Alooo semuaneeeeee...
mau nanya neh...sebenarnya di Vinaya, Bhikku dilarang merokok ga?
soalnya kmrn pas mau pge kerja ada nampak 1 Bhikku merokok...
_/\_
Alooo semuaneeeeee...
mau nanya neh...sebenarnya di Vinaya, Bhikku dilarang merokok ga?
soalnya kmrn pas mau pge kerja ada nampak 1 Bhikku merokok...
_/\_
bukankah merokok itu masuk ke sesuatu yg tidak dianjurkan sesuai dgn pancasila sila ke-5 ( Keadilan Sosial ... ) :P
maksudnya sesuatu yg patut dihindari karena bisa menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.
heh? merokok bisa menurunkan kesadaran ya?Kesadaran sih tidak mungkin ya?Palingan kecanduan...Tapi tahap kecanduannya kayaknya tidak parah2 banget....
saya rasa kesadaran iya..heh? merokok bisa menurunkan kesadaran ya?Kesadaran sih tidak mungkin ya?Palingan kecanduan...Tapi tahap kecanduannya kayaknya tidak parah2 banget....
Salam,
Riky
di Thailand sendiri ada satu Bhikku senior yang merokok , Luanpu siapa gt aku lupa, sampe puntung rokoknya bernilai jutaan baht gara-gara penggemar fanatik amulet merasa puntung rokok Luangpu juga bisa bawa hoki.
As far as i Know, aku sependapat dengan om willi, karena Bhikkhu adalah panutan, dipercayai oleh orang tua sebagai wujud teladan bagi anak-anaknya, dipercayai anak-anak sebagai jembatan komunikasi dengan orang tua, jadi setidaknya bisa memberikan contoh tanpa cemoohan _/\_
Btw,yang saya ingin tanyakan kenapa ya kita sibuk mempertanyakan Bhikkhunya?GOOD POINT NICE..
Kenapa tidak mempertanyakan "diri sendiri?"....;D
Salam,
Riky
contoh yg gampang sederhana2 aja ....Itu salah,kalau saya dari lahir sampai kelas 1Sma semester 1 diajarin tentang dewa dewi dan Kaisar Dewa yang menguasai dunia(Thi Kong),saya tidak merasa ada something wrong dan saya fine2 saja kok,itu pendapat orang,dan setiap orang berbeda2 pendapatnya bahkan kembar identik sekalipun(Kecuali 1pikiran,1otak :))...Baru setelah semester 2 saya baru mulai mendengarkan guru agama saya nerangin,pertama sih bosan,lama kelaman yang dia bilang masuk akal(Baru sejak saat itu saya mengenal Buddhisme,karena sejak bayi sampai kelas 1Sma cuma tahu Buddhsime secara adat tionghoa yang sudah dipermak habis...^-^)
kalo dari kelas 1 sd - 3 sma di ajarin TUHAN maka setelah dikau lepas dari pendidikan pun akan terseret arusnya .. kau baru akan merasa sadar bahwa somethin wrong dengan hal itu setelah bertemu ajaran lain dan merasa pas ...
eh jgn2 ga skul di indo ya ? or dari kecil uda skul di skul buddhism ? ga diajarin tuhan2 an ?Skul di Indo lagi,:)
ga perlu sampe bunu membunu wakakakakka conto lo extrem banget ...Tidak juga loh...Pernyataan anda tidak sepenuhnya benar....Ambil kasus saja Bhante di India yang memperkosa,dia sudah mendapatkan ilmu vinaya dan Tipitaka yang sangat ketat dan bahkan vinaya melarang untuk bersentuhan dengan berlawanan jenis,tapi toh dia tetap memperkosa,kasusnya waktu disidangkan dia bunuh diri karena malu...:) atau lihat kasus sih Surya Prakarsa(entah apa namanya) yang membunuh artis,dia saja seorang Buddhisme dan mendapatkan gelar,apakah gelar itu menjamin dia tidak membunuh?Apakah yang mesti disalahkan Bhante yang mengajarkannya?Aneh bukan?Mengkambing hitamkan orang lain atas perbuatan anda sendiri(Neraka avijji menunggu orang2 seperti ini :) )
even kalo bunu membunu , kalo lo uda terbiasa dengan pandangan membunu itu bener, jg akan grow up dengan kesalahan pandangan sperti itu.
