraan dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang.
   Dengan cara ini dan bermacam cara lainnya, ceramah mengenai sila disampaikan    secara jelas.”

3. Berikutnya, Buddha Dipankarà memberikan ceramah mengenai alam surga (saggakathà) untuk menjelaskan sila yang mana yang akan menghasilkan kebahagiaan apa di alam surga.

   “Alam surga adalah yang dicita-citakan, menyenangkan dan indah, dan benar-benar membahagiakan. Alam ini memberikan kegembiraan dan sukacita yang terus menerus. Para dewa Catumahàràjika menikmati kebahagiaan surgawi selama sembilan juta tahun manusia.” Demikianlah manfaat hidup di alam surga disampaikan.

4. Setelah menyampaikan, mengajak dan meyakinkan semua yang hadir akan ajaran-Nya sehingga mereka berkemauan untuk melakukan Dàna dan Sila, Buddha melanjutkan ceramahnya bahwa bahkan kebahagiaan surgawi tersebut tidaklah kekal dan seseorang hendaknya tidak melekat kepadanya. Dengan cara ini Buddha membabarkan mengenai kerugian dan cacat dari kenikmatan indria dan manfaat dari kebebasan terhadap kenikmatan indria; Buddha mengakhiri ceramahnya dengan khotbah mengenai Nibbàna.

Setelah menyampaikan ceramahnya kepada orang-orang yang hadir di sana, beberapa dari mereka menyatakan berlindung kepada Tiga Perlindungan, beberapa orang bertekad untuk melaksanakan Lima Sila, beberapa orang mencapai tingkat kesucian Sotàpatti-Phala (Buah dari Pemenang Arus), Sakadàgàmi-Phala (Buah dari Yang Sekali Kembali), Anàgàmi-Phala (Buah dari Yang Tak Kembali). Beberapa mencapai tingkat kesucian Arahattata-Phala (Buah dari Kearahattaan). Beberapa memperoleh tiga tingkat kebijaksanaan, enam tingkat kebijaksanaan, atau memperoleh delapan tingkat Jhàna; Buddha kemudian meninggalkan Kota Rammavati dan memasuki Vihàra Sudassana.

~RAPB 1, pp. 212-213~

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #122 on: 10 July 2008, 08:11:20 PM »
Snail kayak TIPITAKA berjalan saja...^-^

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #123 on: 10 July 2008, 09:34:51 PM »
Yumi,

Mungkin ada baiknya, kalau anda menambahkan beberapa kalimat sendiri sebagai kesimpulan atau at least highlight kalimat yg penting, supaya memudahkan pembacaan, karena dugaan saya, sebagian member tidak membaca keseluruhan quote ini karena terlalu panjang, hanya, baca 1 atau 2 baris, dan "ah... gak menarik" then skip. ;D

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Ciri-ciri Buddha Dipankarà
« Reply #124 on: 11 July 2008, 12:46:25 PM »
[RAPB 1, p. 218]

…………………………………………………………………………………………….
Tinggi-Nya delapan puluh lengan (kira-kira 40 meter). Ia agung dan indah seperti sebuah tiang yang bersinar dan seperti pohon sàla besar yang mekar sempurna.

(Manfaat menjelaskan ciri-ciri ini adalah: Jika tidak dijelaskan, Buddha dapat salah dikenali sebagai dewa, Màra, atau brahmà. Seseorang dapat berpikir, tidaklah aneh peristiwa-peristiwa ajaib dapat terjadi pada sesosok makhluk dewa. Ini dapat mengarah pada salah paham dan asumsi bahwa tidak ada gunanya mendengarkan ajaran-Nya. Sehingga dengan demikian tidak mungkin dapat menembus Kebenaran—mencapai Kebebasan. Di pihak lain, ciri-ciri ini akan membangkitkan keyakinan bahwa “Sangat luar biasa manusia ini.” Dengan keyakinan ini, semua makhluk akan mendengarkan ajaran-Nya dan memahami Kebenaran—dapat mencapai Kebebasan. Untuk itulah ciri-ciri ini dijelaskan).

 :o tinggi Buddha 40 meter.. tinggi banget..  ??? kalo berhadapan dgn Beliau, kita yg manusia biasa hanya bagaikan semut dunk, paling tinggi pun cuman mendekati 2 meter  ^-^
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #125 on: 11 July 2008, 12:51:54 PM »
Yumi,

Mungkin ada baiknya, kalau anda menambahkan beberapa kalimat sendiri sebagai kesimpulan atau at least highlight kalimat yg penting, supaya memudahkan pembacaan, karena dugaan saya, sebagian member tidak membaca keseluruhan quote ini karena terlalu panjang, hanya, baca 1 atau 2 baris, dan "ah... gak menarik" then skip. ;D
Betul sekali :jempol:
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #126 on: 11 July 2008, 08:47:03 PM »
[RAPB 1, p. 218]

 :o tinggi Buddha 40 meter.. tinggi banget..  ??? kalo berhadapan dgn Beliau, kita yg manusia biasa hanya bagaikan semut dunk, paling tinggi pun cuman mendekati 2 meter  ^-^


Kalau semua orang tingginya rata2 40m, mungkin tinggi badan Buddha adalah normal, jangan dibandingkan dengan tinggi badan kita saat ini, postur tubuh dipengaruh oleh lingkungan/adaptasi, iklim, makanan, dll. dan juga harus diperhitungkan dengan umur kehidupan pada saat itu, kalau tingginya cuma 2 m, mungkin akan sulit membedakan antara anak2 dan orang dewasa. Dan lagi, zaman dan dunia Buddha ini kemungkinan besar tidak sama dengan zaman dan dunia kita sekarang
« Last Edit: 11 July 2008, 08:51:34 PM by Indra »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #127 on: 12 July 2008, 09:37:51 AM »
 [at] Yumi : itu adalah tinggi Buddha pada saat kehidupan manusia sangat panjang, berbeda dengan kehidupan manusia sekarang.

