ngomong-ngomong tentang aliran sesat dan aliran asli di tibet ada seorang tokoh agama Buddha yang sangat saya kagumi, Athisa Dipankara.
Sekedar sharing saja, di tibet, pada jaman dahulu kala juga terdapat aliran-aliran sesat dan aliran-aliran asli. aliran yang satu belajar tantra, sedangkan aliran yang lain belajar sutra. Mereka saling mengejek dan mencaci-maki satu sama lain. mereka selalu merasa alirannya benar, sedangkan aliran lain adalah sesat.
Namun apa yang dilakukan oleh Lama Athisa Dipankara, sungguh luar biasa, daripada mengikuti teman-temannya menjelek-jelekkan aliran sesat. dia mempelajari aliran-aliran sesat dan aliran-aliran asli itu secara seimbang. Dia berguru kepada puluhan guru, bahkan dalam usahanya mencari guru, dia sampai pergi ke Srivijaya. Dia tidak memihak apakah aliran sutra itu asli atau sesat, ataukah aliran tantra itu asli atau sesat. Dia sangat memahami apa yang tertulis di Kalama Sutta.
Namun sayang sekali, sekarang para tokoh agama Buddha tidak ada yang mencontoh apa yang dilakukan oleh Athisa. ada yang rebutan gelar rinpoche, ada yang belajar lamrim dari seorang master dorje shugden namun dibelakangnya menjelekkan dorje shugden. politik yang dilakukan mereka, apabila diketahui oleh pihak non-Buddhist. sudah pasti akan menjadikan agama Buddha menjadi bahan tertawaan saja.