kenapa sedari kecil ga membunuh ? karena selain guru ada jg ortu kita yg benerin kita (ortu kita jg guru kita)
kalo mengenai kamaa dia buruk or jelek itu bener dia yg tanggung lah, saya di thread lain jg ada tulis itu .. jgn lakuin kalo ga isa trima resiko nya wakakakaka ... yg jadi maslaah itu implikasi ke masyarakat ..Terserah orang mau bilang apa,kan orang tersebut punya mulut,kenapa harus kita yang sewot?
guru itu panutan, panutan itu ga 100% di copy lah, cuman efek nya pasti terjadi dan ga smua orang bisa memfilter dengan benar kalo belon tau yg sebenar benar nya ....Kayaknya tidak ada yang menyuruh anda untuk mencopy 100% guru tersebut,SB berkata,"Selami batin sendiri"(Sudah sangat jelas perkataan SB,Kebenaran hanya bisa diperoleh didalam diri sendiri,bukan didalam diri SB sendiri bahkan orang lain :) )
kalo dari kecil kamu di ajarin .. bumi ini data dan ga tau or ga dapet info bumi ini bunder .. kemungkinan lo akan berpikir bahwa itu bener .... guru itu sangat berpengaruh baik kepada pemahaman kita maupun panutan kita, ya kalo karma baik lo mumpuni utk dapet pencerahan bahwa ajaran gurumu itu salah ... kalo kaga ? ya lo ikut salah ....Itu makanya SB mengajarkan,"SADARI SAAT INI"....
conto lain hal lagi ... kalo sejak kecil kamu di kasi tau .. manusia ini menguasai segala isi bumi baik binatang or yg lain2 berhak ngapain aja kepada mereka .... bantai aja lah smua ga da masalah .... lo akan merasa membantai mereka itu hal biasa aja .. sampe suatu hari kamu mendapat info .. sebaliknya beserta penjelasan yg bagus jg .. baru engkau mungkin akan berpikir bahwa hal membantai itu salah, ga seharusnya begitu, itupun kalo kamu bisa menerima penjelasan itu dan pas masuk di pemahaman elo, kalo ga masuk ya tetep aja ......Ketika kita diberitahu membantai itu benar dan kita mengikutinya langsung(Berati disini bukan Saddha ajaran SB tapi kepercayaan MEMBABI BUTA,yang SB ajarkan Saddha bukan kepercayaan MEMBABIBUTA,SB SENDIRI BERKATA KITA BAHKAN HARUS KRITIS TERHADAP TIPITAKA MAUPUN BHANTE SEKALIPUN),saya sudah bilang SB mengajarkan,"Selami batin anda sendiri"
jadi guru itu tanggung jawab moral besar, makana itu ga smua orang bisa menjadi guru yang baik dan bener, alih2 menjadi guru yg baik, kalo ga bener malah jadinya bukan mengajar, membabarkan, menyebarkan tp malah membuat pandangan sekitar semakin negatif, semakin menghilang.Jangan menyalahkan guru/orang yang mengajar...Saya sangat kecewa jika ada orang lain yg menyalahkan guru/pengajar...Banyak orang jika seorang Guru mendidik muridnya dan muridnya melakukan kesalahan yang paling utama disalahkan adalah gurunya(Menurut saya pribadi ini adalah pandangan yang sangat sempit)...
memang bener saya penuh dengan LDM LMD or apalah itulah ... karena itu saya belajar, dan saya bersyukur bisa tau ajaran ini dengan bener (semoga bener)LMD atau apapun itu hanya pikiran anda...LDM atau apapun lah itu hanya sebuah label,so SADARI SAAT INI saja lagi...:)
Itu salah,kalau saya dari lahir sampai kelas 1Sma semester 1 diajarin tentang dewa dewi dan Kaisar Dewa yang menguasai dunia(Thi Kong),saya tidak merasa ada something wrong dan saya fine2 saja kok,itu pendapat orang,dan setiap orang berbeda2 pendapatnya bahkan kembar identik sekalipun(Kecuali 1pikiran,1otak laugh...Baru setelah semester 2 saya baru mulai mendengarkan guru agama saya nerangin,pertama sih bosan,lama kelaman yang dia bilang masuk akal(Baru sejak saat itu saya mengenal Buddhisme,karena sejak bayi sampai kelas 1Sma cuma tahu Buddhsime secara adat tionghoa yang sudah dipermak habis...chuckle)
NB:Sekarang saya baru naik kelas 3Sma jadi saya belum tamat Skul..
