//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?  (Read 17549 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #45 on: 27 September 2010, 08:55:26 AM »
apakah melemahkan kesadaran, itu konotasinya teler saja?
Jadi melemahkan kesadaran meliputi apa?

Quote
Saya adalah perokok-lalu saya coba anapanasati dgn rokok.
gak bisa tuh... , kalaupun mau di amati frame asap/detik, maka tdk akan bisa jadi merokok.
Kalau satipatthana, sepertinya setiap orang beda kemampuan dan kecocokan. Saya pikir melakukan dengan objek ekstrem (misalnya merokok) juga mungkin saja. Namun di jaman tidak ada yang bisa membimbing secara pasti (=Buddha), sebaiknya melakukan yang "normal-normal saja" daripada alih-alih melepas kemelekatan, malah terperosok lubang.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #46 on: 27 September 2010, 09:38:51 AM »
namo buddhaya...

bagaimana pandangan agama buddha tentang rokok ?
apalah merokok itu dosa ? apa karma bagi seorang perokok di kehidupan yang
sebenarnya...

terima kasih tolong jawaban yang selengkap lengkap nya tentang rokok


*** Semoga semua makhluk berbahagia ***

Jawaban Bhikkhu:

Sdr. Andrew

Banyak orang yang adalah para perokok harus menerima kecaman secara  pedas
dari orang-orang sekitar/masyarakat terutama oleh keluarganya, seolah-olah
tindak merokok itu setara dengan satu kejahatan BESAR. Tak jarang mereka
memerintah secara paksa agar perokok menghentikan kebiasaannya, tanpa
berpikir bahwa pihak perokok perlu menumbuhkan kesiapan mentalnya agar
cukup kuat memutuskan untuk berhenti merokok. sebenarnya, di antara para
perokok, tidak sedikit dari mereka yang berkeinginan, dan sangat
menginginan bisa berhenti merokok. hanya, satu hal utama adalah, kalau
mereka itu masih tetap merokok, karena mereka masih mau memberikan
kemenangan bagi perasaan/nafsu mereka ketimbang pemikiran untuk berhenti
merokoknya.

Rokok adalah sejenis obat penenang ringan. (obat penenang jenis berat
adalah morphin yang mampu memabukkan, membius atau membuat orang tidak
sadar). karena sifatnya yang ringan, rokok tidak termasuk barang yang
membuat lemahnya kesadaran secara berkelanjutan dalam waktu lama, apalagi
membuat hilangnya kesadaran.

Di sisi lain, rokok bersifat mencandui, yaitu membuat pengguna ketagihan,
membuat ketergantungan padanya. Mengacu pada sila kelima dalam Pancasila
buddhis, istilah 'ketagihan' ini tidak termasuk dalam cakupan sila itu,
karena, yang tersebut di sana adalah 'barang/minuman yang memabukkan'
bukan 'barang/minuman yang membuat ketagihan'.

karena ciri yang demikian ini, rokok menurut kriteria sila dalam Agama
Buddha, sehingga riskan dikategorikan sebagai benda yang menjadi objek
pelanggaran sila kelima dalam Pancasila buddhis.

Hanya saja, dalam tubuh Ajaran, Agama Buddha tidak mengajarkan tentang
sila saja. Dalam arti lain, ada ajaran-ajaran lain dalam Agama Buddha yang
bersifat lebih halus lagi. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih tinggi
bagi diri sendiri, seseorang memang sepatutnya melaksanakan Dhamma/Ajaran
Sang Buddha yang lebih halus itu. Rokok, meskipun berkadar kecil, tetap
mengandung zat penenang, yang mana kalau tidak amat diperlukan, semestinya
seseorang memilih untuk tidak menggunakannya. Lagi pula, rokok bersifat
mencandui, membuat ketergantungan padanya. Ini sedikit banyak akan
berpengaruh dalam membina diri mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dalam
ajaran Dhamma yang lebih halus/luhur.

