Pemerintah Panggil Produsen BlackBerry
JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) akhirnya memanggil perwakilan produsen ponsel pintar asal Kanada, Research In Motion (RIM). Pasalnya, produsen ponsel merek BlackBerry tersebut belum memenuhi sejumlah perintah dan kesepakatan yang diminta Kemkominfo.
Gatot S Dewa Broto, Kepala Komunikasi Publik Kemkominfo, menuturkan, pejabat RIM akan memenuhi panggilan dan bersedia hadir pada pertemuan yang dijadwalkan pada 16-18 September 2011 ini. "Kami akan minta laporan sejauh mana mereka telah menjalankan kewajibannya," kata Gatot, Selasa (13/9/2011).
Gatot menuturkan, dari empat kewajiban, RIM baru memenuhi satu kewajiban, yakni penyaringan konten pornografi. Tiga kewajiban lain yang belum dipenuhi RIM, pertama, membangun layanan purnajual sebanyak 40 titik di seluruh Indonesia. Kedua, memfasilitasi akses penyadapan yang sah (lawful interception) kepada penegak hukum Indonesia. Ketiga, membangun server network di kawasan regional.
Padahal, tenggat waktu pemenuhan kewajiban itu pada akhir Desember 2011. Jika RIM gagal, pemerintah bisa mencabut izin edar BlackBerry di Indonesia. "
Kami bisa memberi sanksi penalti berupa pencabutan sertifikasi BlackBerry," katanya.
Menurut Gatot,
pemerintah juga akan mempertanyakan pilihan RIM untuk membangun pabrik di Malaysia ketimbang di Indonesia. Padahal, pengguna BlackBerry di Indonesia hampir 5 juta orang. "Kami hanya akan minta klarifikasi," katanya.
Belum terpengaruh
Gregory Wade, Managing Director South East Asia RIM, tak berkomentar banyak. Ia menyatakan siap bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Perhitungannya, pasar Indonesia adalah salah satu pasar terbesar di dunia yang membantu bisnis RIM bertumbuh. "Kami berharap bisa bekerja sama," jawabnya melalui e-mail pada Kontan. Heru Sukendro, GM Device Bundling Management PT Telkomsel, menuturkan, pihaknya akan menunggu pertemuan pemerintah dan RIM. Sejauh ini, masalah RIM dengan pemerintah ini belum memengaruhi target bisnis Telkomsel dalam menjual layanan BlackBerry. "Kami justru menargetkan pengguna layanan BlackBerry di atas 3 juta pelanggan di 2011," katanya.
Febriati Nadira, Head of Corporate Communication PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL), mengakui keberadaan handset BlackBerry sangat berperan memicu naiknya penggunaan layanan data operator. "Berjualan BlackBerry itu salah satu siasat marketing untuk menaikkan layanan data," tuturnya. (Yudo Widiyanto/Kontan)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/13/12085779/Pemerintah.Panggil.Produsen.BlackBerryTidak Mudah Naikkan PPnBM BlackberryAKARTA - Niat pemerintah untuk meninjau kembali Free Trade Area (FTA) yang dinilai merugikan, Indonesia harus siap dengan semua konsekuensinya.
Peninjauan FTA ini karena Indonesia dirugikan dengan bebasnya pajak bea masuk (PPnBM) seperti pada produk Blackberry.Dirjen Bea Cukai Agung Kuswandono mengatakan, kalau memang pemerintah akan meninjau ulang FTA ini harus siap dengan konsenkuensi seperti adanya kompensasi.
"Menteri akan meninjau ulang FTA ada konsekuensinya juga, seperti akan ada kompensasi atau malah ada kebijakan ini bayar tapi yang itu bebas, dan di sini tidak mudah," ungkap Agung ketika ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (12/9/2011).
Walaupun demikian, peninjauan FTA ini menurutnya akan ada juga memberikan keuntungan bagi Indonesia, seperti adanya proteksi industri dalam negeri.
"Alat proteksi industri dalam negeri, impor dikasih tarif yang tinggi dan industri dalam negeri harus bersaing dengan impor. Makanya di sini tidak mudah mas," pungkasnya.
(wdi)
http://economy.okezone.com/read/2011/09/12/20/501795/tidak-mudah-naikkan-ppnbm-blackberrypara pengguna blackberry siap siap menghadapi masalah masalah pada masa akan datang dari kebijakan RIM membangun pabriknya di malaysia.
bila di pikir dari pihak pemerintah indonesia padahal RIM ini sudah mempunyai banyak pelanggan dan telah mendapat keuntungan besar dari pasar indonesia kenapa malah tidak menginvestasikan kembali ke indonesia ( jadi rim hanya cari untung saja) maka pemerintah merasa sakit hati dengan hal itu secara halus berupa permintaan klarifikasi seperti kata artikel diatas, kedepan nya siapa yang tahu apa yang akan terjadi?.