Skul di Indo lagi,:)
Bukan di Skul Buddhis koq tapi Skul swasta dan penguasa Skul semuanya orang kr****n,tapi tidak ada diskriminasi yang mencolok....Kalau soal ajarin atau tidak,saya selama skul dr SD sampai SMa kelas 1 kalau masalah agama Buddha sih tidak pernah didengarin,palingan minta diajarin atau menyontek saja..chuckle ,jadi saya tidak tahu pernah diajarin tidak....
Tidak juga loh...Pernyataan anda tidak sepenuhnya benar....Ambil kasus saja Bhante di India yang memperkosa,dia sudah mendapatkan ilmu vinaya dan Tipitaka yang sangat ketat dan bahkan vinaya melarang untuk bersentuhan dengan berlawanan jenis,tapi toh dia tetap memperkosa,kasusnya waktu disidangkan dia bunuh diri karena malu...Smiley atau lihat kasus sih Surya Prakarsa(entah apa namanya) yang membunuh artis,dia saja seorang Buddhisme dan mendapatkan gelar,apakah gelar itu menjamin dia tidak membunuh?Apakah yang mesti disalahkan Bhante yang mengajarkannya?Aneh bukan?Mengkambing hitamkan orang lain atas perbuatan anda sendiri(Neraka avijji menunggu orang2 seperti ini Smiley )pernyataan saya gada yg bener, hampir seluruhnya adalah salah :), makana saya masuk forum, membaca, belajar dll smoga bisa jadi lebih bener
"Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga"
Dan yang paling pasti Buddhisme tidak menjanjikan apa2,baik itu surga mau neraka bahkan baik itu anda bisa berlaku lurus atau tidak semuanya kembali pada anda sendiri,cuma anda sendiri bukan orang lain...Smiley
Menurut saya sih masalahnya bukan pada orang lain,tapi pada diri sendiri...Jangan membuat alibi dengan mengkambing hitamkan orang lain...Perbuatan tidak terpuji itu Smiley
Terserah orang mau bilang apa,kan orang tersebut punya mulut,kenapa harus kita yang sewot?
Tugas kita cuma 1 yakni menyelami batin sendiri,bukan menanggapi setiap omongan orang...Biarkan "Telinga menjadi Telinga" biarkan "Kata menjadi Kata"
Kayaknya tidak ada yang menyuruh anda untuk mencopy 100% guru tersebut,SB berkata,"Selami batin sendiri"(Sudah sangat jelas perkataan SB,Kebenaran hanya bisa diperoleh didalam diri sendiri,bukan didalam diri SB sendiri bahkan orang lain
Itu makanya SB mengajarkan,"SADARI SAAT INI"....
Bumi itu datar atau bundar itu kerjaan siapa?Siapa yang pingin mengetahuinya?Manusia itu sendiri kan?Tidak pernah terpuaskan oleh pengetahuan2nya....Semuanya hanyalah konsep...
Saya bilang bumi datar,saya terkenal dan nama saya ada disegala buku pelajaran diskul,100thn kemudian orang lain menyanggah teori saya dengan mengatakan bumi itu bundar dan teori dia benar,dan kemudian nama saya menghilang digantikan nama dia...Bukankah begitu?Kebenaran manusia itu hanya sebatas begitu,tidak kekal,tidak mutlak....Kebenaran manusia menjadi kebenaran jika tidak ada orang yang bisa menyanggahnya dan seterusnya begitu....