Namun, dalam hal ini, Agama Buddha atau Sang Buddha tidak memaksakan
ajaran-Nya untuk dilaksanakan oleh pemeluknya. Beliau sekadar membeberkan
apa yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk, serta yang bermanfaat
dan yang merugikan bagi orang. Orang secara hormat, yakin, sadar, dan
bijak melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya
melalui Ajaran Sang Buddha itu. Dan tentunya, itu masih didasarkan pada
tingkat kekuatan atau kemampuan dan kelegaan tiap-tiap orang.

Seseorang dalam bertekad melaksanakan Pancasila, dapat membuat tekad
dengan ketat SECARA PRIBADI (artinya: tidak menerapkannya ke orang lain),
yaitu salah satunya tidak mengkonsumsi rokok, karena bagaimanapun rokok
mengandung zat penenang ringan. Dan dalam bertekad melaksanakan Dhamma, ia
dapat menghindarinya karena tindak itu termasuk pemuasan emosi, terlebih
lagi berdampak ketagihan. Satu hal yang dianggap wajar seseorang dalam
berlatih melaksanakan Dhamma, masih harus memuaskan emosi inderawinya.
Namun, objek pemuasan emosi inderawi itu amatlah banyak ... tidak harus
rokok. Karena, selain sisi negatif seperti disebutkan di atas, rokok masih
mengandung sisi negatif lain ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan,
misalnya:
- dapat merugikan kesehatan orang lain melalui asap rokok yang dihembuskan
di dekat mereka (passive smoker); kurang etis tentunya.
- dapat merugikan kesehatan diri sendiri akibat kandungan zat dalam rokok;
kurang bijak tentunya.
- pemborosan harta sendiri karena harus keluar beaya membeli rokok,
termasuk beaya pengobatan jika harus jatuh sakit akibat rokok itu
- pemborosan harta anggota keluarga lain (orangtua, istri, suami, anak,
atau saudara) yang bukan perokok karena harus keluar beaya membeli rokok
buatnya, termasuk biaya pengobatannya jika harus jatuh sakit akibat rokok
itu; agak egois tentunya.
- dipandang kurang punya kepribadian menarik di mata beberapa kelompok
orang tertentu.
- dan ada 2 atau 3 alasan lain lagi.

Tip: ia yang berkehendak berhenti merokok, setelah siap untuk menghentikan
rokok, tegaslah dalam berkeputusan, minum air putih banyak-banyak saat
muncul keinginan merokok, buatlah kegiatan lain secara sengaja untuk
mengalihkan perhatian dari keinginan merokok, dan jauh lebih penting dari
semuanya, "setelah berhenti, jangan mencoba batang pertama".


Semoga Berbahagia.

Bhikkhu Dhammadhiro
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #47 on: 27 September 2010, 09:44:38 AM »
Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53), Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti hal-hal ini:
1. Menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu.
2. Menuju pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan.
3. Menuju pada pengumpulan, bukan pada pelepasan.
4. Menuju pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan.
5. Menuju pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan.
6. Menuju pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian.
7. Menuju pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat.
8. Menuju pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan`
- tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti:
`Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`

Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti hal-hal ini:
1. Menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu.
2. Menuju pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan.
3. Menuju pada pelepasan, bukan pada pengumpulan.
4. Menuju pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan.
5. Menuju pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan.
6. Menuju pada kesendirian, bukan pada suka berkumpul.
7. Menuju pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan.
8. Menuju pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah
- tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti:
`Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`

SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80), Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` – dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`

Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` – dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`


merokok itu termasuk kemana? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #48 on: 27 September 2010, 11:24:04 AM »
namo buddhaya...

bagaimana pandangan agama buddha tentang rokok ?
apalah merokok itu dosa ? apa karma bagi seorang perokok di kehidupan yang
sebenarnya...

terima kasih tolong jawaban yang selengkap lengkap nya tentang rokok


*** Semoga semua makhluk berbahagia ***

Jawaban Bhikkhu:

Sdr. Andrew

Banyak orang yang adalah para perokok harus menerima kecaman secara  pedas
dari orang-orang sekitar/masyarakat terutama oleh keluarganya, seolah-olah
tindak merokok itu setara dengan satu kejahatan BESAR
. Tak jarang mereka
memerintah secara paksa agar perokok menghentikan kebiasaannya, tanpa
berpikir bahwa pihak perokok perlu menumbuhkan kesiapan mentalnya agar
cukup kuat memutuskan untuk berhenti merokok. sebenarnya, di antara para
perokok, tidak sedikit dari mereka yang berkeinginan, dan sangat
menginginan bisa berhenti merokok. hanya, satu hal utama adalah, kalau
mereka itu masih tetap merokok, karena mereka masih mau memberikan
kemenangan bagi perasaan/nafsu mereka ketimbang pemikiran untuk berhenti
merokoknya.

Rokok adalah sejenis obat penenang ringan. (obat penenang jenis berat
adalah morphin yang mampu memabukkan, membius atau membuat orang tidak
sadar). karena sifatnya yang ringan, rokok tidak termasuk barang yang
membuat lemahnya kesadaran secara berkelanjutan dalam waktu lama, apalagi
membuat hilangnya kesadaran.

Di sisi lain, rokok bersifat mencandui, yaitu membuat pengguna ketagihan,
membuat ketergantungan padanya. Mengacu pada sila kelima dalam Pancasila
buddhis, istilah 'ketagihan' ini tidak termasuk dalam cakupan sila itu,
karena, yang tersebut di sana adalah 'barang/minuman yang memabukkan'
bukan 'barang/minuman yang membuat ketagihan'.

karena ciri yang demikian ini, rokok menurut kriteria sila dalam Agama
Buddha, sehingga riskan dikategorikan sebagai benda yang menjadi objek
pelanggaran sila kelima dalam Pancasila buddhis.

Hanya saja, dalam tubuh Ajaran, Agama Buddha tidak mengajarkan tentang
sila saja. Dalam arti lain, ada ajaran-ajaran lain dalam Agama Buddha yang
bersifat lebih halus lagi. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih tinggi
bagi diri sendiri, seseorang memang sepatutnya melaksanakan Dhamma/Ajaran
Sang Buddha yang lebih halus itu. Rokok, meskipun berkadar kecil, tetap
mengandung zat penenang, yang mana kalau tidak amat diperlukan, semestinya
seseorang memilih untuk tidak menggunakannya. Lagi pula, rokok bersifat
mencandui, membuat ketergantungan padanya. Ini sedikit banyak akan
berpengaruh dalam membina diri mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dalam
ajaran Dhamma yang lebih halus/luhur.

Namun, dalam hal ini, Agama Buddha atau Sang Buddha tidak memaksakan
ajaran-Nya untuk dilaksanakan oleh pemeluknya. Beliau sekadar membeberkan
apa yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk, serta yang bermanfaat
dan yang merugikan bagi orang. Orang secara hormat, yakin, sadar, dan
bijak melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya
melalui Ajaran Sang Buddha itu. Dan tentunya, itu masih didasarkan pada
tingkat kekuatan atau kemampuan dan kelegaan tiap-tiap orang.