Dalam buku "The Life of Buddha (Gotama)" oleh Nyanamoli dikatakan :
"The Buddha was of normal height. This may be presumed from the story of his exchange of robes with the Elder Maha-Kassapa, which will be given later, and from the following incident."
Lalu beliau memberi contoh sepupu Sang Buddha, Nanda yang sering disalah tebak sebagai Sang Buddha karena sangat tampan, tetapi lebih pendek empat ruas jari dari Sang Buddha.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #128 on: 12 July 2008, 09:43:45 AM »
[at] Yumi : itu adalah tinggi Buddha pada saat kehidupan manusia sangat panjang, berbeda dengan kehidupan manusia sekarang.

Dalam buku "The Life of Buddha (Gotama)" oleh Nyanamoli dikatakan :
"The Buddha was of normal height. This may be presumed from the story of his exchange of robes with the Elder Maha-Kassapa, which will be given later, and from the following incident."
Lalu beliau memberi contoh sepupu Sang Buddha, Nanda yang sering disalah tebak sebagai Sang Buddha karena sangat tampan, tetapi lebih pendek empat ruas jari dari Sang Buddha.

Yang dimaksudkan Yumi adalah Buddha Dipankara dan Nyanamoli membicarakan Buddha Gotama, jadi di sini dibacarakan dua manusia yang berbeda, di zaman yang berbeda, lingkungan, dan mungkin Planet yang berbeda.

Karuna: besok Asadha di VVD

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
PENYERAHAN TOTAL TERHADAP BUDDHA
« Reply #129 on: 13 July 2008, 06:42:59 PM »
... Bodhisatta menyerahkan dirinya kepada Buddha dengan mengatakan,
“Aku mempersembahkan tubuhku ini kepada Buddha
(imàham attabhàvam Buddhànam niyyàdemi).”
Penyerahan diri ini yang dilakukan kepada Buddha adalah alat yang baik dalam memenuhi semua Pàrami.

… Bodhisatta yang telah menyerahkan dirinya kepada Buddha merenungkan,
“Aku telah memberikan tubuh ini kepada Buddha, terjadilah apa pun yang akan terjadi,”
ketika Beliau mengalami masalah yang dapat membahayakan tubuh dan hidupnya yang sulit diatasi, atau ketika Beliau mengalami luka parah yang disebabkan oleh makhluk lain yang dapat membunuhnya, dalam usahanya memenuhi Pàrami selama berbagai kehidupannya.

Dengan merenungkan demikian, Beliau tidak akan tergoyahkan dalam menghadapi masalah yang bahkan dapat mengancam hidupnya dan bertekad untuk mengumpulkan jasa kebajikan untuk memenuhi Pàrami.

~RAPB 1, p. 191~


:jempol: Merenungkan ini memang bs membantu.. ;D
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #130 on: 14 July 2008, 12:17:38 PM »
Penyerahan diri ini tentu tidak bisa disamakan dengan konsep penyerahan diri di agama lain.
Penyerahan diri disini memiliki makna berkorban demi ...
baca 8 faktor yang diperlukan untuk menerima ramalan hal 47-48.
 _/\_

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #131 on: 14 July 2008, 08:24:37 PM »
Quote
Penyerahan diri disini memiliki makna berkorban demi ...
Berkorban demi?Maksudnya?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #132 on: 14 July 2008, 11:25:02 PM »
Berkorban demi Buddha Dipankara

Yg berdiskusi di thread ini, sebaiknya sudah atau sedang membaca buku Riwayat Agung Para Buddha, kalau belum baca jadinya gak nyambung _/\_

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #133 on: 16 July 2008, 06:16:36 PM »
_/\_ Ko Indra, 2 minggu ini lagi banyak tugas dari OSIS untuk MOS, 2 minggu online di DC cuma buat ngejunk ;D

Ini pertanyaan saya:

Hanya jika memiliki kebijaksanaan seseorang dapat memiliki Upàya-kosalla Nana dan dapat bermanfaat bagi makhluk lain; dan hanya dengan demikianlah, tindakan kedermawanan dapat menjadi kesempurnaan sejati. (Tanpa kebijaksanaan, seseorang dapat melakukannya dengan motivasi kepentingan pribadi; tindakan kedermawanan demi kepentingan pribadi bagaikan mengambil hasil dari sebuah investasi).


Bila berdana demi kepentingan pribadi, termasuk kusala kamma atau akusala kamma?
Atau ada tergantung faktor lainnya?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #134 on: 16 July 2008, 09:54:15 PM »
Bahkan para Bodhisatta dalam melakukan dana juga dengan tujuan kepentingan pribadi, yaitu demi kepentingan pemenuhan Parami agar tercapai cita-citanya menjadi Samma Sambuddha. jadi sepertinya yang membedakan Kusala/Akusala adalah motifnya. untuk hal ini mungkin para Abhidhammaist bisa membantu menjelaskan lebih lanjut.

Tapi pada kutipan itu, yang dimaksudkan jelas adalah kepentingan yang tidak baik (Akusala), misalnya untuk pamer, supaya jadi terkenal, dlsb.

Mr.Wei, anda tidak perlu menjadikan thread ini sebagai beban, silahkan posting kalau memang perlu, khusus untuk anda saya sudah mempersiapkan piala tanpa perlu menunggu sampai 10 point, bisa diambil pada acara Kopdar, dan akan diserahkan langsung oleh Sang Maha DC Sumedho.
 _/\_

 

anything