Ketika kita diberitahu membantai itu benar dan kita mengikutinya langsung(Berati disini bukan Saddha ajaran SB tapi kepercayaan MEMBABI BUTA,yang SB ajarkan Saddha bukan kepercayaan MEMBABIBUTA,SB SENDIRI BERKATA KITA BAHKAN HARUS KRITIS TERHADAP TIPITAKA MAUPUN BHANTE SEKALIPUN),saya sudah bilang SB mengajarkan,"Selami batin anda sendiri"bukannya saya uda menulis berulang di sebelum2 nya, kondisi masyarakat itu tidak lah seperti yg anda kira (ga tau lagi kalo masyarakat disekitar anda uda menguasai ajaran2 dengan baik), kondisi nya itu sangat berbeda, yg sekedar tau itu porsi nya kecil (saya termasuk kali hehehehe menghibur diri neh), yg mengetaui secara LEBIH jelas itu sangat kecil, apa lagi yg bener2 ngerti ... wuiw ... dikit banget kali ......
Jangan menyalahkan guru/orang yang mengajar...Saya sangat kecewa jika ada orang lain yg menyalahkan guru/pengajar...Banyak orang jika seorang Guru mendidik muridnya dan muridnya melakukan kesalahan yang paling utama disalahkan adalah gurunya(Menurut saya pribadi ini adalah pandangan yang sangat sempit)...kok kecewa ? kan anda menyelami diri anda sendiri ?
"Semuanya itu kembali pada diri sendiri,bukan pada orang lain"...
Lihat betapa bijaksananya Pangeran Siddharta(Seblm dia mencapai kebijaksanaan tertinggi),dia berguru kemana2,"Apakah ketika dia tahu gurunya salah dan meninggalkan gurunya dia mencela gurunya?Jika Siddharta sendiri tidak melakukan hal tersebut,kenapa anda melakukannya?
"Seperti seekor lebah yang menyisap madu di bunga,ketika dia sudah menyisap madunya dia akan meninggalkan bunganya tanpa merusaknya."
Petunjuk keempat dan terakhir adalah memberlakukan hukuman yang lebih berat terhadap diri Channa
Hyang Buddha menjelaskan bahwa Channa tidak boleh diajak berbicara, diberi nasehat
ataupun diberi petunjuk, tidak peduli apapun yang dia lakukan
.
.
.
Selanjutnya Ananda melaporkan perintah kedua, yang telah diberikan
Hyang Buddha segera sebelum Beliau mangkat, yakni mengenakan
hukuman yang lebih berat terhadap bhikkhu Channa. Anggota sidang
meminta agar Ananda sendirilah yang menyampaikan keputusan itu
kepada bhikkhu Channa. Ananda keberatan melakukan hal tersebut
mengingat Channa adalah seorang yang bengis dan tidak dapat diatur.
Sidang menasehatkan Ananda untuk membawa sejumlah bhikkhu
bersama dengannya. Dengan memimpin sekelompok besar bhikkhu ia
melakukan perjalanan ke Kosambi di mana Channa tinggal, dan
memberitahukan kepadanya tentang kehendak terakhir Hyang Buddha
bahwa ia telah dinyatakan tidak ada di dalam Sangha
Hukuman semacam ini telah dijelaskan oleh Hyang Buddha kepada Kesi, si
pelatih kuda. Beliau akan menggunakan hukuman tersebut terhadap
bhikkhu yang tidak dapat diubah kelakuannya, baik melalui teguran atau
disiplin. Barangsiapa yang tidak dapat dilatih dengan cara ini, ia akan
dianggap seperti tidak ada di dalam Sangha: ia tidak akan diajak berbicara,
apapun yang dia lakukan. Ketika Channa mendengar hal ini, ia menjadi
demikian takutnya sehingga ia jatuh pingsan. Ketika ia siuman, ia merasa
amat malu karena Hyang Guru telah menjatuhkan hukuman ini terhadap
dirinya sebagai perintah terakhir Beliau yang diberikan kepada Sangha. Hal
ini memberinya daya pendorong besar untuk melakukan usahanya dengan
sungguh-sungguh sehingga dalam tempo yang singkat ia berhasil menjadi
seorang Arahat. Demikianlah hukuman ini menunjukkan sendiri sebagai
perbuatan cinta kasih terakhir Hyang Buddha demi manfaat serta
kebahagiaan bhikkhu Channa, yang berguna meskipun sesudah wafatnya
Beliau. Ketika Channa telah menjadi seorang suci, ia pergi menemui
Ananda serta memohon kepadanya agar mau mencabut kembali hukuman
tersebut. Ananda menjawab bahwa segera sesudah ia mencapai
kebebasan dari nafsu-nafsu, hukuman itu tidak lagi berlaku dalam bentuk
apapun
LMD atau apapun itu hanya pikiran anda...LDM atau apapun lah itu hanya sebuah label,so SADARI SAAT INI saja lagi.