Seseorang dalam bertekad melaksanakan Pancasila, dapat membuat tekad
dengan ketat SECARA PRIBADI (artinya: tidak menerapkannya ke orang lain),
yaitu salah satunya tidak mengkonsumsi rokok, karena bagaimanapun rokok
mengandung zat penenang ringan. Dan dalam bertekad melaksanakan Dhamma, ia
dapat menghindarinya karena tindak itu termasuk pemuasan emosi, terlebih
lagi berdampak ketagihan. Satu hal yang dianggap wajar seseorang dalam
berlatih melaksanakan Dhamma, masih harus memuaskan emosi inderawinya.
Namun, objek pemuasan emosi inderawi itu amatlah banyak ... tidak harus
rokok. Karena, selain sisi negatif seperti disebutkan di atas, rokok masih
mengandung sisi negatif lain ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan,
misalnya:
- dapat merugikan kesehatan orang lain melalui asap rokok yang dihembuskan
di dekat mereka (passive smoker); kurang etis tentunya.
- dapat merugikan kesehatan diri sendiri akibat kandungan zat dalam rokok;
kurang bijak tentunya.
- pemborosan harta sendiri karena harus keluar beaya membeli rokok,
termasuk beaya pengobatan jika harus jatuh sakit akibat rokok itu
- pemborosan harta anggota keluarga lain (orangtua, istri, suami, anak,
atau saudara) yang bukan perokok karena harus keluar beaya membeli rokok
buatnya, termasuk biaya pengobatannya jika harus jatuh sakit akibat rokok
itu; agak egois tentunya.
- dipandang kurang punya kepribadian menarik di mata beberapa kelompok
orang tertentu.
- dan ada 2 atau 3 alasan lain lagi.

Tip: ia yang berkehendak berhenti merokok, setelah siap untuk menghentikan
rokok, tegaslah dalam berkeputusan, minum air putih banyak-banyak saat
muncul keinginan merokok, buatlah kegiatan lain secara sengaja untuk
mengalihkan perhatian dari keinginan merokok, dan jauh lebih penting dari
semuanya, "setelah berhenti, jangan mencoba batang pertama".


Semoga Berbahagia.

Bhikkhu Dhammadhiro

Kelihatannya, dari kasus Ajahn Chah dan penjelasan yang dibold biru di atas, dipermasalahkan lebih dikarenakan oleh "image" negatif dari masyarakat pada umumnya, bukan karena melanggar Vinaya.

Barang lain yang bisa menyebabkan kecanduan adalah kopi, namun karena  ~o) tidak mendapatkan "image" yang buruk layaknya maka tidak terlalu dipermasalahkan.
yaa... gitu deh

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #49 on: 27 September 2010, 11:40:56 AM »
Dibandingkan dengan yang kecanduan kopi, lebih banyak yang kecanduan nasi.  ;D

Di tempat kerja saya, ada peraturan , Merokok tidak dilarang, tetapi, tidak boleh mengeluarkan asap dalam ruangan.

Karena melarang merokok  adalah melanggar hak azasi manusia, sedangkan melarang mengeluarkan asap boleh, karena mencegah polusi.



~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #50 on: 27 September 2010, 11:45:21 AM »
Dibandingkan dengan yang kecanduan kopi, lebih banyak yang kecanduan nasi.  ;D

Di tempat kerja saya, ada peraturan , Merokok tidak dilarang, tetapi, tidak boleh mengeluarkan asap dalam ruangan.

Karena melarang merokok  adalah melanggar hak azasi manusia, sedangkan melarang mengeluarkan asap boleh, karena mencegah polusi.





pasti sekantor pada kentut berasap, karena melarang kentut juga melanggar hak azasi terlepas dari yg dikeluarkan adalah gas atau padat

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: [Vinaya] Bhikku di perbolehkan Merokok?
« Reply #51 on: 27 September 2010, 11:54:27 AM »
Dibandingkan dengan yang kecanduan kopi, lebih banyak yang kecanduan nasi.  ;D

Di tempat kerja saya, ada peraturan , Merokok tidak dilarang, tetapi, tidak boleh mengeluarkan asap dalam ruangan.

Karena melarang merokok  adalah melanggar hak azasi manusia, sedangkan melarang mengeluarkan asap boleh, karena mencegah polusi.





pasti sekantor pada kentut berasap, karena melarang kentut juga melanggar hak azasi terlepas dari yg dikeluarkan adalah gas atau padat

Yg kentutnya berasap mungkin minumnya bukan Aqua atau Teh Sosro, tapi bensin campur oli buat bemo .
~Life is suffering, why should we make it more?~