apakah itu benar2 ajahn chah?Ajahn Chah ngerokok juga ? Masa sih ???
(http://lh5.ggpht.com/_inWt5u6dA6I/RiWmcnOppiI/AAAAAAAAADA/IlvnV4-BGXg/Lp029.jpg)
Sumber: ajahnchah.org
Up..up..upMerokok adalah kemelekatan atau tidak adalah relatif sebagaimana jubah yang merupakan kebutuhan utama misalnya, juga bisa jadi obyek kemelekatan.apakah itu benar2 ajahn chah?Ajahn Chah ngerokok juga ? Masa sih ???
(http://lh5.ggpht.com/_inWt5u6dA6I/RiWmcnOppiI/AAAAAAAAADA/IlvnV4-BGXg/Lp029.jpg)
Sumber: ajahnchah.org
Merokok bukan sebuah kemelektan?
walau bukan kemelekatan, tapi mungkin sebuah kenikmatan tersendiri :P
bhikkhu punya selera
Up..up..upDemikianlah yg telah kulihat: Saya tidak melihat Ajahn Chah merokok, yang saya lihat di foto hanya ada seorang Bhante memegang rokok. :))apakah itu benar2 ajahn chah?Ajahn Chah ngerokok juga ? Masa sih ???
(http://lh5.ggpht.com/_inWt5u6dA6I/RiWmcnOppiI/AAAAAAAAADA/IlvnV4-BGXg/Lp029.jpg)
Sumber: ajahnchah.org
Merokok bukan sebuah kemelektan?
Tentang merokok ini sebetulnya sangat menarik sekali.
Kalau dibilang kemelekatan, memang bisa juga kemelekatan. Sama seperti memakai jubah bhikkhu bisa juga berdasarkan kemelekatan.
Kalau dibilang menyebabkan ketagihan, memang bisa, jika dikonsumsi dalam kadar tertentu.
Kalau dibilang melemahkan kesadaran, saya belum pernah lihat orang merokok bisa "teler". Bagi yang tidak terbiasa, bisa batuk atau sakit kepala. Kalau menghirup kebanyakan, mungkin bisa pingsan karena kekurangan oksigen.
Kalau dibilang tidak bermanfaat sama sekali, tidak juga. Merokok bisa membantu menurunkan risiko Alzheimer dan Parkinson, walaupun kalau dalam jumlah banyak, bahayanya lebih banyak, tidak sebanding dengan manfaatnnya.
Tentang merokok ini sebetulnya sangat menarik sekali.apakah melemahkan kesadaran, itu konotasinya teler saja?
Kalau dibilang kemelekatan, memang bisa juga kemelekatan. Sama seperti memakai jubah bhikkhu bisa juga berdasarkan kemelekatan.
Kalau dibilang menyebabkan ketagihan, memang bisa, jika dikonsumsi dalam kadar tertentu.
Kalau dibilang melemahkan kesadaran, saya belum pernah lihat orang merokok bisa "teler". Bagi yang tidak terbiasa, bisa batuk atau sakit kepala. Kalau menghirup kebanyakan, mungkin bisa pingsan karena kekurangan oksigen.
Kalau dibilang tidak bermanfaat sama sekali, tidak juga. Merokok bisa membantu menurunkan risiko Alzheimer dan Parkinson, walaupun kalau dalam jumlah banyak, bahayanya lebih banyak, tidak sebanding dengan manfaatnnya.
Bagaimana kalau sejak awal proses merokok, mulai dari mengambil rokok, memasukkan ke mulut, mengambil korek api, menyalakan korek api dan menghisap semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran, eling dan waspada? ;DHarusnya sih dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan pengetahuan bahwa orang lain bisa dirugikan karena asap rokok kita. Kecuali kalau memang benar-benar dianjurkan dokter untuk penyakit tertentu, bisa merokok dalam jumlah seadanya (bukan untuk senang-senang) di tempat yang pantas pula.
Kata salah satu pakar, kalau sdh penuh kesadaran tidak perlu mengikuti vinaya, iya kan? :)) :)) :))Sebetulnya saya memang menganggap kesadaran sebagai "sila" yang utama, di atas vinaya. Masalahnya, apakah orang yang telah berkesadaran benar akan melihat vinaya sebagai tidak sesuai sehingga harus diubah? Ataukah orang itu hanya berpikir dia sadar dengan benar padahal ternyata hanya mengutamakan nafsunya?
apakah melemahkan kesadaran, itu konotasinya teler saja?Jadi melemahkan kesadaran meliputi apa?
Saya adalah perokok-lalu saya coba anapanasati dgn rokok.Kalau satipatthana, sepertinya setiap orang beda kemampuan dan kecocokan. Saya pikir melakukan dengan objek ekstrem (misalnya merokok) juga mungkin saja. Namun di jaman tidak ada yang bisa membimbing secara pasti (=Buddha), sebaiknya melakukan yang "normal-normal saja" daripada alih-alih melepas kemelekatan, malah terperosok lubang.
gak bisa tuh... , kalaupun mau di amati frame asap/detik, maka tdk akan bisa jadi merokok.
namo buddhaya...
bagaimana pandangan agama buddha tentang rokok ?
apalah merokok itu dosa ? apa karma bagi seorang perokok di kehidupan yang
sebenarnya...
terima kasih tolong jawaban yang selengkap lengkap nya tentang rokok
*** Semoga semua makhluk berbahagia ***
Jawaban Bhikkhu:
Sdr. Andrew
Banyak orang yang adalah para perokok harus menerima kecaman secara pedas
dari orang-orang sekitar/masyarakat terutama oleh keluarganya, seolah-olah
tindak merokok itu setara dengan satu kejahatan BESAR. Tak jarang mereka
memerintah secara paksa agar perokok menghentikan kebiasaannya, tanpa
berpikir bahwa pihak perokok perlu menumbuhkan kesiapan mentalnya agar
cukup kuat memutuskan untuk berhenti merokok. sebenarnya, di antara para
perokok, tidak sedikit dari mereka yang berkeinginan, dan sangat
menginginan bisa berhenti merokok. hanya, satu hal utama adalah, kalau
mereka itu masih tetap merokok, karena mereka masih mau memberikan
kemenangan bagi perasaan/nafsu mereka ketimbang pemikiran untuk berhenti
merokoknya.
Rokok adalah sejenis obat penenang ringan. (obat penenang jenis berat
adalah morphin yang mampu memabukkan, membius atau membuat orang tidak
sadar). karena sifatnya yang ringan, rokok tidak termasuk barang yang
membuat lemahnya kesadaran secara berkelanjutan dalam waktu lama, apalagi
membuat hilangnya kesadaran.
Di sisi lain, rokok bersifat mencandui, yaitu membuat pengguna ketagihan,
membuat ketergantungan padanya. Mengacu pada sila kelima dalam Pancasila
buddhis, istilah 'ketagihan' ini tidak termasuk dalam cakupan sila itu,
karena, yang tersebut di sana adalah 'barang/minuman yang memabukkan'
bukan 'barang/minuman yang membuat ketagihan'.
karena ciri yang demikian ini, rokok menurut kriteria sila dalam Agama
Buddha, sehingga riskan dikategorikan sebagai benda yang menjadi objek
pelanggaran sila kelima dalam Pancasila buddhis.
Hanya saja, dalam tubuh Ajaran, Agama Buddha tidak mengajarkan tentang
sila saja. Dalam arti lain, ada ajaran-ajaran lain dalam Agama Buddha yang
bersifat lebih halus lagi. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih tinggi
bagi diri sendiri, seseorang memang sepatutnya melaksanakan Dhamma/Ajaran
Sang Buddha yang lebih halus itu. Rokok, meskipun berkadar kecil, tetap
mengandung zat penenang, yang mana kalau tidak amat diperlukan, semestinya
seseorang memilih untuk tidak menggunakannya. Lagi pula, rokok bersifat
mencandui, membuat ketergantungan padanya. Ini sedikit banyak akan
berpengaruh dalam membina diri mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dalam
ajaran Dhamma yang lebih halus/luhur.
Namun, dalam hal ini, Agama Buddha atau Sang Buddha tidak memaksakan
ajaran-Nya untuk dilaksanakan oleh pemeluknya. Beliau sekadar membeberkan
apa yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk, serta yang bermanfaat
dan yang merugikan bagi orang. Orang secara hormat, yakin, sadar, dan
bijak melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya
melalui Ajaran Sang Buddha itu. Dan tentunya, itu masih didasarkan pada
tingkat kekuatan atau kemampuan dan kelegaan tiap-tiap orang.
Seseorang dalam bertekad melaksanakan Pancasila, dapat membuat tekad
dengan ketat SECARA PRIBADI (artinya: tidak menerapkannya ke orang lain),
yaitu salah satunya tidak mengkonsumsi rokok, karena bagaimanapun rokok
mengandung zat penenang ringan. Dan dalam bertekad melaksanakan Dhamma, ia
dapat menghindarinya karena tindak itu termasuk pemuasan emosi, terlebih
lagi berdampak ketagihan. Satu hal yang dianggap wajar seseorang dalam
berlatih melaksanakan Dhamma, masih harus memuaskan emosi inderawinya.
Namun, objek pemuasan emosi inderawi itu amatlah banyak ... tidak harus
rokok. Karena, selain sisi negatif seperti disebutkan di atas, rokok masih
mengandung sisi negatif lain ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan,
misalnya:
- dapat merugikan kesehatan orang lain melalui asap rokok yang dihembuskan
di dekat mereka (passive smoker); kurang etis tentunya.
- dapat merugikan kesehatan diri sendiri akibat kandungan zat dalam rokok;
kurang bijak tentunya.
- pemborosan harta sendiri karena harus keluar beaya membeli rokok,
termasuk beaya pengobatan jika harus jatuh sakit akibat rokok itu
- pemborosan harta anggota keluarga lain (orangtua, istri, suami, anak,
atau saudara) yang bukan perokok karena harus keluar beaya membeli rokok
buatnya, termasuk biaya pengobatannya jika harus jatuh sakit akibat rokok
itu; agak egois tentunya.
- dipandang kurang punya kepribadian menarik di mata beberapa kelompok
orang tertentu.
- dan ada 2 atau 3 alasan lain lagi.
Tip: ia yang berkehendak berhenti merokok, setelah siap untuk menghentikan
rokok, tegaslah dalam berkeputusan, minum air putih banyak-banyak saat
muncul keinginan merokok, buatlah kegiatan lain secara sengaja untuk
mengalihkan perhatian dari keinginan merokok, dan jauh lebih penting dari
semuanya, "setelah berhenti, jangan mencoba batang pertama".
Semoga Berbahagia.
Bhikkhu Dhammadhiro
Dibandingkan dengan yang kecanduan kopi, lebih banyak yang kecanduan nasi. ;D
Di tempat kerja saya, ada peraturan , Merokok tidak dilarang, tetapi, tidak boleh mengeluarkan asap dalam ruangan.
Karena melarang merokok adalah melanggar hak azasi manusia, sedangkan melarang mengeluarkan asap boleh, karena mencegah polusi.
Dibandingkan dengan yang kecanduan kopi, lebih banyak yang kecanduan nasi. ;D
Di tempat kerja saya, ada peraturan , Merokok tidak dilarang, tetapi, tidak boleh mengeluarkan asap dalam ruangan.
Karena melarang merokok adalah melanggar hak azasi manusia, sedangkan melarang mengeluarkan asap boleh, karena mencegah polusi.
pasti sekantor pada kentut berasap, karena melarang kentut juga melanggar hak azasi terlepas dari yg dikeluarkan adalah gas atau padat